Tapi jika sudah makan maka akan sampai 81 lebih sedikit. Kalau sedang turun lapangan, karena saya harus makan banyak agar tetap sehat, biasanya ketika pulang berat badan saya 83.Â
Saya makan apa saja yang tersaji. Ikhtiar saya sehat, tidak sampai sixpack seperti mereka yang posting di media sosial. Kalau berat badan turun dan sehat ya Alhamdulillah.
Ada banyak hal menarik ketika berolahraga di sekitar rumah. Satu fenomena khusus yang saya amati selama saya menyelami dunia perolahragaan yang singkat adalah: kebanyakan orang yang olahraga pasti mampir di tempat jajanan seperti tempat gorengan, susu jahe, kopi, dan penganan lainnya. Jika sedang bersepeda di beberapa titik ada tempat perhentian di mana para pesepeda bisa mampir.Â
Saya beberapa kali ikut mampir ketika bersama teman tetangga rumah. Tapi jika bersepeda dengan anak biasanya gaspol terus. Dia pernah ikut mampir dan selalu berbisik, "yah ini lama banget, kapan kita jalan lagi?".
Ada juga para olahragawan yang selalu membawa kantong plastik berisi gorengan setelah pulang berolahraga. Gorengan ini memang dahsyat. Bayangkan, sehabis olahragapun gorengan diidam-idamkan.Â
Jika memahami denyut nadi masyarakat maka pasti tahu mengapa  keresahan terhadap kelangkaan minyak goreng dan mahalnya minyak goreng ketika melimpah begitu mengemuka.Â
Gorengan hadir di relung hati masyarakat. Masyarakat tidak hidup sehat? Maka edukasi bagaimana supaya hidup sehat, berikan alternatif, dan seterusnya-seterusnya.
Ketika berolahraga berkeliling saya juga mendapati banyak hal menarik. Betapa minat masyarakat terhadap olahraga begitu dahsyat. Di kampung-kampung saya lihat ada fasilitas lapangan bola, lapangan voli, tentu dengan segala keterbatasannya.Â
Meskipun pandemi, ketika masuk kampung-kampung dekat rumah, nampak tak ada Covid-19. Jarang sekali yang saya temui bermasker. Pengajian dan masjid tetap penuh.
Jika kebetulan jalan pagi ada TK yang berdekatan dengan masjid. Ada yang memakai masker, banyak yang tidak. Ibu-ibu menunggu dengan guyub tanpa jarak. Kebanyakan juga tidak memakai masker, atau memakai masker tetapi di dagu. Semoga mereka selalu sehat. Juga kita semua.
Jika masuk ke kampung-kampung, lebih banyak  anak-anak dan orang dewasa yang tidak menggunakan masker. Mereka nampaknya tidak begitu perduli soal Covid-19.Â