Mohon tunggu...
Anggraini Fadillah
Anggraini Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - student at riau islamic university | content writer | host podcast

hi, i'm anggraini fadillah. thank you for agreeing to read the article here 💌🎀

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Bercerita dengan Tulisan

24 Mei 2024   19:45 Diperbarui: 24 Mei 2024   20:45 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mengejar penuh bara api

Menggebu-gebu rasanya untuk segera melihat akhir

Berulangkali, pulang dengan harapan kosong

Kapankah bisa kugenggam?

***

Apakah aku hanya perlu menjadi manusia biasa-biasa saja?

Rasanya berat sekali bila diceritakan

Tapi, apa tidak apa-apa?

Kurasa anugerah Tuhan yang dititipkan sungguh banyak

***

Namun, tak kuketahui jalannya

Harus lurus terus atau menyusuri lorong gelap

Belok kanan atau belok kiri, lagi-lagi jalan buntu

Pasrah, aku menepi ke pinggir terpojok

***

Petunjuk seperti apa yang ada di depan sana

Ilmuku cetek sekali bila harus terus memahami

Rasanya kepala penuh bising yang tak mau henti sejenak

Hampir gila untuk semangat lagi

***

Kertas dan pena saat ini jadi penolong

Sebuah tulisan yang membuatku sadar

Yakni tentang makna berproses

Sampai, nantinya menjadi sebuah buku dengan judul berhasil

***

Memang kecil gerakku tapi aku berhak terus berdiri 

Melakukan sebisa dan semampuku untuk sampai kapan pun masanya

Walaupun aku sudah di atas nanti

Akan terus ku tantang diriku untuk tau diri darimana aku berasal

***

Puisi ini menggambarkan seseorang yang cara untuk meluapkan, mengungkapkan dan bercerita mengenai apa yang ada di hatinya dan di kepalanya yakni dengan cara menulis. Barangkali tidak semua orang cara untuk mengungkapkan dan meluapkan isi hati dan isi kepala yakni dengan menulis namun menurut saya sendiri, menulis adalah sesuatu yang benar-benar membuat kita akan bercerita selepas mungkin tanpa ada yang ditutup-tutupi.

Terlepas dari konten saya tentang tulisan yang selama ini saya bagikan kepada teman-teman semua, itu adalah salah satu bentuk saya untuk bisa berbagi isi kepala dan isi hati tentang sebuah perspektif, keresahan, kekhawatiran dan informasi atau tentang apa-apa yang sehari-hari menurut saya perlu untuk saya tuliskan yang akhirnya saya kemas dengan deretan kalimat yang menarik untuk dibaca dan tidak hanya tulisan kosong dan tak bisa diambil apapun tapi memiliki makna yang bisa ditangkap oleh teman-teman semua mengenai makna tulisan yang saya bagikan.

Tidak semestinya dengan cara menulis, teman-teman bisa mengungkapkan dan meluapkan isi kepala dan isi hati bahkan teman-teman bisa untuk melukis, olahraga atau melakukan apapun yang teman-teman sukai dan minati yang bisa mengembalikan kembali semangat yang hampir hilang. Itulah namanya hidup. Tidak pernah kita duga ke depannya seperti apa. Mau, kita berencana seapik apapun, sejatinya bukan kita yang punya kendali penuh walaupun kita punya langkah-langkah dan strategi untuk mencapai sesuatu yang selama ini telah kita ingin capai.

Maka, selagi kita bernapas dengan cara gratis, syukurilah apapun yang selama ini kita dapatkan, apa yang kita bangun, apa yang bisa kita nikmati walaupun kecil di hari itu yang kita dapatkan maka tetap berbanggalah pada diri sendiri juga berterima kasih bahwa sehari demi sehari kita telah melewati hari-hari yang sulit yang bahkan orang lain tidak memperdulikan bagaimana kondisi kita yang kadangkala hari kita menjadi berat gara-gara orang lain.

Jadi, selagi masih bisa diusahakan maka teruslah bergerak untuk mengusahakan hal tersebut. Tidak ada yang semulus rencana kita maka nanti ketika tantangan itu tiba maka persiapkanlah diri untuk menjadi petarung sejati karena kalau kita jatuh dan kita tidak mau bangkit tentu kita akan rugi, kita yang akan menyesal sampai ke hari tua. Jadi, jangan pernah skeptis untuk menjadi seorang yang ambis dan mau terus maju karena penghargaan terbaik adalah karena kita terus mau berusaha.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun