Jiwa dagang sekaligus petualangannya mulai merambah ke dunia yang lain. Dia tahu di klusternya pembeli terlalu terbatas. Suatu hari dia datang ke sebuah seminar. Bukan sebagai peserta, dia membaca spanduk dan ingin tahu situasinya seperti apa. Pada saat itu beberapa peserta sedih karena tidak kebagian kaos tema yang dijual panitia.
Besoknya Juara mencari info di internet tentang seminar-seminar dan temanya. Di acara seminar politik, dia jualan buku-buku kiri. Harga tinggi pun ada yang beli. Seminar ibu-ibu, dia jualan wadah plastik dengan tulisan motivasi wanita. Seminar bayi dan anak, dia jualan kaos dan topi anak dengan tema sama. Jadilah Juara pedagang di arena seminar-seminar.
Merasa bosan, dia merambah ke konser dan festival. DI arena Asian Games, dia jualan mug dengan harga selangit. Di festival musik dia jualan CD dan VCD penyanyi yang bersangkutan. Di Festival jajanan dia jualan panci. Di festival sepak bola dia jualan kaos dan poster pemain bola.
Makin kayalah Juara. Dengan semua uangnya dia membeli sebuah mobil box untuk mengangkut barang-barangnya. Dia menikah dan memiliki dua anak. Dan sekarang, teman-teman pedagang dan tetangganya memanggilnya Juara Festival.Â
*
Telepon berdering. Terlihat Juara berbicara panjang lebar dengan orang itu. Istrinya masih sibuk melayani antrian di depan rumahnya. Perempuan itu mempekerjakan seorang wanita untuk membantunya di kasir.
"Siapa Pa?" tanya istrinya.
"Herman, teman dari apotik."
"Terus?"
"Besok dicoba dulu satu dus vitamin C."
"Sip."