Mohon tunggu...
Anggit Pragusto Sumarsono
Anggit Pragusto Sumarsono Mohon Tunggu... Bankir - Minat pada Ekonomi Keuangan Syariah, Kajian Stratejik Global

Mahasiswa Pascasarjana Ekonomi & Keuangan Syariah, Sekolah Kajian Stratejik & Global (SKSG), Universitas Indonesia || Praktisi Perbankan Syariah

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Strategic Studies: Classical "Military an Politic Prespective" (Case Study : Vietnam vs USA, Gerilya Indonesia vs Belanda)

3 November 2019   17:40 Diperbarui: 3 November 2019   17:49 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam mengkaji Strategic Studies Classical "Military an Politic Prespective dari sudut pandang ke Indonesiaan setidaknya minimal ada 3 referensi yang bisa kita telaah lebih dalam yaitu : 1. The Art Of War" atau "Seni Perang Sun Zi" (Hanyu Pinyin: Sn Z Bngf) adalah sebuah buku filsafat militer yang diperkirakan ditulis pada abad ke-6 oleh Sun Zi (juga disebut sebagai Sun Tzu, sumber : wikipedia). 2. Carl von Clausewitz dalam bukunya yang berjudul On War. 3. Gagasan dan praktek perang gerilya dari A.H Nasution dalam sekitar perang kemerdekaan.

The Art Of War - Sun Tzu

The Art Of War Sun Tzu menjadi referensi paling tua di dunia dalam Strategic Studies Classical karena diperkirakan ditulis pada abad ke-6. "The Art Of War" atau "Seni Perang Sun Zi" (Hanyu Pinyin: Sn Z Bngf) adalah sebuah buku filsafat militer yang diperkirakan ditulis pada abad ke-6 oleh Sun Zi (juga disebut sebagai Sun Tzu). Terdiri dari 13 bab di mana setiap bagian membahas strategi dan berbagai metode perang. Karya ini merupakan karya tulis militer Tiongkok yang paling dihormati dan paling terkenal di luar negeri Tiongkok.[1] Siapa yang menulis buku ini sampai sekarang masih diperdebatkan oleh para pakar sejarah. Beberapa ahli berpendapat bahwa Sun Zi bukanlah nama asli penulis buku ini, melainkan julukan yang diberikan orang kepada penulis tersebut. Sebab, kata "Zi" pada nama Sun Zi sebenarnya digunakan untuk mengacu pada seorang filsuf sehingga Sun Zi diartikan sebagai "filsuf Sun."[1]

Dalam buku Sun Tzu tentang seni perang militer tertua di dunia diterjemahkan dari bahasa Cina ke bahasa Inggris dengan pendahuluan dan catatan kritis oleh Lionel Giles dijelaskan:  "Ketika Lionel Giles memulai terjemahannya tentang The Art Of War Sun Tzu, karya itu hampir tidak dikenal di Eropa. Pengenalannya ke Eropa dimulai pada 1782 ketika seorang Pastor Jesuit Prancis yang tinggal di Cina, Joseph Amiot, memperoleh salinannya, dan menerjemahkannya ke dalam bahasa Prancis.

Di dalam wikipedia dapat di peroleh keterangan bahwa : "Buku ini menjadi salah satu buku strategi militer tertua di dunia dan banyak memberikan pengaruh dalam perencanaan strategi militer baik Dunia Timur maupun Barat, taktik bisnis, dan banyak lagi. Buku yang ditulis sekitar tahun 400---320 SM ini pertama kali diperkenalkan di Jepang pada tahun 716---735 M. Sementara itu, di Eropa, buku ini diperkenalkan oleh pada tahun 1772 oleh Jesuit Jean Joseph Marie, yang menerjemahkannya ke dalam bahasa Prancis. Kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Kapten Everard Ferguson Calthrop pada tahun 1905, seorang kapten berkebangsaan Inggris.

Pemimpin yang beragam seperti Mao Zedong, jendral Vo Nguyen Giap, Baron Antoine-Henri Jomini, jendral Douglas MacArthur, Napoleon, dan anggota tertentu dari komando tinggi Nazi mengklaim telah menarik inspirasi Seni perang Sun Tzu dari pekerjaannya. Dan juga telah diterapkan untuk bisnis dan strategi manajerial."

Buku "The Art of War " terdiri dari 13 bab, di mana setiap bagian membahas strategi dan berbagai metode perang kalau diurutkan 13 bab tersebut berisi tentang : 1. Kalkulasi, 2. Perencanaan, 3. Strategi, 4. Kekuatan pertahanan, 5. Formasi, 6. Kekuatan dan kelemahan, 7. Manuver, 8. Sembilan Variasi, 9. Mobilitas, 10.  Tanah lapang, 11. Sembilan Situasi Klasik, 12. Menyerang dengan api,  13. Intelijen. Sun Tzu menjelaskan bahwa "Perang adalah urusan vital bagi negara; jalan menuju kelangsungan hidup atau kehancuran. Oleh karena itu, mempelajari perang secara seksama adalah suatu keharusan". Arti pentingnya perang bagi sebuah negara di tegaskan lagi oleh Sun Tzu yang menyampaikan bahwa : "Seni perang sangat penting bagi negara. Ini menyangkut masalah hidup dan mati, satu jalan (tao) menuju keselamatan atau kehancuran."

On War - Carl Von Clausewitz

Referensi selanjutnya yang bisa kita kaji dalam Strategic Studies Classical adalah Carl von Clausewitz dalam bukunya yang berjudul On War. Clausewitz menjabarkan strategi-strategi perang modern berdasarkan inspirasi dari peperangan pada jaman Napolean. Clausewitz menyampaikan bahwa perang merupakan kepanjangan dari politik, dimana tujuan dari perang tersebut adalah untuk meraih kepentingan atau tujuan politik dari aktor yang melakukan perang. Clausewitz menjelaskan juga bahwa, keputusan untuk berperang sangat bergantung pada kesinambungan tiga komponen dalam perang ,atau yang biasa disebut dengan the Trinity of War, yaitu pemerintah, militer/jendral, dan rakyat. Ketiga komponen inilah yang menentukan kesuksesan sebuah peperangan.

Dalam memahami teori strategi perang Clausewitz ini kita bisa ambil studi kasus peperangan antara Vietnam vs USA. Dari sumber wikipidia dapat diperoleh informasi mengenai perang Vietnam vs USA dengan keterangan sebagai berikut:

"Perang Vietnam, juga disebut Perang Indocina Kedua, adalah sebuah perang yang terjadi antara 1957 dan 1975 di Vietnam. Perang ini merupakan bagian dari Perang Dingin antara dua kubu ideologi besar, yakni Komunis dan SEATO.  Dua kubu yang saling berperang adalah Republik Vietnam (Vietnam Selatan) dan Republik Demokratik Vietnam (Vietnam Utara). Amerika Serikat, Korea Selatan, Thailand, Australia, Selandia Baru dan Filipina (yang bantuan militer oleh Taiwan dan Spanyol) bersekutu dengan Vietnam Selatan, sedangkan Uni Soviet, Tiongkok, Korea Utara, Mongolia dan Kuba mendukung Vietnam Utara yang berideologi komunis. Jumlah korban yang meninggal diperkirakan lebih dari 280.000 jiwa di pihak Vietnam Selatan dan lebih dari 1.000.000 jiwa di pihak Vietnam Utara. Perang ini mengakibatkan eksodus besar-besaran warga Vietnam ke negara lain, terutamanya Amerika Serikat, Australia dan negara-negara Barat lainnya, sehingga di negara-negara tersebut bisa ditemukan komunitas Vietnam yang cukup besar. "

Pembuktian teori trinitas Clausewitz dalam perang Vietnam vs Amerika Serikat di sampaikan oleh Rany Purnama Hadi dengan penjelasan sebagai berikut:  "Adanya kesinambungan antara pemerintah, militer, dan publik turut memberikan pengaruh penting dalam keberhasilan sebuah peperangan. Dalam kasus Amerika Serikat di perang Vietnam, publik di AS tidak memberikan dukungan kepada pemerintah dan militer untuk terus terlibat dalam perang. Dengan adanya protes dan kecaman-kecaman yang diberikan, kemudian mempengaruhi kebijakan pemerintah AS untuk menarik mundur pasukan AS yang berakibat pada kemenangan komunis Vietnam yang sekaligus dianggap sebagai kekalahan AS.

Perang yang pada saat itu disinyalir sudah begitu dekat dengan kemenangan, terpaksa harus dihentikan oleh Presiden Nixon dengan menarik mundur sejumlah pasukan militer AS yang ada di Vietnam. Jika melihat dari fakta yang telah dipaparkan, maka benar kemudian jika Amerika Serikat dinyatakan kalah, dan pengaruh kesinambungan dari trinitas Clausewitz dapat terbukti."

Jika dilihat berdasarkan trinity of war Clausewitz dengan perang Vietnam melawan Amerika Serikat, maka dapat dibuktikan bagaimana kemudian kesinambungan antara pemerintah, militer, dan publik memberikan pengaruh terhadap peperangan dengan hasi berupa kekalahan Amerika Serikat. Hal ini terjadi karena tidak solidnya sinergi antara pemerintah, militer dan rakyat Amerika Serikat dalam menyikapi peperangan antara Vietnam melawan Amerika Serikat.

Gagasan dan Praktek Perang Gerilya - A.H Nasution

A.H Nasution merupakan salah satu tokoh militer di Indonesia yang memperlihatkan pandangan yang khas terhadap sejarah revolusi Indonesia. Dalam ceramahnya terhadap para sejarawan tahun 1976 di Gedung Kebangkitan Nasional, Nasution pernah memamerkan latar belakang dan vara kerja yang menghasilkan buku Pokok-Pokok Gerilya, Tentara Nasional Indonesia (3 Jilid), Politik Militer RI dan Sekitar Perang Kemerdekaan (11 Jilid).

Dalam ceramahnya ia mengatakan bahwa motivasi yang mendorong dirirnya untuk menulis Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia dan buku-buku lain adalah pergolakan pribadi, yang pada masa 1952-1955 merasa terpelanting dari perjuangan, hingga terpaksa harus mencari jalan. Pada masa revolusi, militier di Indonesia memiliki pemahaman yang tidak jauh berbeda dengan isi dari buku gagasan dan praktek perang gerilya yang ditulis oleh A.H Nasution. Jadi apa yang ditulis oleh A.H Naution adalah hal-hal yang telah dipraktikkan oleh militer Indonesia pada masa perang kemerdekaan.

"Gerilya" merupakan terjemahan dari bahasa Spanyol "guerrilla" yang secara harafiah berarti "perang kecil". Taktik mirip dengan yang dilontarkan oleh ahli militer Cina, Sun Tzu yang hidup sekitar 2000 tahun yang lalu. Ide dasarnya adalah menggunakan segala kekuatan (sumber daya) untuk mengalahkan musuh yang lebih kuat. Oleh Jenderal A.H. Nasution, taktik ini kemudian diadaptasi untuk diterapkan dalam masa perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Sebagai seorang tokoh militer, Nasution dikenal sebagai peletak dasar perang gerilya. Gagasannya yang gemilang tentang perang gerilya dituangkan dalam buku Pokok-Pokok Gerilya. Selain telah diterjemahkan ke berbagai bahasa asing, dengan judul Fundamentals of Guerrilla Warfare, buku tersebut juga menjadi buku wajib akademi militer di sejumlah negara, termasuk sekolah elite militer dunia, West Point, Amerika Serikat.

Dalam buku tersebut, Nasution menulis, "Perang gerilya adalah perang rakyat semesta". Oleh karena itu, buku tersebut perlu dibaca oleh setiap anggota militer maupun masyarakat awam. Seperti yang diramalkan oleh Nasution, di masa-masa mendatang (seperti juga di masa lalu), kita mungkin masih menggantungkan pertahanan dan keutuhan negara ini pada strategi perang gerilya. Di mana syarat utama keberhasilannya terletak pada kekompakan serta rasa saling percaya antara pemerintah, militer dan rakyat. Kesinambungan tiga komponen dalam perang tersebut yang disampaikan oleh A.H Nasution hampir sama dengan konsep the Trinity of War, yaitu kesinambungan antara pemerintah, militer/jendral, dan rakyat yang disampaikan oleh Carl Von Clausewitz dalam bukunya yang berjudul On War.

Setelah kita kaji lebih mendalam mengenai 3 teori dalam Strategic Studies : Classical "Military an Politic Prespective" yaitu The Art Of War-Sun Tzu, On War - Carl Von Clausewitz serta Gagasan dan Praktek Perang Gerilya - A.H Nasution bahwa The Art Of War-Sun Tzu menjadi teori tentang perang yang paling tua dan menjadi sumber rujukan teori-teori setalahnya. The Art Of War-Sun Tzu menjadi sumber rujukan yang palinhg lengkap karena mencakup banyak hal mengenai peperangan.

Sedangkan Carl Von Clausewitz menyampaikan gagasan yang lebih simpel untuk dipahami yaitu dalam konsep Trinity of War yaitu sinergisitas antara pemerintah, militer/jendral, dan rakyat dalam peperangan. Untuk kajian ke Indonesiaan dan kondisi pada saat perang kemerdekaan dimana militer saat itu kekurangan sumber daya senjata maka A.H Nasution merumuskan cara-cara dalam berperang dengan memaksimalkan sumber daya yang ada yaitu dengan cara perang gerilya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun