Mohon tunggu...
Anggi Afriansyah
Anggi Afriansyah Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti

Masih terus belajar. Silahkan kunjungi blog saya: http://anggiafriansyah.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tidak Mudah Menjadi Orangtua

21 Oktober 2019   09:44 Diperbarui: 21 Oktober 2019   10:00 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi, di sekolah gurunya bilang, bahwa anak kami baik-baik saja. Belum berinteraksi dengan intensif, tapi bisa mengikuti instruksi. Semua kami obrolakan bersama agar mendapat solusi. Agar anak kami merasa nyaman meskipun harus ke sekolah.

Ibunya, intensif berdiskusi dengan gurunya. Juga bertanya sana sini ke guru lain yang anaknya seusia anak kami. Dapatlah kami berbagai kisah. Tentang perjuangan mereka mengawal anak-anaknya di usia dini. Berbagai tangisan dan drama. Berbagai kesulitan juga kesenangan. Harus lega hati, harus santai, dan percaya anak bisa. Ya, kuncinya itu. Kami coba terapkan. Jangan tegang, agar anak juga tidak tegang. Itu kata mereka. Santai aja. Tetap kami tidak santai. Tidak mudah mengatur emosi. 

Di sini, kami sadar, kedewasaaan diri sangat lah penting. Makanya, menikah itu tidak mudah. Apalagi membesarkan anak. Saya jadi kesal jika banyak anjuran di media sosial untuk menikah muda. Menikah itu bukan soal cepat-cepatan. Tapi soal banyak hal. Banyak variabel yang harus disiapkan. Mentalitas harus tangguh, disamping juga kemampuan finansial.

Setelah pergulatan panjang. Sekarang anak kami sudah bersekolah selama  empat bulanan. Anak kami sudah sangat menikmati lingkungan barunya. Ada kalanya merengek, namun tidak "seheboh" dulu. Kami selalu berusaha mendampingi dia. Mengajak dia ngobrol. Memintanya bercerita soal banyak hal. Apa saja. 

Agar dia terbiasa bicara apa adanya kepada kami. Mengeluakan unek-uneknya tentang apapun. Dia bisa bicara soal teman-temannya, menyebutkannya satu persatu. Tentang ketakutannya, kekesalannya, ketidakmauannya, keinginannya, bekal yang diinginkan, mainan yang diinginkan dsb. Dia kami biasakan bercerita. 

Apa saja. Apakah selesai persolan? Oh tentu tidak. Ini bukan FTV yang selalu selesai dengan happy ending. Ada berbagai pergulatan yang harus dilakukan dalam membesarkan anak. Itu jelas tidak mudah. Tapi kami sangat menikmati. 

Sambil memutar otak, mencari strategi, berdoa, tanya sana sini, membaca buku, dan lainnya. Kehidupan memang arena pembelajaran terbaik. Kita dibenturkan, dibenturkan, dan dibentuk-- seperti yang disampaikan Tan Malaka.

Yang saya tulis ini baru satu bagian dari tugas orangtua, dan masih begitu banyak tugas lainnya. Jadi orangtua memang sulit. Tapi jadi orangtua juga sangat menyenangkan. Jadi orangtua adalah anugerah. Tidak semua orang mendapatkan kesempatan ini. Semoga kami tetap kokoh menemani anak kami menghadapi dunia yang semakin tidak terduga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun