Sering sekali terluka karena ulahku sendiriÂ
Bagaikan api yang membakar lilin, menerangi namun membakar diri sendiriÂ
Membunuh diri sendiri karena terlalu percaya diri ataukah tidak ada yang memahami isi hatiÂ
Setiap malam ku selalu menangisi sesuatu yang tidak ku mengertiÂ
Semakin ku memaksakan diri agar selalu terlihat bahagia untuk menutupi rasa perih dihatiÂ
Semakin ku paksa semakin besar luka dan semakin sakit terasa
Luka yang kurasa bukan sepenuhnya salah merekaÂ
Hanya saja aku terlalu yakin dan percayaÂ
Percaya bahwa semua orang yang pernah kutemui dapat memahami segala rasa yang ku punyaÂ
Mencoba membuat semuanya bahagia walau aku sedang terlukaÂ
Mengiyakan keinginan orang lain bukan karena keinginan kusendiriÂ
Mengikuti apa yang mereka mau agar melihat senyuman-senyuman dipipiÂ
Ternyata tak sepenuhnya bisa aku lakukan, semuanya omong kosong dimata merekaÂ
Keterbatasanku ialah tidak bisa lagi untuk berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja
Aku sudah terlalu lelah untuk menangisi luka karena ingin kebahagian merekaÂ
Bukannya aku ingin menyerah tapi semuanya sudah melampaui batasnyaÂ
Manusia biasa sepertiku tidak mempunyai kekuatan lebih untuk menghadapi semuanyaÂ
Sekarang aku hanya bisa diam saja dan menghapus segala rasa sakit yang ku rasaÂ
Berbicara tak lagi didengarkan semuanya, mencari pembenaran pun tidak bisaÂ
Bukannya ku tidak ingin bertahan, tapi apalah dayaku jika aku sudah berada di batasnyaÂ
Dendam ??? Tidak pernah ingin aku lakukan, aku hanya ingin melihatmu bahagia
Kau pun telah menjauh dariku, pergi tanpa meninggalkan sepenggal kataÂ
Setiap malam datang, aku menangis disudut kamarku  karena memikirkan alasan mengapa kamu pergi dan apa yang sudah aku lakukan padamuÂ
Aku semakin gila karena memikirkan kesalahan yang sudah aku lakukan hingga kamu pergi menjauh darikuÂ
Mungkin, jika aku pergi kau akan lebih bahagia dan aku pun mengalah bukan karena inginku hanya saja ini semua masalah waktu
Waktu yang aku menentukan nanti apakah kita akan seperti dahulu lagi ataukah kembali menjadi orang asing seperti saat ituÂ
Karena, kebahagianmu hal utama untukku walau aku harus terluka untuk ituÂ
Sering sekali kita terluka karena ulah kita sendiri. Terlalu percaya ataukah kita yang terlalu membawa perasaan atas apa yang orang lain lakukan terhadap kita. Kita yakin bahwa mereka bisa menjadi apa yang kita mau dan nyatanya keyakinan kita melukai kita sendiri ketika kita tau bahwa mereka tidak bisa menjadi apa yang kita mau. Menginginkan mereka sempurna untuk kita dan kita tau bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Akan ada saja kecatatan yang mereka miliki. Kita tau Sang Penciptalah yang memiliki kata "Sempurna". Kesempurnaan yang kita cari didalam diri manusia tidak akan pernah kita jumpaiÂ
Semua yang kita lakukan akhirnya melukai kita sendiri. Kita beranggapan bahwa mereka tak pantas untuk menjadi teman atau orang yang spesial dihidup kita. Dan kita pun menghadirkan selisih paham antara satu dengan yang lainnya. Menyebabkan kita semakin menutup diri terhadap orang lain. Sepenuhnya bukan kesalahan mereka hanya saja kita yang terlalu berlebihan menentukan standarÂ
Jangan salahkan orang lain jika kamu terluka. Ini semua kesalahanmu sendiri karena kamu terlalu yakin bahwa mereka mampu mengikuti apa inginmu. Ketika, mereka tak mampu melakukan apa yang kamu mau lantas membuatmu seolah-olah terluka dan menjauhi dirinya.
Mari turunkan ego dan standarsasi mu tentang manusia. Bukan inginnya mereka untuk tak mengikuti kemauanmu. Hanya saja terkadang keterbatasan yang mereka miliki mampu membuat mereka tak dapat menuruti keinginanmu. Maafkanlah mereka, sepenuhnya bukan salah mereka. Terkadang waktu yang membelenggu dan sesuatu yang tidak dapat mereka kendalikan sendiri membuat semuanya terjadiÂ
Jangan jadi lilin lagi ya :')Â
Jadilah kertas yang selalu menyimpan semua coretan - coretan menyakitkan dan indah ada disanaÂ
Jangan membakar dirimu lagi demi membuat orang lain bahagiaÂ
Semua orang tentu memiliki kesalahan dan terkadang kesalahan yang mereka ukir tanpa mereka sadari dan tanpa keinginan mereka
Maafkanlah, dan aku pun meminta maaf jika aku pernah menyakitimu tanpa aku sadari perbuatanku telah menghadirkan luka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H