Mohon tunggu...
Anggi Aulia Sitompul
Anggi Aulia Sitompul Mohon Tunggu... Mahasiswa - Berkarya melalui literasi

Sebaik-baik nya manusia adalah yang dapat memberikan manfaat kepada orang lain. Semangat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kapan Kita Mulai Mampu Meregulasi Emosi?

21 November 2022   16:54 Diperbarui: 21 November 2022   16:59 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari yang lalu, salah satu temanku mengerjakan tugas kuliahnya di sampingku. Selama ia mengerjakan tugas tersebut, bisa kuhitung berapa kali ia mengeluh bahkan sedikit kesal karena deadline pengumpulan yang sudah semakin dekat. 

Saat waktu tersisa 30 menit lagi, listrik di daerah kami mengalami pemadaman. Temanku semakin panik karena tugas kuliahnya harus segera diselesaikan, sementara baterai laptop yang ia gunakan sudah melemah. 

Ingin marah tapi itu memang kesalahan dia karena menunda tugas yang diberikan dari hari-hari sebelumnya. Menyesal..so pastii, ia hanya bisa pasrah menunggu listrik nyala kembali.

Dalam beraktivitas sehari-hari, setiap individu pasti pernah dalam keadaan yang penuh dengan emosi. Namun, setiap orang juga memiliki perbedaan dalam mengontrol emosi dirinya. Jika kalian yang di posisi temanku, apa kalian juga melakukan hal yang sama?

Menurut gross, regulasi emosi yaitu kemampuan yang dimiliki setiap individu dalam mengatasi, mengelola, mengontrol, dan mengungkapkan emosi yang tepat untuk mencapai keseimbangan emosionalnya. 

Regulasi emosi juga merupakan kemampuan seseorang dalam mengenali emosi dirinya sendiri dan orang lain juga bagaimana cara ia mengkomunikasikan atau merealisasikan perasaannya dengan individu lain. 

Regulasi emosi juga menggambarkan bagaimana cara iya untuk tetap tenang di bawah tekanan, cara ia mengendalikan dirinya apabila sedang dalam keadaan kesal dan dapat mengatasi rasa sedih atau amarah sehingga pemecahan suatu masalah dapat lebih cepat. Jika seseorang dapat mengontrol emosinya secara efektif, berarti ia memiliki daya tahan yang baik dalam menghadapi suatu permasalahan.

Kemampuan seseorang dalam meregulasi emosi dapat kita lihat melalui beberapa kecakapan yaitu:

  • Pengendalian diri, ia mampu mengontrol dan mengelola emosinya.
  • Memiliki hubungan interpersonal dengan orang lain secara baik.
  • Memiliki daya adaptasi yang baik, mampu menangani segala perubahan dan tantangan yang dihadapi.
  • Memiliki rasa toleransi yang tinggi.
  • Memiliki pandangan positif terhadap orang lain dan lingkungannya.
  • Selalu bersikap hati-hati.
  • Peka terhadap perasaan orang lain.
  • Selalu melakukan intropeksi diri
  • Memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi dan tidak mudah putus asa.
  • Dapat mengubah emosi negatif menjadi proses yang diyakininya dapat mengembangkan cara ia meregulasi emosi.

Regulasi emosi juga memiliki beberapa aspek yang dikemukakan oleh Thomson, yaitu emotion monitoring (kemampuan dalam memahami proses yang terjadi dalam dirinya baik itu perasaan pikiran maupun yang lainnya), emotion evaluating (kemampuan dalam mengelola emosi-emosi yang sedang dialaminya terutama emosi negatif), emotion modification (kemampuan merubah emosi sehingga dapat memotivasi dirinya menjadi individu yang lebih baik). 

Regulasi emosi terjadi karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

  • Faktor internal mencakup temperamen anak, sistem saraf dan fisiologis yang mendukung dan berkaitan dengan pengaturan emosi.
  • Faktor eksternal mencakup pengasuhan (orang tua, dan figur dekat lainnya).

Selain orang dewasa, anak-anak juga dapat merasakan emosi. Bahkan faktanya anak-anak dapat lebih sering merasakan emosional yang berlebih dibandingkan orang-orang dewasa. 

Anak-anak belum mampu untuk mengendalikan emosi mereka secara benar, oleh karena itu perkembangan emosi pada anak biasanya mengikuti perkembangan dari usianya. 

Selain dilihat dari usia, faktor jenis kelamin juga mempengaruhi regulasi emosi. Berdasarkan hasil penelitian salovey dan sluyter, menyatakan bahwa ada perbedaan terhadap regulasi emosi perempuan dibandingkan laki-laki. 

Perempuan menggunakan dukungan sosial dan perlindungan yang diberikan orang lain. Sedangkan laki-laki lebih memilih melakukan kegiatan fisik dalam meregulasi emosinya.

Saat meregulasi emosi, laki-laki yang sudah dewasa lebih banyak menyalahkan diri sendiri dibandingkan perempuan yang lebih sering menyalahkan orang lain. 

Tujuan seseorang dalam meregulasi emosi juga dipengaruhi oleh perbedaan seperti respon fisiologis dalam situasi tertentu. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh tujuan frekuensi dan kemampuan yang ia miliki.

Penanaman cara mengontrol emosi harus dimulai sejak masih anak-anak. Dalam hal ini, orang tua memiliki peran penting terhadap stimulus yang diberikan untuk perkembangan regulasi emosi anak. 

Namun, selain dari pihak orang tua, lingkungan sekitar juga harus mendukung proses penanaman regulasi emosi anak, termasuk di dalamnya lingkungan keluarga, lingkungan pertemanan, atau sekolah, dan lingkungan masyarakat. 

Banyak cara yang dapat dilakukan orang tua sebagai proses cara meregulasi emosi anak sejak usia dini agar ia kelak dewasa dapat mengontrol emosinya dengan baik.

Orang tua dapat memberikan contoh bagaimana cara iya mengontrol emosi saat sedang di dalam lingkungan keluarga. Dengan cara tersebut, anak akan merekam apa yang ia lihat dan apa yang ia dengar dari lingkungan sekitarnya. 

Seiring berjalannya proses, anak akan tahu mana yang benar dan mana yang salah saat ingin mengungkapkan emosinya. Anak yang mampu mengontrol emosinya sendiri lebih mampu memecahkan masalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun