Salah satunya dari TB Hasanuddin, anggota DPR Fraksi PDI-P, ucapan Arteria seakan-akan siapa saja yang menggunakan bahasa daerah telah melakukan kejahatan berat. "Kenapa harus dipecat seperti telah melakukan kejahatan saja? Saya ingatkan sebagai anggota DPR sebaiknya berhati-hati dalam berucap dan bersikap. Jangan bertingkah arogan, ingat setiap saat rakyat akan mengawasi dan menilai kita," tuturnya.Â
Dalam konteks ini, maksud Arteria Dahlan selaku penutur, tidak dapat ditangkap dengan baik oleh lawan bicaranya. Bahkan, tuturannya mengakibatkan kontroversi hingga dugaan SARA pun dialamatkan pada Arteria Dahlan.
Meski ucapan kontroversialnya telah mendapat kecaman dari berbagai pihak, Arteria Dahlan masih membela diri dan enggan mengucapkan minta maaf. Dalam pembelaannya, Arteria Dahlan menegaskan bahwa ia telah menyampaikan banyak pembahasan, tetapi tidak sepatutnya orang-orang hanya berfokus pada kritikan singkat yang disampaikannya.Â
Ada banyak hal yang bisa difokuskan terkait kejaksaan, seharusnya semua orang mengawasi kinerja kejaksaan agar tidak terjadi praktik KKN. Sontak hal itu menambah kecaman terhadap Arteria Dahlan, ucapan dan pembelaannya justru dianggap sebagai sikap arogan dan rasis.Â
Gaya bahasa dalam berbicaranya, berakhir menimbulkan banyak kesalahpahaman. Akar dari permasalahan adalah penggunaan bahasa Arteria Dahlan, yang dianggap telah menyinggung serta merendahkan bahasa Sunda. Hal tersebutlah yang mengundang kekecewaan besar dari masyarakat Sunda, karena bagaimanapun Indonesia memiliki keberagaman suku dan adat yang memiliki keindahannya masing-masing.
Setelah melalui berbagai kecaman dan tuntutan permintaan maaf, akhirnya Arteria Dahlan meminta maaf kepada masyarakat Jawa Barat atas ucapannya saat raker komisi 3. Sudah sepatutnya sebagai pejabat negara, berhati-hati dalam tindak tuturnya agar tidak menimbulkan kesalahpahaman hingga keributan besar.Â
Pengelakan awal yang dilakukan oleh Arteria Dahlan, merupakan tindakan salah karena menimbulkan kecaman semakin besar. Memang betul bahwa sebaiknya diingatkan saja, tidak perlu hingga diberhentikan. Oleh karena itu, siapapun dan dimanapun seseorang harus bisa mengontrol diri serta ucapannya. Agar tidak terjadi kesalahpahaman karena penafsiran yang berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H