Pikiran itu sekarang muncul. Dulu tidak. Namun saat dipikirkan kembali, apa yang membuat Ris mau bermain-main dan pura-pura menerimanya?Â
Padahal segala kelebihan ada pada Risda, cantik, manis, pintar dan baik tutur katanya.
Jika harus diputslar balik. Bisa saja lelaki itu menjadikan Risda sebagai objek bermain-mainnya. Karena memang tak ada kelebihan apapun dari si lelaki itu.Â
Jika ingin tugasnya selesai dan mendapatkan nilai bagus, ada Ris. Jika dipikir kembali. Lelaki itulah yang punya potensi lebih besar untuk bermain-main.
Sekarang. Ia merenung dan berpikir lagi, ternyata Ris memang benar menerimanya tanpa ada rasa ragu. Malah keraguanlah yang muncul dalam diri lelaki itu sehari setelahnya.
Pasca mengungkap perasaannya lewat BBM, dalam sehari full ia bertukar pesan dengan Ris. Terus bertukar pesan sampai larut malam.Â
Keduanya terpaksa mengakhiri hubungan. Saat bertemu di sekolah, lelaki itu sesekali curi-curi pandang.
Melihat Ris dari kejauhan. Bangku Ris ada di barisan paling depan, sementara si lelaki itu paling belakang.
Lelaki itu terus saja mencuri-curi pandang ke arah Ris. Ia terlalu suka melihat wajah manis gadis kecil itu.Â
Di sekolah tak ada hal luar biasa, semua berjalan seperti semula. Cerita berbeda ketika lelaki itu sudah pulang kerumah.
Tak ada angin, tak ada hujan, ia mengirimkan pesan ke Ris bahwa ia ingin mengakhiri hubungannya sepihak.Â