PENDAHULUAN
Kondisi yang menjadi latar belakang masalah yaitu hasil belajar pada peserta didik sehingga membuat saya memikirkan cara bagaiaman cara bisa meningkatkan hasil belajar siswa dikelas pada materi Keanekaragaman Hayati. Saya melihat aktivitas siswa dikelas yang tidak maksimal hanya berpusat pada guru saja yang menjadi sumber belajar dan peserta didik kurang bisa memecahkan masalah yang diberikan oleh guru dikelas serta kurangnya kemampuan guru dalam memilah model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi.
Priansa menjelaskan dalam karyanya Pengembangan Strategi dan Model Pembelajaran (2017:187) bahwa guru yang menyenangkan adalah guru yang memahami kebutuhan peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Guru harus memiliki berbagai keterampilan yang digunakan dalam proses pembelajaran, Model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran akan mempengaruhi ketercapaian prestasi belajar peserta didik. Untuk mengembangkan model pembelajaran yang efektif, setiap guru harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang konsep dan aplikasi model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik karena karakteristik dan keinginan peserta didik dalam belajar beraneka ragam.
Saya melaksanakan PPL Siklus 2 di SMA Negeri 2 Mandor lingkup pendidkan yaitu Sekolah Menengah Atas Kabupaten Landak, dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu Meningkatan minat belajar siswa dengan model pembelajaran Problem Based Practise (PBL) pada materi Keanekaragaman Hayati kelas X. Pelaksanaan PPL 2 Aksi pertama pada tanggal 13 November 2023 dan pelaksanaa Diharapkan dengan melakukan aksi 1 dan aksi 2 sudah tampak peningkatan hasil belajar peserta didik dari aktivitas peserta didik pada saat diskusi dan persentasi kelompok serta nilai asessmen yang diberikan.
Tugas dan tanggungjawab saya yaitu menjadi guru yang bertanggungjawab pada proses pembelajaran secara efektif dengan memanfaatkan media dan model pembelajaran yang inovatif serta menganalisis hasil belajar siswa untuk melihat hasil analisis pada asessmen formatif dan asessmen sikap dan ketrampilan sehingga dapat menjadikan acuan dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran selanjutnya.
Menurut Earl (2006: 7), asessment of leaning adalah asesmen yang digunakan untuk mengkonfirmasi apa yang siswa ketahui, untuk menunjukkan apakah telah memenuhi standar dan/atau menunjukkan kedudukan siswa dengan siswa lain. Kemudian, assessment for learning adalah asesmen yang rancang untuk memberikan informasi kepada guru untuk memodifikasi kegiatan pembelajarannya, membedakan dan memahami cara siswa melakukan pendekatan belajar. Selanjutnya, assessment as learning adalah bagian dari assessment for learning yang menekankan pada penggunaan asesmen sebagai proses mengembangkan dan mendukung metakognisi siswa, dalam pengertian siswa diberi kesempatan dan dibimbing untuk melakukan pemantauan dan menggunakan hasil pemantuan untuk memperbaiki belajarnya. Penggunaan AoL, AfL dan AaL yang seimbang dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Selama ini, penggunaan asesmen dalam pembelajaran di kelas masih belum seimbang. Penggunaan asesmen masih didominasi oleh assessment of learning tanpa diimbangi oleh assessment for learning dan assessment as learning.
PEMBAHASAN
Proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila siswa mampu menerima dan paham terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam proses pembelajaran, guru harus dapat menyampaikan materi yang menarik agar materi dapat dipahami dan dimengerti siswa sehingga tujuan belajar dapat tercapai. Guru diharapkan mampu memberikan materi dengan metode yang menyenangkan, sehingga proses pembelajaran bisa bermakna dan peserta didik dapat termotivasi untuk mengikuti pembelajaran.Keterbatasan dan lemahnya kreatifitas guru dalam merencanakan pembelajaran, membuat media pembelajaran, dan mengelola kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran yang variatif harus sesuai dengan karakter siswa dikelas, menjadi penyebab rendahnya pemahaman siswa pada materi biologi, terutama materi yang bersifat abstrak.
Menurut Budiyono (2011: 59), Asessmen for Learning pada dasarnya adalah penilaian yang formatif. Diberikan nama Asessmen for Learning adalah dengan tujuan untuk menekankan bahwa asesmen yang dilakukan adalah asesmen untuk perbaikan pembelajaran, bukan asesmen untuk melihat seberapa banyak pengetahuan yang telah dikuasai siswa. Apabila asesmen dilakukan secara tepat akan mampu meningkatkan penguasaan matematika siswa. Hal itu sesuai yang dikemukakan oleh Stiggins & Chappuis (2006) bahwa Asessmen for Learning dapat meningkatkan kesuksesan siswa. Asessmen for Learning sudah diterapkan sejak lama dan terbukti telah dapat meningkatkan kemampuan matematika siswa di Inggris.
Evaluasi pembelajaran saat dilapangan dilaksanakan dengan mengulas materi yang telah disampaikan dan menyimpulkan tentang keseluruhan materi yang disampaikan. Saat pembelajaran dikelas diberikan soal dengan materi yang telah diajarkan oleh praktikan. Kemampuan guru dalam menguasai materi dan metode penyampaian merupakan hal terpenting dalam proses belajar mengajar yang diharapkan agar terjadi transfer nilai dan ilmu serta ketrampilan dari guru ke siswa. Akan tetapi, bila siswa kurang respek dan kurang serius terhadap mata pelajaran, akan menyebabkan kesulitan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut tentunya juga akan mempengaruhi lancar atau tidaknya kegiatan pembelajaran.
Hasil penilaian berupa hasil asessmen formatif pada pretest ada 6 orang siswa yang sudah melebihi KKTP, nilai siswa yang tidak mencapai KKTP sebanyak 25 orang serta nilai tertinggi yaitu 70 dan nilai terendah adalah 10. Hasil penilaian berupa hasil asessmen formatif pada postest ada 20 orang siswa yang sudah melebihi KKTP dan siswa berjumlah 11 orang dibawah nilai KKTP, serta nilai tertinggi yaitu 100 dan nilai terendah adalah 50. Peserta didik akan melakukan remedial merupakan peserta didik dengan nilai dibawah  KKTP dengan  cara yaitu akan diberi tambahan materi tentang Biodiversitas dan Manfaat Keanekaragaman Hayati dilakukan remedial dengan soal yang berbeda. Remedial dilakukan dengan patokan dari nilai postest.
Hasil penilaian menurut saya sudah mencapai tujuan pembelajaran yaitu peserta didik mampu menyimpulkan ciri, bentuk dan struktur virus karena nilai peserta didik sudah diatas 50% yang melebihi nilai KKTP. Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik sehingga dapat membantu kemampuan berpikir peserta didik meningkat, kemampuan menyelesaikan masalah dengan nyata serta membuat siswa mandiri menemukan solusi atas apa yang terjadi.
Tantangan untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu:
Guru sudah menggunakan media pada waktu proses pembelajaran berlangsung tetapi kurang adanya interaksi dengan siswa pada saat media berupa video pembelajaran ini ditayangkan
Guru belum maksimal menggunakan model pembelajaran PBL pada saat proses pembelajaran
Masih banyak ditemukan siswa belum aktif didalam diskusi kelompok
Siswa belum mampu memecahkan masalah yang diberikan oleh guru
Yang terlibat dalam kegiatan PPL Â ini, yaitu :
Saya sebagai guru pada saat proses pembelajaran
Siswa kelas X-2 yang menjadi sampel
Suci Amaliyah, S.Pd yang membantu saya menjadi observer dikelas ketika PPL
Ela Soniarti, S.Ag yang membantu saya mempersiapkan semua hal perekaman dalam melaksanakan kegiatan PPL disekolah
Kepala Sekolah (Matina S.Pd) yang menjadi penanggungjawab dalam kegiatan PPL
Langkah -- langkah yang diambil dalam mengatasi tantangan tersebut :
Berkaitan dengan penggunaan media :
Guru harus kreatif dalam memilih media ajar yang baik dan tepat. Guru dapat menggunakan media pembelajaran berupa media berbasis TPACK berupa video pembelajaran yang di ambil dari Youtube. Kemudian guru melakukan interaksi dengan siswa dikelas contoh dapat memberikan pertanyan untuk menimbulkan antusiasme siswa berpikir secara kritis untuk menaganalisis masalah yang diberikan nantinya pada LKPD.
Berkaitan dengan penggunaan model Pembelajaran :
Guru menggunakan pendekatan saintifik dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), adapun sintak atau langkah pembelajarannya ada 5 langkah yaitu sebagai berikut :
Orientasi pada masalah
Mengorganisasi peserta didik untuk belajar
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Mengembangkan dan menyajikan hasil
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Berkaitan dengan penilaian :
Guru melaksanakan asessmen for learning yaitu dengan asessmen formatif dilakukan pada saat kegiatan penutup diberikan kepada suluruh peserta didik. Untuk menilai sikap dan ketrampilan dengan menggunakan asessmen as learning dengan melakukan penilaian diskusi kelompok dan penilaian saat persentasi.
Berkaitan dengan pengelolaan kelas :
Guru mendesain kelas siswa dengan menyusun kursi agar siap ditempati ketika proses pembelajaran berlangsung nantinya.
KESIMPULANÂ
Dampak dari aksi terhadap langkah-langkah yang dilakukan :
Guru membentuk kelompok untuk berdiskusi dan murid menyelesaikan tugas yang diberikan guru pada lembar kerja (LKPD) kemudian mereka masing- masing kelompok mempresentasikannya kedepan kelas.
Hasil proses penilaian pada pretes dengan siswa yang tuntas sebanyak 6 orang dan yang tidak tuntas sebanyak 25 orang dikarenakan siswa belum memahami materi yang akan disampaikan setelah melakukan proses pembelajaran dan ikut aktif didalam diskusi terlihat hasil belajar siswa meningkat pada hasil postes yaitu 20 orang yang tuntas dan 11 orang yang tidak tuntas.
Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning membuat murid lebih termotivasi untuk belajar dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional yang selama ini sering digunakan. Hal ini terlihat dari indikator keaktifan murid yang meningkat dibandingkan dengan sebelum menggunakan model PBL, walaupun masih ada beberapa orang murid yang masih tidak terlalu terlibat aktif dalam kegiatan diskusi kelompok.
Dalam proses pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan model pembelajaran tersebut respon dari lingkungan sekitar yaitu murid, teman sejawat, kepala sekolah belum memberikan respon positif.
Diantaranya :
1. Untuk kegiatan pembelajaran secara keseluruhan masih ada beberapa yang belum sinkron dengan modul ajar yang dibuat.
2. Penyajian materi kurang speseifik suara kadang tidak terdengar. Walaupun ada sedikit kekurangan pada saat pengambilan video.
3. Pada saat murid mempresentasikan hasil diskusi dari kerja kelompoknya guru kurang berperan aktif untuk mengarahkan peserta didik bertanya dikelas kemudian guru memberikan penguatan terhadap hasil presentasi tersebut secara klasikal pada akhir proses pembelajaran
4. Respon dari peserta didik mereka menyukai kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan karena kegiatannya seru dan tidak membosankan bagi mereka.
Faktor keberhasilan terjadi pada saat menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning yaitu berhasil melaksanakan sintak atau langkah pembelajaran sesuai dengan tahapan. Peserta didik sudah memperlihatkan hasil belajar yang baik dilihat peningkatan nilai pada nilai pretest dan postest.
Faktor ketidakberhasilan yaitu karena mengerjakan pada lembar aplikasi canva dengan menggunakan handphone hanya beberapa siswa saja yang bisa mengedit bahan presentasi dikarenakan mereka mengerjakan menggunakan pakai 1 handphone jadi memang memilih siswa yang mahir menggunakan aplikasi tersebut.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI