Diantaranya melakukan eradikasi pada tanaman-tanaman yang terlanjur terserang penyakit kemudian memberikan pestisida kimia ke tanah untuk mematikan bakteri-bakteri yang tertinggal di tanah, menjaga kebersihan lahan pertanaman dan mengatur drainase untuk menghindari adanya genangan yang menjadi salah satu perantara penyebaran patogen penyebab penyakit.
Melakukan sterilisasi tanah dengan metil bromida, melakukan rotasi tanaman dengan tanaman yang bukan merupakan inang Ralstonia solanacearum untuk memutus siklus hidup patogen, dan menggunakan varietas unggul yang memiliki ketahanan terhadap penyakit layu bakteri.
Upaya lain yang dapat dilakukan yaitu sambung atau grafting tanaman tomat dengan batang bawah tanaman tahan layu bakteri dan batang atas tomat dengan produktivitas yang tinggi.Â
Rivard et al. (2012) melaporkan dalam artikel yang berjudul "Grafting Tomato to Manage Bacterial Wilt Caused by Ralstonia solanacearum in the Southeastern United States" bahwa penelitian sambung tomat pada tiga lokasi di Carolina Utara memperoleh kesimpulan bahwa intensitas serangan layu bakteri tanaman yang tidak disambung mencapai 82 - 100%.Â
Sebaliknya, intensitas layu bakteri pada tanaman yang disambung adalah 0 - 65%. Pengaruh penyambungan tanaman tomat terhadap serangan layu bakteri di Indonesia.
Telah diteliti oleh Choiriyah dan Nuchahyanti (2019) yang melakukan penyambungan pada tomat umur 15 Hari Setelah Semai (HSS) dengan metode splice grafting kemiringan 30 menghasilkan kesimpulan bahwa insidensi penyakit layu bakteri pada tanaman tomat yang disambung sebesar 45%, berbeda nyata dengan tanaman yang tidak disambung yaitu 100%
Di Indonesia, upaya-upaya penanganan penyakit layu bakteri tanaman tomat yang telah banyak diteliti dan dikembangkan adalah penggunaan pupuk hayati dan mikoriza.Â
Pupuk hayati dengan kandungan mikroorganisme seperti Bacillus pantotkentikus dan Pseudomonas fluorescens menghasilkan senyawa antibiotik yang dapat mematikan patogen dalam tanah.Â
Sedangkan, mikoriza akan merangsang pembentukan fitoaleksin oleh perakaran tanaman yang dapat menghambat pertumbuhan patogen.Â
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aulia et al. (2016), pemberian pupuk hayati komersiil bersamaan dengan mikoriza ke dalam tanah dengan perbandingan 1:1:5 pada tanaman tomat dapat mengurangi intensitas serangan Ralstonia solanacearum hingga 29,20%.
Hal serupa diungkapkan oleh Istiqomah dan Kusumawati (2018) bahwa Bacillus subtilis dan Pseudomonas fluorescens merupakan bakteri antagonis yang sering dimanfaatkan sebagai agent hayati.Â