Dalam Kamus Bahasa Indonesia, semesta diartikan sebagai seluruh, segenap, dan semuanya. Maka pendidikan semesta adalah suatu kontruksi yang melibatkan seluruh elemen masyarakat untuk berkolaborasi menciptakan pendidikan yang memanusiakan.
Catatan singkat ini merupakan penggambaran sederhana bagaimana gerakan yang dilakukan oleh beberapa komunitas berusaha untuk menguatkan dan meningkatkan kualitas anak bangsa. Jika komunitas maupun gerakan tersebut dapat dikuatkan juga disambungkan jejaringnya tentu akan lebih maksimal peranannya.Â
Sayangnya, nampaknya jejaring ini belum terbentuk dengan baik. Ibarat titik-titik kecil, mereka tersebar di banyak tempat. Namun belum terjalin rangkaian antara satu titik dengan titik lainya. Sehingga, pendidikan sebagai gerakan semesta, menurut saya belum terealisasi. Namun, semangat untuk membuat hal tersebut nyata sudah ada. Titik-titik tersebut perlu dijahit agar terangkai dengan cantik.
Pendidikan untuk Semua?
Bahwa pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, artinya, semua pihak bahu membahu untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas yang dinikmati semua kalangan masyarakat.Â
Pendidikan, Bukan juga hanya tanggung jawab sekolah. Tidak pula hanya membebankan kepada para guru. Maka pendidikan sesungguhnya merupakan upaya keras dari semua pihak untuk secara aktif bergotong royong, bersepakat untuk menuju satu tujuan dan menyelesaikannya secara bersama-sama.
Alinea ke empat undang-undang dasar 1945 secara tegas menjelaskan bahwa salah satu tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Juga dalam UUD 1945 Pasal 31 dijelaskan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
Di sini jelas bahwa negara wajib memberikan pencerdasan kepada anak bangsa melalui pendidikan. Namun, negara tak bisa sendirian bekerja. Negara butuh bantuan dari rakyatnya. Seluruh komunitas perlu bekerja bersama.
Hadirnya gerakan dari beragam elemen yang peduli tentang pendidikan di Indonesia sangatlah penting. Gerakan-gerakan tersebut memberi torehan penting bagi penyebarluasan ilmu pengetahuan, juga kemanusiaan.
Contohlah misalnya Indonesia Mengajar. Gerakan yang diinisiasi oleh Mas Menteri Anies Baswedan, sebelum ia menjadi menteri. Ia terinspirasi oleh gurunya, Prof Dr Koesnadi Hardjasoemantri  atau biasa disebut Pak Koes.
Pak Koes menginisiasi sebuah program bernama Pengerahan Tenaga Mahasiswa (PTM). PTM merupakan program untuk mengisi kekurangan guru SMA di daerah, khususnya di luar Jawa (dapat dilihat pada website resmi Indonesia Mengajar yaitu indonesiamengajar.org).
Cita-cita Indonesia Mengajar adalah terlibatnya seluruh lapisan masyarakat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai janji kemerdekaan.
Beberapa kampus digerakan semangat yang sama menginisiasi program-program serupa. Kita mengenal Gerakan UI Mengajar yang diisi oleh mahasiswa-mahasiswa yang punya semangat berbagi. Seperti yang dipaparkan dalam websitenya (http://www.uimengajar.com). Mahasiswa yang tergabung merasa memiliki kewajiban untuk mendidik. Pendidikan masih menjadi komoditasi ekslusif, maka mereka berkewajiban untuk berkontribusi untuk bangsa.
Literasi untuk Bangsa
Di sisi lain penguatan literasi menguat di beragam daerah. Seperti yang diberitakan kompas (18/4) yang menjelaskan berkembangnya gerakan literasi berbasis masyarakat. Mulai dari Rumah Literasi Banyuwangi, Yayasan Nusa Membaca, Rumah Dunia, dan tentu masih banyak gerakan yang berbasis masyarakat.
Mereka menggerakan masyarakat agar mencintai buku. Mereka bekerja jauh dari pantauan kamera media. Jauh dari hiruk pikuk. Mereka melakukan beragam kegiatan, yang seringkali tanpa sponsor.
Tak banyak yang tertarik memberitakan gerakan ini. Lebih menjual menayangkan gosip dan sinetron dibanding komunitas-komunitas yang menggerakan semangat literasi. Semua semata karena kecintaan mereka terhadap ilmu pengetahuan. Bahwa pengetahuan bukanlah monopoli sebagian kelompok, tapi untuk semua masyarakat. Akses terhadap buku berkualitas harus diberikan kepada seluruh masyarakat.
Tentu saja yang sudah disampaikan dalam catatan ini belum menggambarkan secara komperhesif tentang semangat kuat masyarakat untuk meningkatkan kualitas masyarakat.
Pemerintah dalam konteks literasi, seperti yang dirilis oleh Biro Komunikasi dan Layatan Masyarakat Kemdikbud, meluncurkan Gerakan Literasi Sekolah pada tahun 2015. Untuk itu Kemendikbud tahun  2016 merintis 31 Kampung Literasi pada lokasi Gerakan Indonesia Membaca (GIM) yang dibina oleh Direktorat Jenderal PAUD dan Pendidikan Masyarakat.
GIM tentu perlu didukung. Komunitas yang ada di masyarakat harus mengawal agar program ini gugur di tengah jalan. Perlu kolaborasi pemerintah dengan komunitas masyarakat untuk memastikan program ini konsisten dilakukan. Bukan perkara mudah merawat konsistensi. Pengawalan ekstra ketat perlu dilakukan. Jangan sampai program ini sia-sia.
Tetapi, hal yang patut disyukuri adalah semakin banyaknya komunitas yang memiliki kesadaran bahwa melalui pendidikan bangsa ini akan menjadi lebih kuat. Bahwa pendidikan merupakan fundamen penting.
Pendidikan bukan sesuatu yang ekslusif. Pendidikan harus dinikmati semua kalangan. Semangat beragam komunitas tersebut tentu didasarkan pada keyakinan bahwa kita pun mampu berkontribusi, sekecil apa pun bagi kemajuan bangsa ini. Keyakinan inilah, menurut saya, yang membuat mereka terus konsisten dalam berjuang. Walaupun banyak pihak yang meragukan, walaupun di tengah perjalanan mereka harus megap-megap karena kekurangan biaya, untuk operasional kegiatan. Mereka tak patah arang.
Semangat dari gerakan dan komunitas seperti inilah yang harus dirawat. Pemerintah memang sudah mulai aktif bekerja sama dengan beragam komunitas yang berusaha memajukan pendidikan. Kolaborasi yang sudah ada tentu harus terus dilanjutkan.
Tentu saja harapannya tak ada lagi anak bangsa yang tak mendapatkan manisnya pendidikan. Semua punya hak juga kesempatan yang sama. Yakinlah, sedikit apapun peran kita akan berkontribusi bagi anak bangsa. Harapan agar pendidikan sebagai gerakan semesta perlu diupayakan terus menerus, diperjuangkan tanpa kenal lelah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H