Mohon tunggu...
Anggraini Fadillah
Anggraini Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - student at riau islamic university | content writer | host podcast

hi, i am anggraini fadillah. thank you for agreeing to read the article here ✨

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Kadaluwarsa

21 Juni 2024   22:15 Diperbarui: 21 Juni 2024   22:34 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hei, perawan tua. Kapan kau menikah?

Tidak tertarik menikah kecuali menguntungkan 

Persetan dengan ketulusan dan cinta

Uang, pendidikan dan karier, jauh lebih menghidupi kami sebagai perempuan 

***

Tidak menyamaratakan kebanyakan lelaki sekarang

Namun, menurut mereka, perempuan dianggap beban

Banyak menuntut dan konsumtif tapi tidak membantu

Kalau lelaki sepertimu tidak siap menikah, tidak perlu kau menikah

***

Perempuan, bahkan tahu diri untuk memahami perjuangan lelakinya

Namun, bila kami dianggap beban

Maka, tolong kau rendahkan nada bicaramu

Perempuan bahkan sanggup meninggalkan kemewahan hidup lajangnya untuk keluarga kecilnya

***

Kalau kau memanglah miskin, tentu jangan berlagak teriak perempuan adalah beban

Kau seharusnya kerja lelaki bodoh, perbaiki akhlak dan perbanyak uangmu

Bukan meneriaki perempuan beban dan matrealistis

Sungguh, kau tak layak disebut lelaki sejati

***

Perempuan bahkan sanggup untuk kerja siang malam menghidupi dirinya

Kegilaan kami terhadap uang, karier dan pendidikan jauh lebih dari yang kau bayangkan 

Tidak perlu merasa kami perempuan adalah beban

Kami, sangat tahu diri untuk bisa berkembang tanpa bergantung, jika itu yang kau mau sebagai lelaki

***

Kami, yang katanya beban juga tak sudi memilih dirimu 

Berdiri di kaki sendiri adalah harga diri kami sebagai perempuan 

Perempuan seperti kami yang tidak akan pernah tunduk pada lelaki tak berguna seperti dirimu

Kami menjaga diri untuk mendapatkan yang senilai dan setara dengan lelaki yang layak kami hormati sebagai imam

***

Begitulah kehidupan, yang tak layak dan pantas, tentulah akan tereliminasi 

Dengan sendirinya akan mencerminkan bagaimana kau sebagai lelaki

Jika begitu terus hidupmu, matilah kau dalam penyesalan menjelang kematianmu

Lelaki bajingan sepertimu memanglah tak pantas dijadikan nahkoda berumah tangga 

***

Puisi ini menjelaskan terkait dengan seorang perempuan yang dianggap sebagai beban oleh lelaki yang patriarki, kasar dan serba kekurangan, baik akhlak ataupun uang. Tentunya, lelaki yang tidak berguna dan hanya menjadikan perempuan sebagai alat pemuas nafsu atau pencetak keturunan yang bahkan menganggap perempuan dengan pandangan yang sebelah mata dan sangat sepele.

Sebagai perempuan, saya sangat mengapresiasi para lelaki yang mengizinkan perempuannya untuk memiliki karier dan pendidikan yang bagus, tanpa merasa minder atau insecure bahwa perempuannya juga sangat bangga terhadap pencapaian pencapaian yang dilakukan oleh dirinya.

Artinya, lelaki yang seperti ini adalah tipekal yang akan mendukung mati-matian perempuannya untuk juga bertumbuh dan berkembang terhadap apa yang telah perempuannya cita-citakan serta turut bangga karena mempunyai perempuan yang cerdas, mandiri dan sehebat itu. 

Oleh karena itu, bahwa anggapan perempuan sebagai beban itu, tentunya akan hanya dilontarkan oleh laki-laki yang minder dan insecure karena dia tidak akan pernah mampu berumah tangga karena hidupnya sampai kapanpun akan di sana-sana saja, tidak mau usaha dan tidak mau memperjuangkan kehidupannya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun