Mohon tunggu...
Sobar Harahap
Sobar Harahap Mohon Tunggu... Wiraswasta - Kebenaran harus disampaikan

Love your story

Selanjutnya

Tutup

Politik

Obama, Gusdur, dan Ganjar

16 Maret 2022   20:39 Diperbarui: 16 Maret 2022   23:48 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto instagram Ganjar

"Bapak ibu kalau dengar pajak seneng atau seneb (mules)? Oh seneng, bagus itu namanya cinta NKRI. Saya doakan semoga bapak ibu sehat badannya, sehat pikirannya, dan sehat dompetnya," katanya.

Pidatonya pun disambut riuh tawa dan tepuk tangan hadirin. Suasana menjadi tidak menyeramkan. Selain menghibur, komunikasi semacam itu juga mudah diterima, ketimbang dengan cara kaku  dan konvensional. Kemungkinan besar orang pun jadi lebih ikhlas membayar pajak.

Tentu saja hal seperti itu tidak mungkin terjadi manakala Ganjar tidak punya selera humor.

Apakah Ganjar mempelajari komunikasi semacam itu, aku tidak tahu. Dan itu juga bukan urusanku. Sebagai warga, aku hanya perlu memberi pendapat.

Namun dalam sebuah wawancara ia pernah berkata, bahwa ia tak menyukai kekakuan.

"Saat muda saya memandang pemerintahan kok kaku begini ya, tidak asik, jadi ketika ternyata saya berada dalam pemerintahan, saya menghindari hal itu," ujarnya. Mungkin itulah alasanya.

Belum lama, Ganjar juga memposting video saat ia bersama personel TNI-Polri. Ganjar membuat candaan, mengajak mereka jangan tidur sebelum pukul dua belas, agar kejatuhan "bintang" yang keluarnya hanya di waktu malam. Bukannya tersinggung mereka malah tertawa, dan mengucapkan amin.

Humor-humor yang dilontarkan Ganjar memang apa adanya dan kerap kali tanpa perencanaan. Lihatlah saat ia bercanda dengan nenak-nenek di panti jompo. Sang nenek sampai menabok lengan Ganjar sambil tertawa ngakak.

Humor adalah soal kejujuran. Ia tak bisa dipaksakan. Dan yang terpenting humor menambah keharmonisaan antara pemimpin dan masyarakatnya. Bukan malah menambah sentimen kelompok, bukan malah merendahkan.

Kita tentu masih ingat ada calon presiden yang melempar humor namun berujung hujatan. Sebab ia menyebut wartawan tidak pernah pergi ke mall karena dianggapnya sebagai golongan yang jarang punya duit. Belum lagi penyebutannya soal "Tampang Boyolali" untuk mengilustrasikan orang-orang miskin.

Saat itu ia berkampanye di Boyolali dan menyampaikan gurauan di depan relawan dan masyarakat saat membahas kesejahteraan. Ia bilang, masyarakat Boyolali tak pernah pergi ke hotel.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun