Menurut teori Realisme Politik dalam Studi Hubungan Internasional, keterlibatan sebuah negara dalam organisasi atau kerja sama, baik bilateral maupun regional, secara tidak langsung mengurangi nilai kedaulatan negara tersebut. Pada akhirnya, ini akan membuat negara lebih rentan untuk diserang oleh negara lain yang lebih berkuasa (Morgenthau, 2005). Namun, Indonesia memiliki kekuatan dan posisi tawar atau posisi tawar yang cukup potensial dalam berbagai bidang. Dalam kasus ini, bahasa sebagai identitas akan menjadi bagian dari slogan "satu identitas ASEAN" dan dimiliki oleh Indonesia sendiri sebagai jati diri bangsa (Pakpahan, 2018).
      Indonesia tahu bahwa warga ASEAN tertarik pada Indonesia. Mereka dapat melihatnya dari sudut pandang negatif dan dapat memanfaatkannya untuk kepentingan negara mereka sendiri. Dalam kerangka regional ASEAN, posisi Indonesia dan program MEA akan selalu terhubung. Arah tindakan Indonesia ditentukan oleh kebijakan luar negerinya. Karena ada banyak kesempatan bagi warga ASEAN lainnya untuk bekerja dan melakukan kegiatan ekonomi lainnya di Indonesia, mereka mungkin tidak ingin belajar bahasa Indonesia. Selain itu, pembukaan investasi yang signifikan di Indonesia oleh berbagai organisasi global mendorong aktivitas ekonomi ini.
Â
Peluang dan Hambatan Bahasa Indonesia sebagai Lingua Franca ASEAN
     Menurut Kirkpatrick (2007), Lingua Franca adalah bahasa yang digunakan dalam masyarakat yang memiliki berbagai bahasa ibu. Bahasa pengantar biasanya disebut Lingua Franca. Bahasa pengantar muncul sebagai akibat dari pertumbuhan komunikasi internasional (Nugraha, 2013), tetapi proses menjadikan suatu bahasa sebagai lingua franca membutuhkan waktu yang lama. Inggris juga tidak hanya menjadi bahasa global saat ini. Sejarah menunjukkan bahwa bahasa Inggris pernah menjadi bahasa yang tidak dihormati atau tidak memiliki arti di Inggris. Menurut Subiyati (1995), bahasa Inggris telah berkembang menjadi sebuah bahasa intemasional selama bertahun-tahun.
      Indonesia memiliki potensi luar biasa yang belum diteliti, seperti kekayaan alam dan budayanya. Indonesia memiliki budaya yang beragam dan kekayaan alam yang melimpah. Hal inilah yang mendorong banyak peneliti dan bahkan wisatawan asing untuk belajar Bahasa Indonesia selama penelitian atau liburan di Indonesia. Namun, menurut Iwan Fatiri, rivalitas negara-negara tetangga membuat Indonesia kesulitan dalam internasionalisasi Bahasa Indonesia. Tidak dapat dipungkiri bahwa Malaysia juga ingin bahasa nasionalnya menjadi bahasa pertama di ASEAN (Fatiri, 2017). Di dalam negeri, revitalisasi dan pengembangan terus menerus harus dilakukan untuk meningkatkan martabat Bahasa Indonesia. Dengan demikian, upaya untuk menginternasionalisasi Bahasa Indonesia harus diteliti (Assapari, 2014). Dengan demikian, penelitian yang lebih mendalam harus dilakukan tentang upaya internasionalisasi Bahasa Indonesia untuk menjadi bahasa yang digunakan di ASEAN sebagai sebuah organisasi regional di Asia Tenggara. Penelitian ini harus dilakukan dari perspektif kesempatan, kekuatan, tantangan, dan efektivitas untuk mencapai tujuan nasional.
      Indonesia menarik, karena itu banyak negara maju yang ingin berinvestasi karena lokasinya yang strategis. Selain itu, bahasa yang dapat membentuk identitas organisasi ASEAN sangat penting. Selain bahasa Inggris, dikatakan bahwa Bahasa Indonesia memiliki potensi besar untuk digunakan di ASEAN karena fakta bahwa lebih dari 253.609.643 orang di Indonesia berbicara Bahasa Indonesia (Wijana, 2018). Saat ini, Bahasa Indonesia adalah bahasa dengan jumlah penutur terbanyak di ASEAN. Dalam wawancaranya dengan Kepala PPDB Kemendikbud, Dr. Sugiyono mengatakan bahwa Bahasa Indonesia memiliki peluang untuk menjadi salah satu bahasa internasional di dunia (Burhani, 2014). Selain itu, pemerintah Indonesia saat ini terus berusaha untuk menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional secara bertahap. Ini dapat dilihat dari bagaimana pemerintah Indonesia menggunakan Bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan negara-negara ASEAN. Selain itu, generasi muda Indonesia harus bekerja sama untuk menjadikan bahasa nasional kita sebagai salah satu bahasa resmi ASEAN dengan menggunakannya dengan baik.
      Pada dasarnya, Bahasa Indonesia telah mengalami pertumbuhan yang cukup pesat dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain di seluruh dunia. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan program pendidikan BIPA di Indonesia dan negara-negara lain di seluruh dunia. Hal ini disebabkan oleh kerjasama untuk membangun hubungan yang baik dengan negara asing dalam bidang-bidang seperti pendidikan, budaya, dan pariwisata, yang menghasilkan popularitas Bahasa Indonesia saat ini. Pada dasarnya, Indonesia telah melakukan beberapa upaya untuk menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi ASEAN. Ini dapat dilihat dari adanya forum yang disebut "Roundtable Conference Indonesia-Malaysia", di mana Indonesia dan Malaysia sama-sama mengusulkan agar Bahasa Indonesia-Malaysia menjadi salah satu bahasa resmi di ASEAN. Dibandingkan dengan bahasa negara-negara lain, Bahasa Indonesia telah berkembang secara signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Ada beberapa alasan untuk hal ini.
Kesimpulan
Bahasa Indonesia dipilih sebagai lingua franca ASEAN untuk membantu negara-negara anggota berkomunikasi dan saling memahami. Ini dilakukan untuk mengurangi hambatan komunikasi dan mendorong persatuan di wilayah yang beragam bahasanya.
Bahasa Indonesia sangat penting untuk memperkuat posisi Indonesia di ASEAN karena berfungsi sebagai alat diplomasi dan sebagai simbol identitas nasional. Dalam organisasi regional ini diberikan kepada kepemimpinan Indonesia, yang merupakan salah satu negara pendiri dan memiliki sumber daya manusia yang melimpah.