Hanya saja memang, mereka harus menemukan atasan yang paham dan mengerti positifnya mereka bekerja dengan cara mereka sendiri, bukan alih-alih menilai mereka sebagai generasi manja, banyak drama dan sok peduli terhadap mental health.
Oleh karena itulah, gen Z lebih nyaman dan merasa dihargai dengan kondisi dan situasi tim dan atasan yang mendengarkan ide mereka untuk dieksekusi pada pekerjaan mereka. Bila punide mereka tidak sesuai dengan konteks aturan kemauan atasan maka bila memang salah, tentu bisa diarahkan dengan komunikasi yang baik, mereka sangat terbuka untuk memperbaiki apa yang salah dalam pekerjaan mereka.Â
Maka, dari itu gen Z akan sangat senang bertemu dengan tim dan atasan yang mau membersamai bagaimana cara mereka berpikir dan bekerja karena akan asyik dan seru apabila mendapatkan lingkungan kerja yang suasananya bukan atasan dan bawahan namun lebih kepada sahabat dan keluarga.
Tentunya, untuk para generasi sebelum gen Z, jangan buru-buru menilai jelek mereka ya, coba deh pahami dan lakukan pendekatan yang fleksibel kepada mereka, pasti banyak rekan kerja yang satu tim dengan mereka akan merasakan vibes postifnya mereka. Syaratnya satu, yakni open minded terhadap pola pikir dan pola kerja mereka. Jangan ragu dan tidak yakin untuk merekrut gen Z ya, karena mereka pasti akan memberikan yang terbaik terhadap pekerjaan dan tempat mereka bekerja.