Mohon tunggu...
Sri Nararia Anggita Damayanti
Sri Nararia Anggita Damayanti Mohon Tunggu... -

One of SA Choir (Voix de la Nation) members; Sedang dalam proses bimbingan untuk menulis*

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Cerpen] Perkumpulan: Luka

24 Maret 2017   16:08 Diperbarui: 27 Maret 2017   01:00 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Aku ingin bicara” suara Chandra memecah keheningan.

“Sebenarnya aku mala untuk mengakui ini. Tapi, pada kenyataannya, kekasihku tidak meninggalkanku” sambungnya sambil mulai menangis.

Betapa mengejutkan mendengar ucapan kawanku yang satu lagi itu.

“Aku yang meninggalkannya” suaranya terbata-bata mengucapkan kenyataan itu.

“Aku terbawa emosi. Walaupun ia sudah meminta maaf  berjuta kali dan memang pada kenyataannya perempuan tersebut adalah teman karibnya. Akuyang bersalah di sini” lanjutnya lagi sambal menangis  tersedu-sedu.

Itulah pertama kali Chandra mengalami hal semacam ini. Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Dia adalah sosok yang sangat tegar diabandingkan dengan teman-temanku yang lain. Iya, memang, setegar apapun seseorang, tetapsaja ia mempunyai titik lemah. Jadi,inilah masa dimana Chandra mengalami masa-mas terpuruk dam hidupnya.

Kau sudah tidak aktif lagi dalam perkumpulan. Kau harus terbang ke luar kota untuk melanjutkan pendidikanmu. Kau terbang kembali ke banyuwangi hanya untuk menikmati liburan akhir semester. Perkumpulan berkurang keaktifannya karena jenjang pendidikan yang harus menciptakan jarak kau, Chandra, Yuli, dan Gita. Kau tetap berkumpul bersama mereka.

Cerah, begitu cara waktu menjawab pertanyaannya sendiri. Kau dan kawanmu berkumpul setiap liburan akhir semester. Kau masih mencari album sekolah menengah pertamamu yang tersesat. Bukumu belum ditemukan. Mungkin kau tidak memerlukannya. Tapi itu tidak penting. Luka lama maupun baru bukanlah hal yang terlalu penting. Pahit dan tidak perlu diungkit. Karena keduanya dapat terhubung dengan cara yang ajaib dan tidak terduga. Bahagia dapat membantu mengganti isi dari jiwa yang terpenuhi oleh luka. Kini kau mengerti. Kau harus berterimakasih. Perkumpulan ini telah memberimu banyak pelajaran. Mulai dari Chandra dari Malang, Yuli dari Surabaya, dan Gita dari Bali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun