Mohon tunggu...
Maria Vernanda Anggita S
Maria Vernanda Anggita S Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Hallelluya

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Tanda Jadi Hamba Kerja

4 Februari 2020   18:11 Diperbarui: 10 Februari 2020   16:31 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : lovin.ie

Layaknya orang yang bekerja mencari uang untuk membiayai kehidupannya, terus berusaha dengan maksimal sebisa mungkin akan dilakukan. Oleh sebab itu, sudah biasa jika seorang pekerja bisa melakukan semua pekerjaan dengan baik dan maksimal akan menerima banyak pujian dari pihak kantor atau manapun.

Namun yang harus ditanyakan adalah apakah hal itu merupakan pencapaian sebuah prestasi? Atau kah bisa diartikan juga sebagai cara mengatur waktu yang lebih baik lagi dalam bekerja?

Seharusnya sudah banyak yang mengetahui mengenai gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh terlalu lelah bekerja. Seharusnya juga, pekerja bisa membedakan dimana karier dan bagaimana kesehatan mental mereka. Pernyataan ini adalah peringatan dari para ahli untuk para pekerja.

"Budak kerja mirip dengan workaholic atau gila kerja. Tapi budak kerja adalah seseorang yang memakai kesibukan itu sebagai sebuah lencana kehormatan," kata Melody Wilding, dia adalah seorang pelatih eksekutif dan pekerja sosial berlisensi. Tulisan ini dikutip dari Huffington Post.

"Mereka adalah orang yang membanggakan diri karena lembur, merasa menjadi orang yang mampu melakukan segalanya," ucap Melody Wilding lagi.

Hal lain selain pekerjaan, mungkin hal yang mengenai hiburan atau semacamnya dalam kehidupannya akan dilebih tidak diprioritaskan oleh para hamba kerja. Bahkan kesehatan tubuh mereka sendiri, prioritas karier, dan liburan untuk refreshing nya tidak dipedulikan. Mereka akan terus bekerja dan bekerja. Dilansir dari CNNIndonesia.com.

"Mereka barangkali mengeluh tentang tetek-bengek pekerjaan yang harus mereka kerjakan, sehingga mereka bisa-bisa memiliki mentalitas sebagai korban," lanjut Melody Wilding.

Nah, berikut ini adalah tanda-tanda pekerja yang menjadi hamba atau budak kerja, jadi jika memang ada salah satu tanda yang terjadi, segeralah merubah itu.

Merasa istimewa mampu menyelesaikan pelbagai masalah

"Gagasan menjadi orang yang dianggap istimewa dalam beberapa hal. Mencari validasi eksternal agar menjadi seorang yang special juga menunjukkan fakta bahwa Anda tidak menginternalisasi pencapaian sesungguhnya," kata Orbe Austin.

Lisa Orbe Austin adalah seorang psikolog yang lebih memfokuskan penanganannya pada karier para professional. Ia menilai suatu tingkah laku hamba kerja itu memiliki potensi yang mengarah pada sindrom penyemu atau bisa disebut dengan impostor syndrome.

Sebenarnya, tidak akan sempat untuk peduli dengan diri sendiri ketika mencampuri urusan orang lain. Memang awalnya akan merasa senang karena bisa membantu, tapi lama kelamaan akan ada rasa tidak enak karena sudah mencampuri urusan orang lain.

Rasa ini akan menjadi beban dan rasanya tidak enak jika ada orang lain yang meminta tolong dan ditolak. Rasa seperti ini lah, rasa dimana tidak enak demi merasa berharga

Tak ada yang mampu kecuali saya

Bagaimana dengan tanda ini? Tanda ini menunjukkan bahwa ada rasa seperti jika ada masalah dalam pekerjaan, dan merasa bahwa tidak ada orang yang bisa menyelesaikan kecuali hamba kerja ini.

Ketika ada pada posisi menjadi manager, pola pengelolaan mikro yang seperti ini lah yang biasanya akan menimbulkan masalah yang fatal. Hal ini dikatakan oleh Melody Wilding.

Seharusnya para hamba kerja bisa memberikan pengaruh sikap yang positif oleh para pekerja lainnya yang ada disekitarnya. Rasa merugikan diri sendiri akan dirasa jika tidak bisa membagikan tugas-tugas dengan pekerja yang lainnya.

Menjadi yang pertama datang dan yang terakhir keluar

Mengenai tanda yang ini, bagaimana tanggapannya? Kebanyakan orang menganggap bahwa pekerja yang baik adalah pekerja yang lama berada di kantor.

Kata Melody Wilding, orang seperti ini lah yang memberikan persamaan harga dirinya dengan banyaknya produktivitas dan dengan apa yang bisa mereka lakukan. Padahal dengan memaksakan diri sendiri akan menimbulkan sulit tidur, pusing kepala sebelah, dan juga rasa kelelahan yang teramat sangat.

Berkukuh akan menundukkan kepala sembari lanjut bekerja keras

Pada umumnya motivasi adalah kalimat-kalimat positif yang akan membuat para pekerja lebih menyerahkan segala usahanya kepada pekerjaannya. Padahal hal ini belum tentu menjadi karier yang baik, tetapi emang akan menghasilkan banyak pujian datang.

"Tapi tak berarti itu jalan menuju kesuksesan," kata Orbe Austin mengingatkan.

Kepala yang merunduk tidaklah benar, tegakkan kepala karena belum tentu pekerjaan itu adalah pekerjaan yang berkualitas.

"Banyak hal yang bisa menunjukkan karier Anda di antaranya visibilitas, jaringan internal dan eksternal, serta jejaring yang strategis," ucap Wilding.

Merasa tak bisa mengambil jatah liburan

US Travel Association adalah sebuah organisasi industri perjalanan yang mengatakan bahwa para hamba kerja tidak pernah mengambil jatah liburannya. Hal itu disebabkan karena adanya rasa bahwa tidak ada orang lain yang bisa menggantikannya untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.

Hal yang membuat para hamba kerja tidak istirahat adalah sebuah ketakutan. Selain itu, pada tahun 2018 banyak para pekerja yang tidak mengambil hari liburnya karena takut dianggap kurang berdedikasi.

Jika hal seperti refreshing ataupun berlibur sejenak dilakukan, maka kunci dalam keberhasilan karier terlaksanakan. Kunci itu adalah pemulihan diri. Istirahat itu merupakan sebuah investasi yang besar untuk para pekerja, kata Wilding.

"Pemulihan adalah kata partisipatif yang jauh lebih aktif dan lebih bisa mencerminkan apa yang Anda lakukan selama ini," katanya.

"Anda berinvestasi untuk masa depan diri Anda sendiri, untuk energi Anda, dan Anda memerlukan waktu pemulisah untuk mengisi ulang baterai Anda," lanjut Melody Wilding.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun