Mohon tunggu...
NK Anggita Cahya
NK Anggita Cahya Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa program studi Sistem Informasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Realisasi Panca Sradha Dalam Kehidupan Sehari-hari

28 Maret 2023   11:30 Diperbarui: 14 Mei 2023   21:18 1604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Agama Hindu merupakan sistem kepercayaan yang kaya, mencakup keyakinan yang bersifat monoteisme, politeisme, panenteisme, panteisme, monisme, dan ateisme. Konsep ketuhanannya bersifat kompleks dan bergantung pada nurani setiap umatnya atau pada tradisi dan filsafat yang diikuti. Setiap agama pati memiliki dasar keyakinannya tersendiri. Tak terkecuali Agama Hindu. Dasar keyakinan yang dipercayai oleh agama hindu disebut dengan Panca Sradha.

Panca Sradha berasal dari kata bahasa sansekerta, yaitu Panca yang berarti lima, dan Sradha berarti "yakin", "percaya". Jadi Panca Sradha adalah Lima dasar keyakinan dalam Agama Hindu. Kelima keyakinan ini kemudian menjadi pondasi yang dijadikan sebagai dasar pijakan bagi umat Hindu dalam berkehidupan di lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Panca Sradha ini memiliki lima (5) bagian diantaranya yaitu Brahman, Atman, Karmaphala, Purnambhawa, dan Moksa. Berikut penjabaran dari masing-masing bagian Panca sradha:

1,  Brahman

Brahman artinya percaya akan adanya Tuhan. Sang Hyang Widhi merupakan penguasa di alam semesta dalam Weda dikatakan "Ekam Eva Adwityam Brahman" yang artinya hanya satu Tuhan (Hyang Widhi) tidak ada duanya. Dalam kitab Reg Weda Mandala I Sukta 164 Mantra 46 konsepsi Tuhan yang tunggal disebutkan bahwa "Ekam Sat Viprah Bahudha Vadanti", yang atinya hanya satu Tuhan, tetapi para bijaksana menyebutnya dengan banyak nama.

2. Atman

Atman artinya percaya dengan adanya Atma. Percikan kecil dari Tuhan disebut dengan Atman. Atman memberikan hidup kepada setiap makhluk, jika Atman meninggalkan badan maka manusia itu akan meninggal, Atman yang menghidupi badan disebut Jiwatman. Jiwatman dapat terpengaruh oleh karma atau hasil perbuatan di dunia ini.

Dalam pandangan agama Hindu menyatakan bahwa penyebab hidup manusia yang utama adalah Atman, pada saat Dewa Brahma menciptakan tubuh Atman ada disetiap tubuh tersebut. Atman memenuhi segala yang ada dan menghidupi setiap makhluk, maka dapat dipastikan dalam menciptakan Sng Hyang Atman penciptaan tidak akan terjadi.

Dalam Agama Hindu, Atman memiliki beberapa sifat sebagai berikut:

Antarjyotih = maha sempurna sesempurna-sempurnanya

Achodya = tak terlukai oleh senjata

Adahya = tak terbakar oleh api

akledya = tak terkeringkan oleh angin

Acesyah = tak terbasahi oleh air

Nitya = kekal abadi

Sarwagatah = ada di mana -- mana

Sthanu = tak berpindah -- pindah

Acala = tak bergerak

Sanatana = selalu dalam keadaan sama

Awyakta = tak dilahirkan

Achintya = tak terpikirkan

Awikara = tak berubah -ubah

3. Karmaphala

Karma Phala adalah keyakinan tentang kebenaran adanya karma phala atau hasil perbuatan. Setiap perbuatan baik (susila) atau perbuatan buruk (asusila) yang kita lakukan pastinya nanti akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang kita perbuat, perbuatan baik yang kita tanam maka hasil yang kita petik pun adalah hasil yang baik pula begitu juga sebaliknya. Karma phala inilah yang akan membawa roh kita setelah meninggal akan mendapatkan tempat yang bagaimana. Sang Hyang Yamadipati sebagai Dewa Dharma tentunya akan mengadili setiap manusia sesuai dengan perbuatannya selama masih hidup di dunia, apakah akan mendapat sorga atau neraka.

Karma Phala diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu:

Sancita Karma Phala yaitu phala dari perbuatan kita yang terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih-benih yang menentukan kehidupan kita yang sekarang

Prarabda Karma Phala yaitu phala dari perbuatan kita pada kehidupan ini tanpa ada sisanya

Kriyamana Karma Phala yaitu hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati pada saat berbuat sehingga harus diterima pada kehidupan yang akan dating

4. Punarbhawa (samsara)

Punarbhawa terdiri dari dua kata,yaitu kata Punar yang artinya kembali,dan kata Bhawa yang artinya lahir. Jadi Punarbhawa artinya lahir kembali,atau lahir berulang-ulang .Atma bersifat abadi ia tidak bisa mati ataupun hancur. Yang mati dan hancur adalah tubuh kasarnya saja. Atma akan dilahirkan kembali dengan mengambil wujud baru sebagai mahluk hidup baru. Bisa lahir sebagai manusia atau mahluk lainnya tergantung karmanya (perbuatannya) dikehidupannya yang lalu.

Kelahiran ini disebabkan oleh karma di masa kelahiran yang lampau. Jangka pembatasan dari samsara tergantung dari perbuatan baik kita di masa lampau (atita), yang akan datang (nagata) dan yang sekarang (wartamana). Adapun Punarbhawa tersebut merupakan suatu penderitaan yang diakibatkan oleh karma wesana dari kehidupan kita yang silih berganti. Tetapi janganlah memandang punarbhawa tersebut adalah negatif, karena melalui punarbhawa lah kita akan memperbaiki diri demi tercapainya tujuan kesempunaan hidup yang kita inginkan

5. Moksa 

Moksa adalah keyakinan tentang kebenaran adanya moksa. Moksa berasal dari Bahasa sansekerta dari kata Muc yang berarti membebaskan, mengeluarkan, melepaskan. Dari urat kata itu kemudian menjadi Mukta/Moksa yang berarti kelepasan atau kebebasan. Jadi yang dimaksudkan dengan Moksa adalah: terlepasnya Atma dari pengaruh maya dan terbebas dari ikatan Subha dan Asubha Karma, sehingga Atma dapat menyatu dengan Ida sang Hyang Widhi.

Tingkatan moksa jika dilihat dari segi bekas yang ditinggalkan, maka moksa dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu:

Moksa yaitu kelepasan yang masih meninggalkan badan bekas berupa jenazah atau badan kasar

Adi Moksa yaitu kelepasan dengan meninggalkan bekas berupa abu.

Parama Moksa ayitu kelepasan tanpa meninggalka bekas.

Tingkatan moksa jika dilihat dari segi keadaan yang dicapai Atman, maka moksa dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu:

Jiwa Mukti, yaitu moksa yang diperoleh semasa masih hidup, dimana atman manusia tidak terpengaruh oleh gejolak indria dan maya.

Wideha Mukti yaitu moksa yang dicapai oleh manusia semasa hidupnya, di mana atmanya telah meninggalkan badan wadagnya (jasadnya), tetapi roh yang bersangkutan masih terkena pengaruh maya yang tipis.

Purna Mukti yaitu moksa yang paling sempurna, dimana atman manusia sudah bisa bersatu dengan Brahman. Moksa ini dapat diperoleh setelah meninggal. Istila Purna Mukti sejajar dengan Sayujya.

Untuk memudahkan tujuan kita untuk mencapai Moksa,umat Hindu mengenal empat jalan atau empat cara yang disebut dengan Catur marga.Adapun bagian-bagian dari Catur Marga itu adalah sebagai berikut:

Bhakti Marga adalah cara untuk mencapai Moksa dengan jalan cinta kasih yang mendalam Kepada Tuhan dan makhluk ciptaannya.Sujud bhakti Kepada Tuhan dengan jalan Sembahyang,dsb.

Karma Marga adalah cara untuk mencapai moksa dengan jalan melakukan kewajiban sebaik mungkin. Bekerja dengan tekun yang hasilnya kita persembahkan Kepada Tuhan sebagai ungkapan rasa terima kasih atas Karunianya.

Jnana Marga adalah cara untuk mencapai moksa dengan jalan mempelajari dan mendalami ilmu pengetahuan suci dan menularkannya kepada orang lain agar mencapai pencerahan.

Raja Marga adalah cara untuk mencapai moksa dengan jalan tapa yoga dan semadhi.

Realisasi atau penerapan Panca sradha ini dapat kita jumpai pada kehidupan sehari-hari. Berikut merupakan penerapan Panca Sradha dalam kehidupan sehari-hari yaitu:

  • Brahman

Contoh penerapan atau aktualisasi konsep Brahman dalam kehidupan sehari-hari adalah saat ketika kita berdoa, secara implisit kita meyakini adanya Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

  • Atman.

Contoh penerapan atau realisasi konsep atman dalam kehidupan sehari-hari adalah praktik meditasi, yoga atau puja sebagai bentuk penghormatan terhadap atman. Selain itu, hal ini dapat dicapai dengan menjaga kesehatan fisik dan mental melalui konsumsi makanan sehat dan olahraga teratur.

  • Karmaphala

Contoh penerapan atau pengimplementasian konsep Karmaphala dalam kehidupan sehari-hari yaitu dengan membantu sesame makluk yang sedang membutuhkan pertolongan dan memelihara lingkungan sekitar dengan baik.

  • Punarbhawa

Contoh penerapan atau realisasi konsep Punarbhawa dalam kehidupan sehari-hari adalah ketika seorang bayi lahir kadang-kadang membawa serta suatu mata rantai yang disebut “sesangi”. Nah, dia biasanya membuat kesepakatan seperti itu ketika dia berada di kehidupan sebelumnya.

  • Moksa

Contoh penerapan atau realisasi konsep moksha dalam kehidupan sehari-hari antara lain adalah latihan yoga atau meditasi secara teratur, memperdalam pengetahuan Anda tentang agama Hindu dan filosofinya, serta berkorban untuk membantu orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun