Bayangkan, tren artikel yang ada di Kompasiana di tahun 2020 ini pun tidak terlepas dari acara copas. Menurut pemaparan wanita berlensa ini:
- Dari 12.814 artikel yang tayang maka terdapat 2218 merupakan pelanggaran originalitas atau sekitar 17% di Bulan Januari.
- Dari 14.626 artikel tayang maka terdapat 2062 merupakan pelanggaran originalitas atau sekitar 14% di Bulan Februari.
- Dari 19.957 artikel tayang maka terdapat 3.426 merupakan pelanggaran originalitas atau sekitar 16% di Bulan Maret.
Mengetahui data ini, gorengan sempat terhenti di mulut. Wow, ternyata banyak juga yang hobi menyalin. Padahal, menyalin hanya diperbolehkan dari papan tulis ke buku bergaris saat SD dulu.
Enggak kebayang betapa repotnya bekerja sebagai editor di media online warga ‘+62’ ini. Pantas saja, foto pipi Mbak Widha saat di banner chubby tapi saat live streaming sedikit tirus alami. Yah, mungkin selalu bergumul demi menghasilkan konten yang original bukan bajakan.
Ternyata, menghasilkan konten yang sesuai dengan puluhan aturan di Kompasiana harus terlebih dahulu kerja keras bagai kuda. Bayangin aja, setiap bulan rata-rata artikel masuk sebesar 19.575, 631 artikel per hari, 26 artikel per jam dan harus di cek 2,3 menit/artikel.
Ya ampun, enggak sempat ‘ngedipin’ mata judul baru sudah muncul. Oleh karena itu, Kompasiana Content Superintendent ini berharap para kontributor mulai dari yang coba-coba nulis, penulis amatir sampai profesional harus memiliki sikap jujur dan original karya pribadi. Seperti jargon saya, “Biar Jelek Asal Karya Sendiri”.
Di samping konten, ternyata terdapat data atau gambar yang tidak mencantumkan sumber. Kebanyakan gambar yang dicomot langsung tanpa menelusuri sumber aslinya. Ibarat kamu ingin menikahi seseorang tapi kamu enggak mau tahu siapa orang tuanya, sakit nya tuh di Ibu yang ngelahirin si anak.
Patuhi Rambu, Konten Layak Tampil
Kompasiana sendiri memberikan aturan main tersendiri agar setiap konten yang tayang sedapat mungkin hasil karya original dari netizen. Mbak Widha juga mengingatkan bahwa tulisan di Kompasiana bukan produk jurnalistik jadi bebas berkarya.
Namun, untuk tanggung jawab kaidah berharap selalu disesuaikan dengan aturan Bahasa Indonesia yang benar dan asik. Jika artikel asik dan memenuhi aturan main maka umumnya editor akan bersorak-sorai sambil menabuh rebana alias BAHAGIA.
1. Gambar Memiliki Resolusi Tepat