Cobalah, kau lihat dirimu di depan cermin iniÂ
Layak dan pantaskah, kau dimaafkan untuk diberi pengampunan?
Lihatlah, kau saja menggelengkan kepalamu
Tentu kau sangat sudah tahu apa jawabannya
***
Kenapa pula manusia sepertimu hidupnya lama sekali?
Terpeliharanya kau memanglah beban yang tak berkesudahanÂ
Terkesan bahwa kau korban dan yang aslinya korban seperti dalang penjahat sebenarnyaÂ
Beracun sekali dunia ini, terus memelihara manusia sepertimu
***
Kau koyak, robek dan rusak dengan sadisnya
Tanpa kau tahu, inilah kemerdekaannya
Kau injak, pukul dan aniaya dengan semena-mena
Masihkah, kau punya rasa malu?
***
Sungguh, kau sedang menguji Tuhan kah?
Kau sadarkanlah dirimu, manusia lain pula yang kena getah ulahmu
Seperti binatang liar tidak punya otak
Masih berani kau bergaya bebas?
***
Tutup mulutmu!Â
Keterlaluan sekali, mengarang cerita minta dibelaÂ
Meminta belas kasihan, berharap dimaafkan?
Sampai menangis darah pun tidak akan kau menemukan kesempatan kembali
***
Puisi ini menggambarkan seseorang yang benar-benar tidak layak dimaafkan dan diberi kesempatan. Berulang kali salah dan berulang kali minta maaf tapi kata maaf adalah hanya kata tanpa sedikitpun ada rasa malu dan kesadaran diri yang tinggi untuk bisa memperbaiki diri. Spesies manusia seperti ini memang tidak perlulah kita hadirkan dan izinkan kembali untuk punya kesempatan hadir dalam hidup kita.Â
Kenapa demikian? Karena, orang-orang yang seperti ini akan terus membela dirinya kendati pun kesalahannya itu memang benar-benar fatal dan kata maaf digunakan mereka sebagai "tameng" bahwa mereka masih layak dimaafkan dan diberi kesempatan. Biasanya orang-orang yang seperti ini akan memposisikan dirinya sebagai seseorang yang paling tersakiti dalam kondisi dan situasi permasalahan tertentu
Padahal, merekalah penjahatnya, seolah mereka adalah korban dari ketidakadilan dan ketidakpantasan diperlakukan tidak layak seperti itu. Teman-teman, jika bertemu orang-orang seperti ini, maka segeralah sadar dan tetap hati-hati bahwa yang kalian hadapi adalah orang yang manipulatif dan playing victim. Dalam keadaan ini, seolah-olah korban aslinya berada di dalam manipulasi dan kontrol mereka agar seolah-olah korban yang asli adalah penjahatnya.
Oleh karena itu, maka jangan pernah memberikan izin orang lain memperlakukan kita tidak layak dan tidak pantas. Perlakuan mereka yang tidak menyenangkan dan keterlaluan tidak perlu lagi kita mempertanyakan atau mengaungkan bahwa kita tidak layak diperlakukan seperti ini.Pergilah dari tempat itu, berhenti berbasa-basi memberikan mereka maaf dan kesempatan untuk mereka.
Kita memang seharusnya tidak membatasi kebaikan kepada orang lain tapi kita juga harus memastikan untuk menggaris bawahi dalam pengecualian bahwa kalau kita diremehkan, disepelekan dan diinjak-injak, apa saat ini kita tidak sedang buta dan membodohi diri sendiri? Tolong, jangan sepelekan dan mengecilkan diri sendiri bahwa ketika mereka tidak ada dalam kehidupan kita seolah-olah kita tidak bisa hidup tanpa mereka justru dengan cara kita melepaskan orang-orang yang tidak baik maka kita akan menemukan diri kita yang jauh lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H