Yang ada hanya sikap dingin tak berperasaan, lukisan dirinya yang coba ia terapkan kepada manusia lain. Tapi gagal.Â
Jika Ibnu Arabi pernah menjawab sebuah pertanyaan 'Siapakah pencuri terkejam?' tanya seseorang. 'Yang terkejam itu mata wanita, jika ia melihat kepadamu dengan tatapan matanya, kamu akan kehilangan segalanya' jawab Ibnu Arabi.Â
Jawaban Ibnu Arabi itu tak ada pada diri lelaki itu. Bukan wanita itu yang kejam, tapi hasrat lelaki itu yang kejam, sangat kejam, bahkan terlalu kejam. Menyalahkan wanita hanya salah satu faktor tidak konsistennya cara lelaki itu bersikap.Â
Ia bukanlah kstaria yang mau untuk mengalah, tak ada jiwa patriotik, lelaki itu cenderung menyalahkan alih-alih memaafkan. Sudah berapa kali hal itu terjadi, berapa kali pula lelaki itu melakukan hal serupa? Nyatanya? Tetap tak ada perbedaan.Â
Satu tempat ..
Lelaki itu tak suka berpindah-pindah. Hanya isu tentang diri yang kerap kali berpindah. Ia nyaman di satu tempat, bertahan berjam-jam meski kata orang lain tempat itu membosankan.Â
Tidak peduli seberapa besar kesakitan yang telah manusia lain memendam rasa sakit kepada lelaki itu.
Mereka akan mudah menemukannya di tempat yang sama. Lelaki itu akan tetap duduk disana, dan biarkan dia mempertanggungjawabkan semua sikapnya sendirian.Â
Achilles ..
'Aku akan mengenalimu dalam kegelapan yang sesungguhnya, seandainya kau bisu dan aku tuli. Aku akan mengenalimu di kehidupan yang lain sepenuhnya, dalam tubuh yang berbeda, waktu yang berbeda. Dan aku akan mencintaimu dalam semua ini, hingga bintang terakhir di langit terbakar hingga dilupakan'.Â
Jawab Achilles saat ia mendapatkan lontaran kata 'Aku Mencintaimu'.Â