Cita-cita Indonesia Mengajar adalah terlibatnya seluruh lapisan masyarakat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai janji kemerdekaan.
Beberapa kampus digerakan semangat yang sama menginisiasi program-program serupa. Kita mengenal Gerakan UI Mengajar yang diisi oleh mahasiswa-mahasiswa yang punya semangat berbagi. Seperti yang dipaparkan dalam websitenya (http://www.uimengajar.com). Mahasiswa yang tergabung merasa memiliki kewajiban untuk mendidik. Pendidikan masih menjadi komoditasi ekslusif, maka mereka berkewajiban untuk berkontribusi untuk bangsa.
Literasi untuk Bangsa
Di sisi lain penguatan literasi menguat di beragam daerah. Seperti yang diberitakan kompas (18/4) yang menjelaskan berkembangnya gerakan literasi berbasis masyarakat. Mulai dari Rumah Literasi Banyuwangi, Yayasan Nusa Membaca, Rumah Dunia, dan tentu masih banyak gerakan yang berbasis masyarakat.
Mereka menggerakan masyarakat agar mencintai buku. Mereka bekerja jauh dari pantauan kamera media. Jauh dari hiruk pikuk. Mereka melakukan beragam kegiatan, yang seringkali tanpa sponsor.
Tak banyak yang tertarik memberitakan gerakan ini. Lebih menjual menayangkan gosip dan sinetron dibanding komunitas-komunitas yang menggerakan semangat literasi. Semua semata karena kecintaan mereka terhadap ilmu pengetahuan. Bahwa pengetahuan bukanlah monopoli sebagian kelompok, tapi untuk semua masyarakat. Akses terhadap buku berkualitas harus diberikan kepada seluruh masyarakat.
Tentu saja yang sudah disampaikan dalam catatan ini belum menggambarkan secara komperhesif tentang semangat kuat masyarakat untuk meningkatkan kualitas masyarakat.
Pemerintah dalam konteks literasi, seperti yang dirilis oleh Biro Komunikasi dan Layatan Masyarakat Kemdikbud, meluncurkan Gerakan Literasi Sekolah pada tahun 2015. Untuk itu Kemendikbud tahun  2016 merintis 31 Kampung Literasi pada lokasi Gerakan Indonesia Membaca (GIM) yang dibina oleh Direktorat Jenderal PAUD dan Pendidikan Masyarakat.
GIM tentu perlu didukung. Komunitas yang ada di masyarakat harus mengawal agar program ini gugur di tengah jalan. Perlu kolaborasi pemerintah dengan komunitas masyarakat untuk memastikan program ini konsisten dilakukan. Bukan perkara mudah merawat konsistensi. Pengawalan ekstra ketat perlu dilakukan. Jangan sampai program ini sia-sia.
Tetapi, hal yang patut disyukuri adalah semakin banyaknya komunitas yang memiliki kesadaran bahwa melalui pendidikan bangsa ini akan menjadi lebih kuat. Bahwa pendidikan merupakan fundamen penting.
Pendidikan bukan sesuatu yang ekslusif. Pendidikan harus dinikmati semua kalangan. Semangat beragam komunitas tersebut tentu didasarkan pada keyakinan bahwa kita pun mampu berkontribusi, sekecil apa pun bagi kemajuan bangsa ini. Keyakinan inilah, menurut saya, yang membuat mereka terus konsisten dalam berjuang. Walaupun banyak pihak yang meragukan, walaupun di tengah perjalanan mereka harus megap-megap karena kekurangan biaya, untuk operasional kegiatan. Mereka tak patah arang.