Salah satu tanda-tanda mundurnya sebuah peradaban adalah ketika kita tidak mempercayai seorang ahli. Misalnya dokter mendiagnosa ada tumor ringan di kakimu dan menyarankan untuk segera operasi.
Namun kau mengabaikan, dan justru memilih pergi ke dukun hanya karena menyakini ia memiliki kekuatan ajaib yang bisa mengangkat tumor cukup dengan semburan ludahnya.
Beruntung jika kau masih selamat. Tapi orang lain yang sepakat dengan pendapat konyolmu bisa saja akan mati cepat.
Tampaknya fenomena ini juga menjangkiti peradaban politik menjelang Pilpres 2024. Bahkan kebohongan dan pembodohan semacam ini sengaja diproduksi dan terus ditebar untuk menjatuhkan sosok potensial. Siapa lagi sasarannya kalau bukan Ganjar Pranowo.
Lihat saja, narasi isu Jateng sebagai provinsi termiskin terus dipakai kubu seberang untuk menyerang Ganjar. Â Mereka sengaja menyebar isu itu untuk menjatuhkan kredibilitasnya.
Terus kenapa saya bilang itu kebohongan? Jelas karena data-data yang mereka gunakan adalah data lama yang tidak sesuai kenyataan.
Kalau boleh jujur sebenarnya itu bukan saya yang ngomong, tapi kepala BPS Jateng Adhi Wiriana, yang adalah seorang ahli di bidangnya, yang kerjanya berdasarkan riset dan kajian ilmiah. Data-data yang dikeluarkan pun valid, bukan turun dari langit.
"Isu itu hoax. Masih ada yang dikatakan lebih miskin dari Jawa Tengah yakni Yogyakarta dengan 11,9 persen. Kemudian dilihat dari jumlah penduduk miskin, sebenarnya Jawa Barat dan Jawa Timur lebih tinggi dengan 4 jutaan penduduk miskin. Sementara Jateng 3,9 juta," tegas Adhi, yang juga sudah diberitakan di banyak media.
Supaya lebih terang benderang, mari kita bandingkan penurunan terbanyak penduduk miskin dari empat provinsi besar di pulau Jawa dalam kurun waktu 2013-2022. Ada Jateng, Jabar, Jatim, dan DKI Jakarta. Data ini saya ambil dari Badan Pusat Statistik RI.
Kita mulai dari Jawa Tengah. Jika dilihat dari persentasenya, Jateng mampu menurunkan kemiskinan sebanyak 3,51 persen, atau 873.430 orang. Bahkan pada 2019 penurunannya mencapai satu juta jiwa lebih, namun kembali naik akibat dihantam corona.
Kemudian Jawa Barat berhasil dan sukses menurunkan kemiskinan 1,55 persen atau sebanyak 311.670 orang.
Jawa Timur mampu menurunkan angka kemiskinan hingga 2,35 persen atau sebanyak 684.530 orang.
Sementara DKI Jakarta dalam kurun waktu yang sama, angka kemiskinan di provinsi ini justru bertambah 0,97, atau sebanyak 126.340 orang.
Jika melihat data BPS pusat tersebut, upaya Ganjar dalam menurunkan angka kemiskinan rupanya justru yang paling berhasil dibanding pemimpin lain. Artinya kinerja serta program yang dijalankan Ganjar Pranowo benar-benar membuahkan hasil.
Tentu saja fakta itu hanya bisa dicerna oleh orang yang berakal sehat. Kalau sudah tidak suka atau benci hanya karena mendukung calon lain, data ilmiah tersebut tidak akan diakui, bahkan mungkin nggak bakal dianggap.
Kubu seberang akan terus menggunakan isu Jateng provinsi termiskin yang sebenarnya adalah hoax, sebagai alat untuk menyerang Ganjar. Karena memang sulit menemukan kelemahan Ganjar. Sehingga segala cara dipakai, termasuk menebar kebohongan.
Serangan itu selain bertujuan menjatuhkan kredibilitas Ganjar, tentu juga  dimaksudkan untuk menjunjung capres pilihan mereka yang sebenarnya justru tidak mampu menunjukkan hasil kinerjanya.
Situasi ini juga sama persis dengan ajakan pergi ke dukun ketimbang mempercayai seorang dokter. Jelas menyesatkan sekaligus membahayakan.
Sebab pada kenyataanya menurunkan angka kemiskinan juga butuh keahlian. Perlu strategi yang matang dan komitmen yang besar dari pemimpin. Dan lagi dibutuhkan tindakan konkrit. Bukan hanya soal keyakinan, bukan janji manis, apalagi dengan cara membakar kemenyan ataupun menebar kembang tujuh rupa.
Tapi ternyata Ganjar juga tidak ambil pusing dengan serangan yang dialamatkan kepadanya. Ia terus saja bekerja. Ia terus merampungkan program bedah rumah tak layak huni milik warganya, yang sampai sekarang sudah ada 1.041.894 unit rumah telah direnovasi.
Bisa jadi itulah cara Ganjar Pranowo menanggapi serangan. Ia tidak perlu berkata-kata, tapi lebih memilih menjawabnya dengan hasil kerja. Indah sekali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H