Mohon tunggu...
Anggi Afriansyah
Anggi Afriansyah Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti

Masih terus belajar. Silahkan kunjungi blog saya: http://anggiafriansyah.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menulis Opini di Koran

25 Februari 2017   21:11 Diperbarui: 25 Februari 2017   21:36 14697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu apa impian saya selanjutnya. Impian saya adalah menembus kolom opini kompas. Susah sekali menembus kolom opini kompas di halaman 6-7 itu. Hehehe. Saya sudah mengirim lebih dari lima tulisan ke koran kompas. Tapi alhamdulillah selalu dikembalikan. Hehehe. Tapi saya tak mau menyerah. Saya sadar tulisan-tulisan saya memang masih belum cukup bagus untuk bisa dimuat. Perlu usaha yang lebih kuat untuk menghasilkan opini yang bagus.  

Biasanya setelah dikembalikan atau tidak dimuat baru ketahuan di mana kekurangan tulisan kita. Entah logikanya tidak runut, analisisnya kurang mendalam, diksinya tak oke atau bahasanya monoton. Tak dimuat berarti ada kesempatan untuk memperbaik tulisan.

Sayangnya memang tak semua koran memberikan informasi apakah tulisan yang kita kirim dimuat atau tidak. Beberapa media misalnya punya batas waktu: jika dalam satu minggu/dua minggu tidak dimuat tulisan dikembalikan. Tapi banyak media yang tak memberitahukan kepada kita dimuat atau tidak. Membalas emailpun tidak. Itu tentu menjadi kebijakan masing-masing media.

Saya sendiri biasanya ketika dalam dua minggu tulisan tidak dimuat saya akan mengirim email penarikan tulisan saya. Karena kadang juga ada tulisan tertentu yang dimuat di dua koran yang berbeda dalam hari yang sama. Tentu hal tersebut harus kita hindari. Pengalaman saya selama ini Koran Kompas lah yang selalu mengirim informasi apakah tulisan kita layak muat atau tidak. Bisa tiga hari, satu minggu atau satu bulan.

2017 ini saya agak panceklik. Sudah dua bulan saya belum menghasilkan opini apapun. Meskipun demikian saya tetap semangat. Saya masih berusaha menulis di Kompasiana, media online lain dan tentu saja blog saya sendiri. Kesulitan saya adalah membuat tulisan saya lebih tajam analisisnya. Saya masih cenderung deskriptif ketika menganalisa sesuatu.

Penyakit saya yang tak kunjung sembuh adalah kurangnya saya membaca secara reflektif. Sehingga produksi kata-kata cenderung itu-itu saja. Membaca persoalan tak tajam seperti silet. Hehehe. Kata beberapa teman, tulisan saya cenderung mudah ditebak alurnya. Dan saya sadar betul itu. Mungkin jika ada teman-teman yang bisa kasih tips dan trik agar tulisan kita lebih menggigit. Hal tersebut akan  sangat membantu saya.

Sampai saat ini saya tetap berusaha mengirimkan tulisan-tulisan saya baik untuk koran cetak maupun media online. Meskipun belum ada yang dimuat. Mungkin karena isunya tak pas dan tulisannya memang belum cukup baik.

Kita beruntung, saat ini semakin banyak ruang untuk menuliskan gagasan-gagasan. Koran-koran cetak pun banyak yang sudah dibuat dalam epaper. Banyak juga yang dapat diakses secara gratis. Sehingga di manapun kita bisa membacanya.  Maka, ayo tetap  semangat menulis. Tulisan ini juga bentuk menyemangati diri sendiri. Maju terus pantang mundur.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun