Mohon tunggu...
Anggi Marpaung
Anggi Marpaung Mohon Tunggu... -

Bee seeker, tea addict-coffee lover, (still) a-sexual, moodswinger, dan terus berwacana melakukan DIET! That's me. :D

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jalan Pulang

13 Oktober 2011   06:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:01 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secangkir vanilla latte-ku sudah habis. Kami masih lebih banyak diam. Aku memesan cangkir ke-2. Aku seperti berhadapan dengan orang asing.

“Kamu benar, Na.. Suatu saat aku harus pulang dan memilih tinggal di mana,” kali ini dia memulai percakapan. Sambil tersenyum.

“Lalu?”

“Empat tahun aku mencari jalan pulang. Ternyata susah. Aku sudah lupa dunia seperti apa yang dulu aku jalani, saat aku pertama lahir ke dunia.”

Aku hanya diam saja. Belum mengerti percakapan ini akan berakhir seperti apa. Aku cuma tidak mau berakhir dengan pertengkaran.

“Aku hampir saja mencari rumah di duniaku sekarang, sampai akhirnya aku sadar, bahwa aku bukan hanya hidup untuk diriku sendiri, aku bukan hidup hanya untuk masa ini, dan kurasa, ini bukan takdirku.”

Aku mulai menatapnya, ingin tahu apalagi yang ingin dia katakan.

“Akan ada masa di mana aku harus mempertanggungjawabkan hidupku pada orang tuaku. Lebih dari itu, pada Tuhanku. Dan saat itu aku sadar, aku tidak bisa hidup di duniaku sekarang untuk selamanya. Seenak-enaknya tinggal di penthouse hotel termewah sekalipun, tetap saja aku harus pulang ke rumah. Empat tahun aku mencari jalan pulang itu. Empat tahun aku jatuh bangun, Na.. Mungkin dulu kau benar. Yang kunikmati itu nafsu. Nafsu yang diberikan Tuhan sebagai cobaan untukku. Kalau aku bisa melewati cobaan ini, Tuhan pasti membalas kan? Itu yang aku camkan dalam perjalananku mencari jalan pulang.”

Aku masi mencerna setiap kata-katanya. Sambil sesekali menatapnya dan meneguk vanilla latte cangkir keduaku.

“Ternyata, aku masih butuh keluarga. Masih butuh Tuhan. Dan aku makin tersesat di duniaku yang itu. Aku lalu mulai melihat ke belakang, mencari-cari di jalan mana aku dulu tersesat. Aku mulai berdamai dengan masa laluku. Memaafkan ayahku atas kealpaannya di masa kecilku. Aku semakin sering menghadap Tuhan. Karena aku tau, cuma Dia yang bisa membantuku pulang.”

“Lalu, apa kau akhirnya menemukan jalan pulang? Apa kau sudah siap untuk pulang?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun