Mohon tunggu...
Anggita Aprya Yullyanty
Anggita Aprya Yullyanty Mohon Tunggu... Mahasiswa -

i'm a student at Polytecnic State of Bandung majoring in accounting. Now, i live in Bandung. i like writing and reading. and wanna try to write

Selanjutnya

Tutup

Money

Rahasia Kekuatan Ekonomi Jepang "Kaizen"

30 November 2015   17:27 Diperbarui: 30 November 2015   18:45 544
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan semakin berkembangnya perekonomian negeri tirai bambu, negeri ginseng dan negeri sakura dalam pertumbuhan ekonominya yang melesat jauh mengejar jajaran-jajaran negara adidaya dan beberapa negara di benua biru. Seperti yang diketahui bahwa Jepang mampu tumbuh secara cepat meskipun telah mengalami kehancuran yang luar biasa paska dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki yang berujung dengan dirombaknya Restorasi Meiji dan menggunakan slogan “Industri Kuat, Militer Kuat”. Cina pun tak jauh berbeda, meski agak terlambat dari tetangganya tersebut masih tergolong dalam kategori negara dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Cina memadukan antara ideologi komunis dan kapitalismenya dalam membangun perekonomian negara. Sedangkan Korea Selatan tidak jauh berbeda dengan induknya Jepang. Ketiga negara tersebut mampu menunjukkan kepada dunia bahwa negara-negara di Asia pun mampu untuk bersaing dalam industri dan disejajarkan dengan negara-negara benua merah. Namun, pernahkah terpikir apa yang membuat Jepang, Cina dan Korea Selatan mampu meningkatkan perekomoniannya? Pernahkah mendengar istilah KAIZEN?

***

Kaizen secara harfiah berarti continuous improvement atau perbaikan berkelanjutan. Konsep ini lahir dari kekecewaan masyarakat Jepang yang tidak menemukan perkembangan dalam berbisnis dari negara Amerika bahkan kebanyakan perusahaan Amerika melakukan kegiatan usaha secara berulang-ulang. Kaizen berarti peningkatan dalam keahlian, dan perbaikan dalam proses bukan hasil. Hal ini berlawanan dengan konsep negara-negara barat yang menerapkan perbaikan dalam hasil. Kaizen menghargai perubahan dan perbaikan-perbaikan kecil daripada perbaikan besar yang diterapkan pada hasil. Kaizen erat kaitannya dengan pencarian masalah, pencarian kreativitas dan penciptaan ide baru yang kecil serta implementasinya untuk proses di perusahaan. Kaizen pun berarti mengambil hal yang baik, membuang hal yang buruk atau boros dan menciptakan serta menerapkan ide baru yang lebih sederhana. Honda dan Toyota merupakan salah dua contoh yang menerapkan konsep kaizen dalam usahanya. Kedua perusahaan jepang tersebut mampu membuat produk-produk mobil Jepang yang irit, murah, dan ringan. Yang mampu menggantikan mobil hasil tangan barat yang boros, berat dan mahal.

Bagi yang bekerja di perusahaan swasta Jepang sudah tidak asing dengan konsep Kaizen. Kai berarti merubah sedangkan Zen berarti lebih baik. Sederhananya Kaizen adalah usaha perbaikan berkelanjutan untuk menjadi lebih baik dari kondisi sekarang. Target utama dari Kaizen adalah menghilangkan pemborosan yang tidak memberi nilai tambah bagi produk atau jasa dari pandangan konsumen. Biaya-biaya yang perlu dihapuskan yaitu biaya-biaya yang mengurangi profit dan konsumen tidak perlu menanggung biaya tersebut. Kaizen dilakukan oleh seluruh lapisan pegawai, mulai dari operator hingga direktur. Dimana top dan middle management berfungsi untuk melakukan desain yang akan diimplementasikan oleh low management dan operator. Tiap pegawai harus saling bekerjasama demi menjamin keberlangsungan perbaikan dan juga produksi.

Konsep Keizen

Konsep kaizen meliputi beberapa hal, yakni:

Konsep 3 M (Muda, Mura, dan Muri)

Konsep ini dibentuk untuk mengurangi banyaknya proses kerja, meningkatkan mutu, mempersingkat waktu dan mengurangi atau efisiensi.

Muda (無駄) diartikan sebagai pengurangan pemborosan atau kesia-siaan.

Mura (村) diartikan sebagai pengurangan perbedaan.

Muri (無理) diartikan sebagai pengurangan ketegangan.

2.   Gerakan 5 S (seiri, seiton, seiso, seiketsu dan shitsuke)

Konsep 5 S pada dasarnya merupakan proses perubahan sikap dengan menerapkan penataan, kebersihan, dan kedisiplinan di tempat kerja. Konsep 5 S merupakan budaya tentang bagaimana seseorang memperlakukan tempat kerjanya secara benar. Bila tempat kerja tertata rapi, bersih, tertib maka kemudahan bekerja perorangan dapat diciptakan. Dengan kemudahan bekerja ini, empat bidang sasaran pokok industri yang meliputi: (1) Efisiensi Kerja, (2) Produktifitas Kerja, (3) Kualitasdan (4) Keselamatan Kerja dapat lebih mudah dipenuhi.

Berikut ini adalah penjelasan yang lebih detil mengenai bagian-bagian dari 5 S.

1.   Konsep Seiri (整理)

Seiri adalah memilah barang dan membuang barang yang tidak diperlukan dalam pabrik. Sesungguhnya, terdapat banyak barang yang tidak diperlukan di dalam setiap pabrik. Barang yang tidak diperlukan artinya barang tersebut tidak dibutuhkan untuk kegiatan produksi saat ini (Hirano, 2005: 13). Dapat dilakukan dengan memisahkan menjadi barang yang diperlukan dan tidak diperlukan yang disebut dengan “Seiri Visual”.

2.   Konsep Seiton (整頓)

Konsep Seiton (整頓) berarti menyusun persediaan secara rapi dan menarik sehingga mudah untuk dicari secara cepat ketika dibutuhkan dan disimpan kembali yang digunakan untuk mempermudah penggunaan.

3.   Konsep Seiso (清掃)

 Konsep ini mengutamakan kebersihan dengan menjaga kebersihan dan kerapihan tempat bekerja. Seiso ini setara dengan program pembersihan secara besar-besaran yang dilakukan setahun sekali. Manfaat dari Seiso ini adalah menghindari kerusakan mesin atau persediaan akibat tumpahan minyak, abu, dan sampah. Jikalau pun terjadi kerusakan bukan berarti harus melakukan perbaikan mesin tapi hanya perlu membersihkan mesin atau peralatan tersebut (Yasuhiro, 1995:249).

4.   Konsep Seiketsu (清潔)

Seiketsu yaitu usaha untuk mempertahankan 3S tersebut. Pada prinsipnya mengusahakan agar tempat kerja tetap rapih dan bersih tanpa ada minya dan sampah. Antara seiketsu dan seiso sangat berkaitan dengan erat.

5.   Konsep Shitsuke (仕付)

Shitsuke adalah metode yang digunakan untuk tetap memotivasi pekerja agar terus meneurs melakukan dan turut serta dalam perbaikan dan perawatan. Untuk aktivitas ini, pekerja diharapkan melatih pengendalian diri sendiri dan bukan dikendalikan manajemen (Yasuhiro, 1995:266).

***

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat ditarik beberapa hal mengenai konsep kaizen secara sederhana. Konsep kaizen merupakan konsep Jepang untuk meminimalkan biaya-biaya yang tidak diperlukan dengan melakukan kegiatan menjaga kebersihan dan kerapihan barang atau persediaan yang ada. Ketika kebersihan dari barang atau persediaan terjaga, maka biaya-biaya yang dapat dihindari tidak perlu dihitung dalam biaya produksi per unitnya. Sebagai contoh, ketika salah satu mesin rusak dan melakukan perbaikan senilai Rp 1.000.000,- dengan HPP per unit asalnya adalah Rp 12.000,- untuk 1000 unit produk. Maka HPP setiap unit produk akan meningkat menjadi Rp 13.000,- sehingga akan mengurangi laba perusahaan. Namun bayangkan jika menerapkan konsep kaizen yang sederhana tersebut, manajemen dapat menghemat 1 juta bahkan bisa meningkatkan keuntungan perusahan dalam jumlah Rp 1.000.000,- juga, menguntungkan bukan?

 

Sumber: Imai, Masaaki. 2014. Kaizen: Kunci Sukses Jepang dalam Persaingan. PPM Manajemen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun