Mohon tunggu...
Anggitha Laorendya
Anggitha Laorendya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurusan Gizi

Mahasiswa aktif jurusan gizi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengatasi Emotional Eating pada Remaja

31 Oktober 2023   17:51 Diperbarui: 31 Oktober 2023   18:14 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

MENGATASI EMOTIONAL EATING PADA REMAJA

Masa remaja merupakan periode pematangan dari proses pertumbuhkembangan manusia, perubahan fisik mempengaruhi status gizi dan kesehatannya.  Terlepas kondisi bawaan sejak lahir, kecanduan narkotika, alkohol, dan rokok, serta hubungan seksual usia dini, terbukti menambah masalah psikososial dan emosional terutama pada remaja.  Kesulitan menyesuaikan diri dalam menghadapi masalah serta perubahan merupakan stressor yang muncul dan berakhir sebagai masalah bagi seorang remaja. 

Stressor merupakan faktor-faktor yang dapat mengakibatkan reaksi psikologis bagi individu.  Stressor dapat berbentuk fisik dan dapat berkaitan juga dengan interaksi sosial. Pola pikir serta perasaan individu yang nyata maupun imajinasi dianggap sebagai pemicu stressor.  Gangguan yang sering terjadi biasanya adalah gangguan emosional contohnya yaitu emotional eating, hal ini biasanya terjadi dengan lambat dan seringkali tidak disadari kapan waktu mulainya. 


Apa itu Emotional Eating?

Emotional eating muncul saat individu menghadapi keadaan negatif, disebabkan tingginya hormon kortisol yang tidak efektif terhadap stres.  Makan melepaskan dopamin yang membuat otak merasa lebih baik.  Hal ini menyebabkan kondisi fisiologi muncul bukan karena adanya rasa lapar, namun memperbaiki kondisi emosional.  Ketidakmampuan meregulasi diri dengan baik dalam perilaku makan dapat mengakibatkan kondisi overweight pada remaja.

Perilaku makan terjadi berulang sehingga tersimpan di memori otak terhadap asupan makanan yang masuk.  Perasaan kenyang dapat dimanipulasi setelah atau di antara waktu makan berdasarkan kebiasaan makan sebelumnya.  Hormon leptin dikeluarkan oleh jaringan lemak dan insulin yang dikeluarkan pankreas, berbanding dengan kadar lemak tubuh.  

Kadar lemak tubuh tinggi maka kadar leptin dan insulin tinggi, merupakan sinyal bagi otak untuk menghentikan asupan makanan, begitupun sebaliknya.  Meskipun dalam kondisi tidak lapar, pikiran terfokus untuk mengkonsumsi makanan yang bertujuan untuk menekan emosi dan memberikan perasaan nyaman bagi tubuh.

Kenali Penyebab Emotional Eating

Emotional eating merupakan perilaku otomatis.  Semakin banyak makanan yang dikonsumsi untuk mengatasi emosi, maka akan semakin sering kebiasaan tersebut dilakukan.  Hampir seluruh hal bisa menjadi pemicu keinginan seseorang untuk makan. Namun alasan umum yang sering terjadi secara emosional disebabkan oleh:

  • Stres

  • Finansial

  • Kesehatan diri

  • Hubungan percintaan

  • Sedang melakukan atau memiliki riwayat diet ketat

Selain itu, penyebab lain yang berpotensi termasuk:

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun