"Pensiun?"
Ilana mengangguk.
"Sekarang, apa yang harus saya lakukan?"
"Beberapa langkah bisa dilakukan. Kalau boleh tahu, apa hobinya?"
"Dulu dia suka memancing, tetapi kemudian tidak sempat karena kesibukan di kantor bertambah. Beberapa hari terakhir saya menyuruh anak sulung saya mengajaknya memancing. Maksud saya biar dia tidak uring-uringan saja di rumah."
"Itu bagus, tetapi seharusnya jangan dengan anak. Takutnya suamimu juga akan uring-uringan dan merasa tak berharga dimata anak."
"Lalu dengan siapa?"
"Orang yang sama dengan dia, para pensiunan. Biasanya mereka akan punya tempat bagi suami ibu untuk bercerita, curhat dan semacamnya."
Hesti memandangi wajah psikolog itu dengan mata berbinaran. Jalan sudah terbuka baginya untuk melepaskan masalah yang selama ini menghimpitnya. Psikolog itulah yang selama ini sudah membantunya. Mendengarkan keluhannya. Dialah satu-satunya yang mengerti apa yang meresahkannya.
"Ya udah, nanti saya akan mencoba menghubungi teman-temannya yang sudah pensiun."
"Kumpulkan mereka."