Mohon tunggu...
Anggi Afriansyah
Anggi Afriansyah Mohon Tunggu... Penulis - Peneliti

Masih terus belajar. Silahkan kunjungi blog saya: http://anggiafriansyah.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gus Dur: Ibu Kota Kaum Teraniaya

7 Februari 2017   13:09 Diperbarui: 7 Februari 2017   13:49 842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hatimu suaka bagi segala umat yang ingin membangun kembali, puing-puing cinta, ibukota bagi kaum yang teraniaya(Durrahman, Joko Pinurbo)

Puisi karya Joko Pinurbo sangat tepat dalam menggambarkan sosok Gus Dur. Gus Dur merupakan suaka bagi segala umat, terutama bagi mereka yang teraniaya, mereka yang patut untuk dibela. Gagasan dan tindakannya untuk kemanusiaan sungguh luar biasa. Tak jarang Gus Dur dicerca karena gagasan dan tindakannya tersebut. Meskipun demikian keteguhannya dalam memperjuangkan setiap apa yang diyakini sebagai kebenaran tak ada duanya.   

Cerita tentang kesederhanaan hidupnya, penghargaannya terhadap orang lain, pembelaan-pembelaannya terhadap kaum yang terpinggirkan, perjuangannya terhadap keislaman dan keindonesiaan telah banyak diungkapkan dalam beragam tulisan, diceritakan dalam banyak narasi.

Yang jelas Gus Dur sangat dicintai. Mengapa Gus Dur begitu dicintai? Tentunya banyak jawaban yang bisa menjelaskan mengapa Gus Dur begitu dicintai. Jakob Oetama, pendiri Kompas Gramedia, dalam pengantar buku Damai Bersama Gusdur (2010) menyebutkan, Gus Dur dikenang dan dicintai karena telah memberikan dirinya untuk orang lain. Ibarat lilin ia habis terbakar. Menjadi pembela kaum minoritas, pelindung gerakan pluralisme, penganjur kebebasan berekspresi, penggiat antiserba kekerasan.

Jakob Oetama juga menuliskan mengenai jasa Gus Dur dalam memisahkan polisi dari tentara, membentuk kementrian kelautan, menghidupkan adat istiadat tionghoa (perayaan imlek, pengakuan agama Konghucu, dsb), dan menjadikan istana kepresidenan sebagai istana rakyat.

Selain itu, bukti lain betapa Gus Dur sangat dicintai dapat dilihat juga setiap tahun ketika diselenggarakannya Peringatan Haul Gus Dur. Peringatan Haul Gus Dur selalu dipadati oleh masyarakat dari beragam kelas sosial. Makamnya pun tak pernah sepi diziarahi. Doa-doa untuk Gus Dur terus mengalir.

Ajaran dan ujarannya dibaca, didiskusikan, dan diikuti. Tulisan-tulisannya terus dibaca dan disebarluaskan. Pun dengan humor-humornya, guyonan-guyonan lucunya. Gus Dur tetap menginspirasi dan membuat bahagia meskipun sudah tak hadir (secara fisik) di antara kita. Gus Dur tetap hadir dalam relung hati orang-orang yang mencintainya. Gus Dur tetap membuat kita tertawa dan bahagia.

Kata-kata dan fotoGus Dur sangat banyak diposting di media sosial. Kata-kata Gus Dur yang paling banyak dishare di media sosial adalah “apapun agama dan sukumu, kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya apa agamamu”.Kata-kata tersebut sangat relevan dengan konteks kekinian, ketika kita masih saja ribut mengurusi agama dan kepercayaan orang lain tetapi sering lupa mengamalkan ajaran agama islam, menjadi muslim yang baik.

Gus Dur merupakan pribadi yang sangat hangat. Greg Barton penulis Gusdur: The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid menuliskan kesan pertamanya bertemu Gus Dur, “Meskipun penampilannya sederhana, namun kehadirannya selalu menyita perhatian. Ia bukanlah seorang yang mengesankan – malah justru sebaliknya – tetapi kehangatan yang terpancar dari dirinya yang santai, sikapnya yang bergairah ditambah dengan rasa humornya yang tinggi dan kecerdasan berpikirnya merupakan mengapa saya menyukainya”.

Seorang sahabat pernah menceritakan pengalamannya ketika bertemu Gus Dur secara langsung, ketika ia pernah mewawancarai Gus Dur untuk keperluan skripsinya.

Sebagai mahasiswa S1 yang tak banyak pengalaman dan jaringan, ia nekat berangkat dari Surabaya ke Kantor PBNU di Jakarta untuk bertemu langsung dengan Gus Dur. Dan, benar saja, ketika sampai di kantor PB NU ternyata sudah sangat banyak orang yang ingin sowan dengan Gus Dur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun