Mohon tunggu...
Anggraini Fadillah
Anggraini Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - student at riau islamic university | content writer | host podcast

hi, i'm anggraini fadillah. thank you for agreeing to read the article here 💌🎀

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Pelawak Kejiwaan

11 April 2024   21:42 Diperbarui: 11 April 2024   21:47 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dia ke sini

Petuah bijak penuh cerita suram

Menghibur di luar, tertekan di dalam

Dia temanku yang tak kunjung datang waktu aku bahagia

***

Lihatlah, dia tetap kokoh

Menjadi penenang untuk baik-baik saja

Dilemparkannya lelucon yang tak menyinggung kekurangan namun aku lepas tertawa

Sungguh hebat manusia tulus ini, menjelma mengagumkan

***

Lihatlah, semangatnya 

Terlihat tak punya masalah, tak terbebani

Selera humornya tak pernah gagal menceriakan

Kau memang temanku ketika ide bodoh ingin bunuh diriku kumat

Sampai aku lupa bertanya kondisi hidupmu

***

Kau singkirkan hidupmu, demi hidup yang lain

Kau ucapkan mantra mujarab paling lucu menjadi senyum sumringah kebahagiaan

Apakah kau perantara Tuhan untuk kejiwaanku tetap sehat? 

Atau kau punya kekacauan jiwa tapi kau pura-pura tak tahu?

***

Puisi ini menggambarkan seorang teman yang begitu hebat menyimpan luka dan traumanya. Seorang manusia yang terlihat baik-baik saja, namun dibalik layar ada banyak cerita yang ia simpan sendiri dan ia enggan untuk berbagi. 

Alasan ia tidak ingin berbagi ke orang lain dengan segala hal yang membuat pikirannya kacau yakni karena ia belum menemukan seseorang yang benar-benar membuat ia tenang untuk menangis dan terbuka bercerita karena ketika ia akhirnya mengeluarkan suara orang-orang di sekelilingnya tidak begitu peduli dengan apa yang ia pikirkan. 

Semoga puisi ini mewakili perasaan teman-teman semuanya. Semoga, segera bertemu dengan seseorang yang rela meminjamkan dua telinganya untuk mendengarkanmu bukan menjadikan luka dan traumamu hal yang biasa dan berlebihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun