Rasanya, ucapan terima kasih bukan balasan setimpal
Permohonan maaf dan kesalahan anak-anak, tak membuat dirimu kehilangan akal
Betapa kecantikamu, tak usai oleh waktu
Memandangimu, diriku meneteskan air mata kebahagiaan, begitu kagumnya
***
Memiliki dirimu adalah harta karun paling berharga buatku, Ibu
Seperti anak biasanya, aku senang sekali dirimu masih ada di dunia ini
Melihat anak-anakmu berproses dan segera mencapai cita-citanya
Itu adalah penantian yang menjadi kabar gembira bagi dirimu
***
Kau rela mengadakan yang tak ada menjadi ada
Tanpa perlu anak-anak tahu dan tak ingin anakmu tahu
Kau rela melakukan apapun hanya demi anakmu yang kelak sudah dewasa pun bisa melupakanmuÂ
Tanpa dirimu, kami bukan apa-apa Ibu
***
Segala syukur dan kebanggaan tersendiri aku lahir dari rahimmu, Ibu
Aku akan terus belajar sekuat, selembut dan sebaik hati seperti dirimuÂ
Kau inspirasiku sampai kapanpun
Walaupun, anakmu yang cengeng ini taakan mampu seperti dirimu
***
Puisi ini menggambarkan bagaimana seorang Ibu adalah satu-satunya harta yang paling berharga untuk anak-anaknya. Walaupun, kita melihat Ibu semakin hari semakin keriput, kian bertambah umur tapi kecantikannya, kelembutannya dan kebaikan hatinya tidak pernah luntur sedikitpun, sungguh mulia sekali sosok seorang Ibu.
Ruang maaf yang luas untuk anak-anaknya, kerap kali juga menyakiti hatinya dan bahkan hal-hal yang menyakiti dirinya tidak pernah ia lampiaskan kepada anak-anaknya yang ia juga merasakan, bagaimana dirinya menahan marah dan emosi untuk tidak membuat anaknya terluka.
Bahkan, bila nanti anak-anakmu sudah mendapatkan kehidupannya, rasanya hadiah yang paling ingin kami anak-anakmu berikan kepada dirimu Ibu adalah doa yang terkabul dan diijabah oleh Tuhan agar kau tetap panjang umur dan sehat yang bahkan hal itu tidak bisa dibayangkan, kalau-kalau dirimu telah tiada yang sebagai anak itu adalah hari-hari selanjutnya yang berat dan sulit.Â
Jujur, saya juga mengerti untuk betapa kehidupan akan ibaratnya begitu suram, gelap dan memilukan ketika bayangan ibu telah tiada itu ada di depan mata karena di beberapa teman-teman saya yang telah kehilangan ibunya, saya tidak lagi menemukan sosoknya yang ceria dan gembira setelah ibunya dipanggil Yang Maha Kuasa.
Jadi, untuk teman-teman yang baca puisi ini yang kiranya masih memiliki Ibu maka sayangi dan hargai beliau selagi mereka ada di detik-detik umur mereka yang kita tidak tahu kapan Ibu akan tiada. Sungguh, saya ingin berpesan bahwa selagi masih ada, berikan apapun yang kalian punya yang di umur mereka yang semakin tua dengan kebahagiaan-kebahagiaan yang kita punya untuk ibu kita.
Walaupun, apa yang kita punya tidak akan pernah membalas semua kenangan dan pengorbanan sosok seorang ibu di hidup kita. Selagi, Ibu masih ada buatlah hari-harinya menjadi bahagia, senang tanpa perlu ia merasa kesusahan karena hanya sedikit saja kebahagiaan dari seorang anaknya, bagi seorang ibu adalah hal yang sangat mengembirakan untuk dirinya.Â
Untuk temen-temen yang ibunya telah tiada, kalian semua hebat, semoga tetap kuat dan semangat menjalani hari-hari di kehidupan di dunia ini. Kapanpun, kita sebagai anak memang tidak akan pernah siap bila hari itu tiba, kita melihat bahwa ibu meninggalkan kita di dunia ini yang bahkan di umur kita yang sudah dewasa ini masih sangat membutuhkan sosok ibu kita. Tapi, untuk hari-hari yang akan terus berjalan di sisa umur hidup kita di dunia ini, maka mari doakan ibu kita untuk selalu dinaungi hal-hal baik oleh Tuhan karena telah menciptakan sosok seorang ibu di hidup kita yang anak-anaknya bukan siapa-siapa tanpa sosok ibu yang ada di hidup kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H