Mohon tunggu...
Anggraini Fadillah
Anggraini Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - student at riau islamic university | content writer | host podcast

hi, i am anggraini fadillah. thank you for agreeing to read the article here ✨

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kesalahan dalam Membenarkan dan Menormalisasikan Attitude Anak yang Buruk Terpicu dari Lingkungan Sekitar

30 Juni 2024   09:48 Diperbarui: 30 Juni 2024   09:51 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Mendidik anak bukanlah perkara yang mudah. Apalagi, bila lingkungan sekitar anak tersebut terbiasa menormalkan attitude buruk, maka anak tersebut kemungkinan besar akan mendapatkan contoh lingkungan yang buruk hingga ia dewasa. Anak tentunya belum bisa menangkap pemahaman bahwa sesuatu yang dilakukan oleh orang-orang dewasa di sekitarnya tersebut adalah sikap dan perilaku yang bisa dibenarkan, apalagi banyak sekali orang dewasa yang tidak memberikan contoh baik saat berada di sekitar anak kecil sekalipun. 

Kerap kali, bahkan orang-orang dewasa yang berada di sekitar anak-anak kecil tersebut justru mengajarkan atau mengenalkan hal-hal tidak baik kepada anak-anak yang belum bisa menangkap sesuatu itu adalah salah. 

Maka, apabila itu terus terjadi pada masa anak tersebut tumbuh dan berkembang maka anak akan berada pada posisi yang selalu membenarkan perilaku atau sikapnya yang salah hingga ia dewasa. Berdasarkan, kutipan hasil wawancara dari seorang penulis dengan judul buku Raising Kids in the 21st Century, Sharon K. Hall, pH.D., bersama Parents, ditemukan bahwa anak-anak sudah bisa membedakan antara yang benar dan salah sebelum usia 2 tahun.

Menurut Sharon, sejak usia 18 bulan, anak-anak perlu untuk bisa mulai diajarkan terkait hal-hal yang benar atau salah. Jadi, seharusnya orang tua bukan justru menjadikan pembiasaan bahwa anak-anak dibenarkan bila melakukan perilaku atau sikap yang salah karena mereka masih kecil, justru karena sejak kecil tersebutlah mesti diajarkan hal-hal yang baik dan juga diajarkan apa sikap dan perilaku yang tidak baik bukan justru turut dibenarkan. 

Bahkan, yang lebih mirisnya terlihat secara nyata di sekitar saya, orang tua yang memiliki anak yang masih kecil tersebut belumlah siap untuk menjadi orang tua. 

Tentunya dalam masa pertumbuhan dan perkembangan anak, mereka akan banyak ingin tahu yang bersumber dari ketidaktahuan mereka itu, memunculkan pertanyaan-pertanyaan yang bahkan sangat cerdas dan pintar apabila dari orang tuanya juga bisa mengarahkan dan memberikan jawaban dari ketidaktahuan anak tersebut dan bukan justru tidak memberikan jawaban atau memberikan respon yang membuat anak berhenti bertanya-tanya tentang ketidaktahuannya.


Jadi, sebagai orang tua sangatlah penting bahwa kesiapan seseorang untuk menjadi orang tua itu adalah dengan terus menambah wawasan dan pengetahuan sehingga kapasitas dari wawasan dan pengetahuan yang luas tersebut dapat menjadi hal yang baik ketika menjadi orang tua, apabila anak-anak bertanya tentang suatu hal, sebagai orang tua kita jadi lebih mengerti untuk memberikan jawaban yang tepat dari pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari anak-anak kita. 

Selain itu juga bahwa ternyata terdapat dampak dari orang tua yang membenarkan sikap anak saat masih kecil yang sebenarnya salah tetapi membiarkan itu terjadi yakni dapat menjadikan anak tidak bisa tahu batasan sehingga ia akan terlihat agresif secara negatif karena kesulitannya yang tidak dapat menempatkan diri pada situasi dan kondisi tertentu. 

Ini dapat berlanjut pada hal-hal yang memungkinkan anak tersebut ketika semakin dewasa disebabkan orang tua tidak mengajarkannya dari kecil mengenai batasan-batasan yang ada di lingkungan sosialnya ia jadi mengalami ketidakpercayaan diri karena setiap ia melakukan sebuah tindakan ia menjadi merasa selalu salah karena sedari kecil tidak dikoreksi mana sikap dan tindakan yang benar dan salah.

Selain itu juga anak jadi terbiasa untuk tidak paham bagaimana mengekspresikan emosinya sehingga dalam pengambilan keputusan dalam hidupnya pun ia akan kesulitan terhadap berbagai pilihan yang ada dalam hidupnya ia akan selalu bergantung dan mengandalkan orang lain. 

Dampak-dampak lainnya juga turut menyertai hingga pada akhirnya anak yang sedari kecil dibiarkan dan dibenarkan melakukan sebuah tindakan yang salah sekalipun maka di masa depan ia tidak punya cara untuk mengekspresikan emosinya sehingga membawa ia pada kondisi dan situasi yang membuat dirinya tertekan yang berujung pada anak itu mengalami depresi yang berkepanjangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun