Mohon tunggu...
Anggraini Fadillah
Anggraini Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - student at riau islamic university | content writer | host podcast

hi, i'm anggraini fadillah. thank you for agreeing to read the article here 💌🎀

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Duplikat

30 Juni 2024   13:28 Diperbarui: 30 Juni 2024   13:29 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Meminta belas kasihan, berharap dimaafkan?

Sampai menangis darah pun tidak akan kau menemukan kesempatan kembali

***

Puisi ini menggambarkan seseorang yang benar-benar tidak layak dimaafkan dan diberi kesempatan. Berulang kali salah dan berulang kali minta maaf tapi kata maaf adalah hanya kata tanpa sedikitpun ada rasa malu dan kesadaran diri yang tinggi untuk bisa memperbaiki diri. Spesies manusia seperti ini memang tidak perlulah kita hadirkan dan izinkan kembali untuk punya kesempatan hadir dalam hidup kita. 

Kenapa demikian? Karena, orang-orang yang seperti ini akan terus membela dirinya kendati pun kesalahannya itu memang benar-benar fatal dan kata maaf digunakan mereka sebagai "tameng" bahwa mereka masih layak dimaafkan dan diberi kesempatan. Biasanya orang-orang yang seperti ini akan memposisikan dirinya sebagai seseorang yang paling tersakiti dalam kondisi dan situasi permasalahan tertentu

Padahal, merekalah penjahatnya, seolah mereka adalah korban dari ketidakadilan dan ketidakpantasan diperlakukan tidak layak seperti itu. Teman-teman, jika bertemu orang-orang seperti ini, maka segeralah sadar dan tetap hati-hati bahwa yang kalian hadapi adalah orang yang manipulatif dan playing victim. Dalam keadaan ini, seolah-olah korban aslinya berada di dalam manipulasi dan kontrol mereka agar seolah-olah korban yang asli adalah penjahatnya.

Oleh karena itu, maka jangan pernah memberikan izin orang lain memperlakukan kita tidak layak dan tidak pantas. Perlakuan mereka yang tidak menyenangkan dan keterlaluan tidak perlu lagi kita mempertanyakan atau mengaungkan bahwa kita tidak layak diperlakukan seperti ini.Pergilah dari tempat itu, berhenti berbasa-basi memberikan mereka maaf dan kesempatan untuk mereka.

Kita memang seharusnya tidak membatasi kebaikan kepada orang lain tapi kita juga harus memastikan untuk menggaris bawahi dalam pengecualian bahwa kalau kita diremehkan, disepelekan dan diinjak-injak, apa saat ini kita tidak sedang buta dan membodohi diri sendiri? Tolong, jangan sepelekan dan mengecilkan diri sendiri bahwa ketika mereka tidak ada dalam kehidupan kita seolah-olah kita tidak bisa hidup tanpa mereka justru dengan cara kita melepaskan orang-orang yang tidak baik maka kita akan menemukan diri kita yang jauh lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun