Hei, perawan tua. Kapan kau menikah?
Tidak tertarik menikah kecuali menguntungkanÂ
Persetan dengan ketulusan dan cinta
Uang, pendidikan dan karier, jauh lebih menghidupi kami sebagai perempuanÂ
***
Tidak menyamaratakan kebanyakan lelaki sekarang
Namun, menurut mereka, perempuan dianggap beban
Banyak menuntut dan konsumtif tapi tidak membantu
Kalau lelaki sepertimu tidak siap menikah, tidak perlu kau menikah
***
Perempuan, bahkan tahu diri untuk memahami perjuangan lelakinya
Namun, bila kami dianggap beban
Maka, tolong kau rendahkan nada bicaramu
Perempuan bahkan sanggup meninggalkan kemewahan hidup lajangnya untuk keluarga kecilnya
***
Kalau kau memanglah miskin, tentu jangan berlagak teriak perempuan adalah beban
Kau seharusnya kerja lelaki bodoh, perbaiki akhlak dan perbanyak uangmu
Bukan meneriaki perempuan beban dan matrealistis
Sungguh, kau tak layak disebut lelaki sejati
***
Perempuan bahkan sanggup untuk kerja siang malam menghidupi dirinya
Kegilaan kami terhadap uang, karier dan pendidikan jauh lebih dari yang kau bayangkanÂ
Tidak perlu merasa kami perempuan adalah beban
Kami, sangat tahu diri untuk bisa berkembang tanpa bergantung, jika itu yang kau mau sebagai lelaki
***
Kami, yang katanya beban juga tak sudi memilih dirimuÂ
Berdiri di kaki sendiri adalah harga diri kami sebagai perempuanÂ
Perempuan seperti kami yang tidak akan pernah tunduk pada lelaki tak berguna seperti dirimu
Kami menjaga diri untuk mendapatkan yang senilai dan setara dengan lelaki yang layak kami hormati sebagai imam
***
Begitulah kehidupan, yang tak layak dan pantas, tentulah akan tereliminasiÂ
Dengan sendirinya akan mencerminkan bagaimana kau sebagai lelaki
Jika begitu terus hidupmu, matilah kau dalam penyesalan menjelang kematianmu
Lelaki bajingan sepertimu memanglah tak pantas dijadikan nahkoda berumah tanggaÂ
***
Puisi ini menjelaskan terkait dengan seorang perempuan yang dianggap sebagai beban oleh lelaki yang patriarki, kasar dan serba kekurangan, baik akhlak ataupun uang. Tentunya, lelaki yang tidak berguna dan hanya menjadikan perempuan sebagai alat pemuas nafsu atau pencetak keturunan yang bahkan menganggap perempuan dengan pandangan yang sebelah mata dan sangat sepele.
Sebagai perempuan, saya sangat mengapresiasi para lelaki yang mengizinkan perempuannya untuk memiliki karier dan pendidikan yang bagus, tanpa merasa minder atau insecure bahwa perempuannya juga sangat bangga terhadap pencapaian pencapaian yang dilakukan oleh dirinya.
Artinya, lelaki yang seperti ini adalah tipekal yang akan mendukung mati-matian perempuannya untuk juga bertumbuh dan berkembang terhadap apa yang telah perempuannya cita-citakan serta turut bangga karena mempunyai perempuan yang cerdas, mandiri dan sehebat itu.Â
Oleh karena itu, bahwa anggapan perempuan sebagai beban itu, tentunya akan hanya dilontarkan oleh laki-laki yang minder dan insecure karena dia tidak akan pernah mampu berumah tangga karena hidupnya sampai kapanpun akan di sana-sana saja, tidak mau usaha dan tidak mau memperjuangkan kehidupannya sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI