Pemimpin muda yang hanya memiliki modal politik dan modal sosial minus wawasan birokrasi akan sulit keluar dari jebakan ini. Birokrasi sudah membangun jejaringnya sendiri sejak sangat lama. Begitu dia harus memimpin birokrasi ia seakan harus menghadapi pertarungan idealisme dan kultur birokrasi yang sult ditundukkan. Pemimpin muda yang tidak lihai menghadapi situasi ini akan tergelincir pada pola permainan birokrasi.
Nah, mereka yang sebenarnya datang dari luar dan sama sekali jauh tidak memahami kondisi birokrasi akan mudah tergelincir.
Apalagi apabila tekanan  politik yang merupakan faktor eksternal datang. Ia merasa menjaga modal politik dan modal sosial yang dipunyainya. Karenanya, pemimpin muda yang merasa memiliki kewenangan di tangan akan mudah sekali masuk perangkap patologi birokrasi itu. Karena itu, pertemuan antara tekanan dan kesempatan itulah yang akhirnya memicu korupsi.
Pekan lalu, saya berdiskusi dengan politikus senior Senayan. Ia kenyang pengalaman soal menghadapi patologi birokrasi itu sendiri. Saat menjadi pemimpin daerah, ia mengaku punya kewaspadaan dobel. Nilai-nilai anti korupsi ia dapatkan ketika menjadi aktivis pro demokrasi. Sebenarnya, tekanan faktor eksternal dan kesempatan memungkinkannya menyimpang. Namun ia mengaku bahwa narasi dan komitmen itu terus ia pegang ketika memimpin birokrasi. Kendati pun berakibat tidak disukai di kalangan birokrasi dan kerap berakhir pahit.
Di Jawa Timur banyak sekali contoh jebakan patologi birokrasi yang ditangani KPK. Latar belakang pemimpin muda yang terjebak pun beragam. Mulai pengusaha muda, pengurus partai politik hingga pendidik.
Terus terang, ia terheran-heran, mengapa seorang bupati yang datang dari latar belakang pengusaha, masih doyan korupsi recehan yang nilainya hanya Rp 25-Rp 50 juta. Uang tersebut dia dapat dari sogokan mutasi pejabat level kecamatan saja, setingkat kepala sekolah atau kepala puskesmas begitu. Padahal, sebelumnya ia berangkat dari pengusaha sukses dengan unit usaha dimana-mana.
Politikus senior tadi berpesan, menjadi pemimpin muda harus mampu menjalankan narasi baik yang ada di otaknya. Narasi itu ia susun sebelum disumpah sebagai pemimpin muda. Ia harus mampu melawan badai, selagi apa yang diniatkannya baik.
Apakah Anda, pemimpin muda bisa menghadapi tantangan ini ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H