Mohon tunggu...
Anggi Anggi
Anggi Anggi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saat ini berkuliah di uinkhas jember

Hobi bermain badminton

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Pendorong Fundamentalisme Agama

12 Oktober 2024   21:06 Diperbarui: 7 Desember 2024   16:34 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

    Sebuah paham atau gerakan yang disebut fundamentalisme agama mendorong kembalinya agama kepada ajaran-ajaran inti atau asli, dengan pemahaman literal kitab suci. Gerakan ini sering muncul sebagai tanggapan terhadap modernisasi atau perubahan sosial yang dianggap mengancam nilai-nilai keagamaan tradisional. 

    Fundamentalisme agama dapat muncul dari berbagai agama di seluruh dunia, dan biasanya ditandai dengan penolakan terhadap perubahan politik dan agama serta upaya untuk mengembalikan keyakinan dan standar agama tradisional sebagai tanggapan terhadap modernitas dan sekularisme.

   Sejarah keagamaan yang kompleks adalah sumber fundamentalisme. Faktor penyebabnya beragam, termasuk cara umat beragama menangani krisis pikiran dan emosi. Seringkali, fundamentalisme muncul sebagai tanggapan terhadap ancaman yang dirasakan terhadap eksistensi agama oleh modernisme, sekularisme, dan westernisme.

   Karakteristik Gerakan Fundamentalisme: Penolakan terhadap hermeneutika dan penekanan pada ajaran dasar agama adalah ciri gerakan fundamentalisme. Dalam Islam, fundamentalisme sering didefinisikan sebagai upaya untuk mempertahankan ajaran dasar dan menghindari tahayyul, bid'ah, dan khurafat. Sebagian besar orang menganggap kelompok ini sebagai kelompok garis keras yang bertindak irasional dan dikaitkan dengan gerakan revolusi.

    Dampak Sosial dan Konflik Respon dari gerakan fundamentalisme terkadang menciptakan suasana yang tidak sehat karena kecenderungan mereka untuk menghindari orang lain yang tidak setuju dengan mereka. Ini sering menyebabkan pertengkaran dan perpecahan antar umat beragama, terutama ketika ada perbedaan keyakinan. Misalnya, fundamentalisme Islam kontemporer berusaha untuk menegakkan identitas agama dan tatanan sosial sebagai solusi atas berbagai masalah yang dihadapi.

    Untuk memahami fenomena ini, kita harus melihat berbagai komponen yang mempengaruhi munculnya fundamentalisme agama di berbagai konteks agama dan budaya:

1.Reaksi Terhadap Sekularisme dan Modernisasi

Sekularisme dan modernisasi sering menyebabkan fundamentalisme agama muncul. Banyak kali, modernisasi didefinisikan sebagai transformasi sosial yang cepat, globalisasi, dan penerapan nilai-nilai Barat seperti demokrasi, kebebasan individu, dan pluralisme. Di sisi lain, sekularisme dianggap sebagai upaya untuk menghilangkan agama dari domain publik, politik, dan hukum. Kelompok fundamentalis menganggap perubahan ini mengancam peran penting agama dalam masyarakat.

Di beberapa negara, fundamentalisme adalah tanggapan terhadap pemerintah yang dianggap terlalu sekuler. Misalnya, gerakan Islam politik di Timur Tengah sering menggambarkan dirinya sebagai alternatif terhadap rezim yang dianggap tidak religius .

 2.Ketidakstabilan Politik dan Sosial

Ketika ada ketidakstabilan sosial dan politik, seperti konflik, perang, atau penindasan, gerakan fundamentalis sering kali dapat berkembang. Banyak orang mencari kepastian melalui agama sebagai akibat dari krisis sosial-ekonomi yang berkepanjangan, ketidakadilan, dan ketidakpastian. Fundamentalisme menarik bagi mereka yang merasa terpinggirkan atau kehilangan kendali atas hidup mereka karena menawarkan jawaban jelas dan aturan untuk mengatasi kekacauan.

Misalnya, munculnya gerakan fundamentalis seringkali bertepatan dengan keruntuhan struktur negara, konflik internal, dan ketidakpuasan terhadap para politisi yang dianggap tidak mewakili kepentingan rakyat. Ini terjadi di beberapa daerah di Timur Tengah.

3.Ketidaksetaraan Finansial

Selain itu, fundamentalisme berasal dari ketidaksetaraan ekonomi yang ekstrem. Sekelompok masyarakat mungkin menggunakan agama sebagai cara untuk memperjuangkan keadilan ketika mereka merasa terpinggirkan secara ekonomi. Solusi sering datang dari fundamentalisme agama, yang menekankan betapa pentingnya tatanan sosial yang didasarkan pada hukum agama, yang dianggap lebih adil dan merata.

Fundamentalisme biasanya muncul di tempat di mana ada ketimpangan ekonomi yang tajam, seperti di negara-negara berkembang yang terkena dampak liberalisasi ekonomi yang tidak merata dan globalisasi.

4.Menanggapi Ancaman Budaya

Seringkali, fundamentalisme dipicu oleh keyakinan bahwa nilai-nilai budaya tradisional diancam oleh pengaruh luar, terutama dari budaya Barat. Globalisasi membawa perubahan ekonomi dan politik, tetapi juga transformasi budaya yang dianggap merusak norma keluarga, peran gender, dan moralitas umum.Mempertahankan kemurnian budaya dan nilai-nilai agama adalah penting bagi kelompok fundamentalis untuk melawan apa yang mereka anggap sebagai dekadensi moral dari budaya asing.

5.Efek Globalisasi dan Internasionalisasi

Dinamika politik global juga memengaruhi fenomena fundamentalisme agama. Tidak hanya globalisasi memperluas pengaruhnya pada budaya dan ekonomi, tetapi juga memicu gerakan transnasional seperti fundamentalisme agama. Misalnya, munculnya kelompok jihad di seluruh dunia sering dikaitkan dengan tindakan militer Barat terhadap negara-negara Muslim.

Selain itu, gagasan fundamentalis dapat dengan cepat menyebar ke seluruh dunia berkat penggunaan teknologi dan media sosial, yang menghasilkan jaringan global yang mendukung agenda fundamentalis di berbagai negara.

 6.Mobilisasi Politik dan Radikalisasi

Mobilisasi politik sering menggunakan fundamentalisme. Dalam banyak kasus, gerakan fundamentalis berusaha menciptakan sistem politik yang didasarkan pada hukum agama dan memobilisasi massa untuk mendukung perubahan politik yang radikal.Ketika kelompok-kelompok fundamentalis percaya bahwa struktur politik atau sosial yang ada tidak sesuai dengan keyakinan agama mereka, mereka sering melakukan diskriminasi, terutama ketika perubahan melalui proses demokratis dianggap tidak mungkin.

Kesimpulannya jadi pendorong fundamentalisme agama sangat beragam dan kompleks tergantung pada konteks sosial, ekonomi, dan politik di mana ia muncul. Reaksi terhadap perubahan sosial yang cepat, ketidakstabilan politik, dan ketakutan terhadap identitas budaya atau agama biasanya menyebabkan fundamentalisme. Selain itu, kelompok fundamentalis banyak digerakkan oleh ketidaksetaraan ekonomi, krisis identitas, dan posisi pemimpin karismatik.

Dengan memahami berbagai pendorong fundamentalisme, kita dapat lebih memahami apa yang memicu gerakan fundamentalis di berbagai belahan dunia dan menemukan cara untuk menghentikan radikalisasi lebih lanjut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun