"Tidak bisa, aku tak bisa menikah lagi, kalau kau tak suka, silakan pergi," kata Sapan melengos.
Tubi hanya menangis merasa terkhianati. Namun dia tetap bertahan di kosan itu. Bagaimana pun juga dia masih mencintai laki-laki itu. Dan dia belum berfikir untuk meninggalkannya.
Hubungan mulai tak hangat. Sapan kadang tidak pulang ke kosan mereka. Suatu hari Tubi mendengar berita mengejutkan, seorang buruh laki-laki memergoki Sapan main ke lokalisasi. Tubi tak percaya dengan cerita itu. Namun Ketika Siti menceritakan hal yang sama, Tubi baru percaya dan berjanji akan menanyakan langsung kepada Sapan mengenai berita itu.
"Yang lihat langsung itu, Mas Dodit, pacarku, dia mengikutinya," kata Siti.
Dengan perasaan kecewa, Tubi menunggu Sapan di kosan. Sapan sudah jarang pulang ke kos. Kalau bertemu di pabrik juga putra-pura sibuk. Tubi menunggu sampai laki-laki itu pulang. Ketika tahu dia beristri, dan menjadikannya istri kedua saja, Tubi sudah senang dan ikhlas. Tetapi kalau dia main dengan pelacur, hatinya benar-benar terkhianati
Malam itu, Sapan pulang. Dia melipat beberapa baju dan dimasukkan ke dalam tas besarnya. Tubi tahu, dia akan menginap di rumah temannya, atau mungkin pulang ke desa menemui istrinya. Dia ke kos hanya mengambil baju-bajunya. Dengan hati-hati Tubi mendekati laki-laki itu. Berusaha setenang mungkin, dan kali ini dia sudah benar-benar siap dengan jawabannya.
"Dodit melihatmu ke lokasisasi, apa itu benar?"
Sapan tak menjawab.
"Tidak apa-apa kok aku tak akan marah."
"Iya, aku ke sana," jawab Span kemudian dengan nada ragu dan takut.
"Tapi kenapa?"