Mohon tunggu...
Nature

Mengenal Biota Laut: Bulu Seribu "Si Predator Karang"

16 Desember 2018   12:15 Diperbarui: 16 Desember 2018   13:06 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Credits: Ethan Daniels

Kaki, kaki apa yang banyakk? Kaki seribuu. Bulu, bulu apa yang banyak? Bulu seribuu!

 Eitss tapi tenang dulu Sobat Kompasiana, meskipun memiliki kemiripan nama bulu seribu ini sangat berbeda loh dengan kaki seribu!

Bulu seribu atau yang lebih dikenal sebagai Crown-of-Thorns Starfish, merupakan bintang laut raksasa yang memiliki duri beracun. Bulu seribu pertama kali ditemukan oleh George Rumphius pada tahun 1705, yang kemudian oleh Linnaeus diberi nama Acanthaster planci pada tahun 1758. Hewan laut ini menjadi salah satu masalah besar yang potensial dalam pengelolaan terumbu karang. 

Jika mengalami ledakan populasi, A. planci dapat menjadi pemangsa yang sangat berbahaya, karena akan memangsa hampir seluruh karang hidup disekitarnya. Kasus kerusakan terumbu karang yang disebabkan oleh A. planci sudah banyak dilaporkan dari berbagai negara, seperti Jepang, Australia, Palau, Guam, Vanuatu, Papua, Vietnam dan Indonesia.

Sebelum membahas lebih jauh mengenai dampak yang ditimbulkan oleh "Si Predator Karang", kita kenalan dulu yuk dengan hewan yang satu ini!

Bulu seribu memiliki wilayah persebaran di kawasan Indo-Pasifik dan beberapa kawasan lain seperti, Maldives, Teluk Panama, dan Laut Merah. Bulu seribu atau Acanthaster planci memiliki warna yang beragam bergantung pada lokasi persebaran dan jenis makanannya. 

A. planci dengan warna merah dan abu-abu biasa ditemukan di Thailand dan Great Barrier Reef, sementara itu warna hijau merah sering ditemukan di Kepulauan Hawai, dan di Indonesia sendiri umumnya ditemukan warna abu-abu, hijau, ungu, dan biru. Lengan A. planci berjumlah 8-21 buah, dengan anus sebanyak 1-6 buah, dan kulit yang mngandung magnesium calcite.

ADAPTASI

Bentuk adaptasi dari bulu seribu yaitu memiliki duri pada bagian atas yang berperan sebagai alat pertahanan diri dari pemangsanya. Duri tersebut ditutupi selapis kulit tipis, dengan racun mengandung protein (saponin). 

Jika manusia tertusuk duri tersebut, gejala yang ditimbulkan diantaranya gatal-gatal, melepuh, bahkan hingga muntah. Namun, hal itu tidak menghalangi predator alami bulu seribu. 

Saat fase larva, predator alaminya yaitu karang, setelah memasuki fase juvenil dimangsa oleh ikan-ikan karang dan udang. Setelah bulu seribu dewasa dimangsa oleh sejenis cacing (Pherecardia striata), moluska (Charonia tritonis), dan ikan karang besar. 

Credits: Molly Timmers
Credits: Molly Timmers

HABITAT

Habitat yang cocok untuk keberadaan hewan ini, pastinya kawasan terumbu karang yang padat dengan tutupan karang tinggi, dapat tumbuh optimal pada suhu 26-28 C. Berada sampai kedalaman 30 m di bawah permukaan laut dan terindung seperti dibawah bongkahan karang atau pecahan karang (rubbles), serta tidak dipengaruhi oleh arus yang kuat sehingga sangat jarang terdapat di perairan dangkal berombak.

REPRODUKSI

Sebagian masyarakat mengira bulu seribu termasuk hewan hermafrodit, namun pada kenyataannya jenis kelamin Si "Predator" Karang ini dapat dibedakan, loh. Bulu seribu melakukan fertilisasi secara eksternal. 

Pada saat pemijahan, bulu seribu dewasa akan melepaskan sperma dan telur secara bersamaan dan dapat menghasilkan telur sebanyak 4-65 juta. Mekanisme pelepasan secara bersamaan ini dipengaruhi oleh hormon, saat proses ini berlangsung akan dilepaskan juga feromon yang befungsi sebagai kemoatraktan sehingga merangsang bulu seribu disekitarnya untuk melepaskan gonad. Sementara itu, larva dari bulu seribu dapat menyebar pada jarak yang cukup jauh.

CARA MAKAN

Jenis makanan bulu seribu beragam bergantung pada fase hidupnya. Pada tingkat larva, makanan utama hewan ini yaitu fitolankton, setelah menjadi juvenil makanan utamanya menjadi coralline algae, sementara individu muda dan dewasa umumnya akan memakan polip yang hidup di dalam karang. Cara makan bulu seribu cukup unik, isi perut akan dikeluarkan terlebih dahulu melalui mulut, kemudian ususnya akan menutupi permukaan koloni karang sehingga pencernaan terjadi di luar tubuh bulu seribu. 

Saat berlangsung proses mencerna makanan, bulu seribu akan mengeluarkan enzim dari pyloric caeca yang dapat memecah lemak dan suatu zat kemoatraktan yang dapat merangsang bulu seribu lain untuk mendekat dan makan secara bersama. Bulu seribu muda hanya akan mencari makan pada malam hari untuk menghindar dari predator. Sementara itu, bulu seribu dewasa dapat makan pada siang maupun malam hari, individu jenis ini biasanya lebih memilih karang batu yang strukurnya mendatar, seperti genus Acropora dan Montipora.

Ledakan populasi jenis ini dapat menyebabkan kerusakan terumbu karang yang berat. Seperti pada kasus ledakan populasi A. planci di Great Barrier Reef pada tahun 1960, hampir 60% terumbu karang di kawasan tersebut rusak parah. Jika kerusakan terjadi pada jenis karang massive akan membutuhkan waktu sampai 50 tahun untuk mengembaikannya ke kondisi semula, dengan asumsi tidak terdapat gangguan lain. Bulu seribu dewasa dapat bergerak dengan kecepatan 20 km per jam, dengan memanfaatkan energi yang dihasilkan dari mencerna polip karang.

Daftar acuan:

Ault, L., J.M. Cardler, & C. Sussman. 2011. Acanthaster planci crown-of-thorns starfish.  diakses pada 15 Desember 2018, pk. 22.31 WIB.

Kayal, M., J. Vercelloni, T.L.D. Loma, P. Bosserelle, Y. Chancerelle, S. Geoffroy, C. Stievenart, F. Michonneau, L. Penin, S. Planes, & M. Adjeroud. 2012. Predator Crown-of-Thorns Starfish (Acanthaster planci) Outbreak, Mass Mortality of Corals, and Cascading Effects on Reef Fish and Benthic Communities. PLoS ONE 7(10): 1---9.

NOAA PIFSC. 2012. Crown-of-thorns Seastar (Acanthaster planci). . diakses pada 16 Desember, pk. 05.22 WIB.

Suharsono. 1991. BULU SERIBU (Acanthaster planci). Oseana 16(3): 1---7.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun