Mohon tunggu...
Anggi Luki
Anggi Luki Mohon Tunggu... Editor - Karyawan

Orang yang suka dengan ketenangan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Seperti Dedaunan Yang Terbawa Angin

24 September 2023   15:29 Diperbarui: 24 September 2023   15:49 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Arrhhhhh....... " Laluna membanting pintu kamarnya dan kemudian merebahkan badannya diatas kasur.

Ia menangis sejadi-jadinya.

" Tuhan, kenapa kau tak ajak saja aku pergi?" Teriaknya sembari memandang langit-langit kamarnya.

" Aku lelah Tuhan, aku lelah." Air matanya terus mengucur tanpa henti, lambat waktu matanya kian meredup karena kelelahan menuangkan segala keluh kesahnya dengan air mata yang sangat deras.

Ya, malam itu Laluna merasa dirinya begitu capek dan lelah dengan keadaan, ia merasa semua tak ada yang berpihak kepadanya. Bahkan untuk bercerita saja ia tak tahu harus kemana. Ia merasa bahwa hidup seolah tak adil, ia merasa bahwa dirinyalah yang paling menderita, Ia merasa kenapa ia tak bisa mendapatkan apa yang orang lain punya, seperti keluarga yang indah dan harmonis, orang tua yang lengkap bahkan ia selalu merasa tak punya rumah untuk dia pulang dan ia percaya. Ia selalu merasakan perdebatan dalam hatinya dengan pertanyaan kenapa. Sesekali ia pernah hampir berusaha menyelesaikan hidupnya dengan mencoba menabrak diri dan berharap ia tak bangun lagi untuk selama-lamanya, namun sayangnya takdir belum menginginkan dia untuk pergi.

Pagi telah tiba dan menyapanya, alarm membangunkannya dalam tidur lelapnya. Ia terbangun dengan mata bekas menangis semalam. Ia bergegas membereskan kamarnya dan bersiap untuk bekerja. Tiba-tiba notif HP-nya berbunyi terpampang jelas dari jendela layarnya. " Kamu ada uang 1 juta, tante pinjem dulu. Sama sekalian beliin MCD untuk Morgan keponakanmu." Pesan seperti itu terkadang membuat Laluna kesal dan terauma. Alih-alih menanyakan kabar tapi malah bertanya seperti itu.

" Huft.... " Laluna menghela nafas, kemudian mentransfer uang sejumlah yang diminta oleh tantenya tersebut tanpa membalas pesannya.

Dibawah terik matahari ia berjalan menuju tempat kerjanya yang tak jauh di kosnya, Laluna mencoba berdamai dengan apa yang sedang ia hadapi sekarang, ia berjalan sambil menikmati musik-musik clasik di Headphonenya.

Ceklek....

Bunyi pintu itu berasal dari depan tempat kerjanya. Laluna memasuki ruang kerja dengan wajah ceria meski sesak ada yang menahan.

Tulisan On-Air sudah terekam jelas di depan ruang kerja Laluna, inilah saatnya Laluna menyapa penggemar di luar sana dengan mempersembahkan suara riangnya di Radio. Ya, Laluna adalah penyiar, pekerjaannya ini harus memaksanya untuk selalu mempersembahkan suara riangnya ke telinga pendengar.

Sesi ini adalah sesi menyedihkan menurut Laluna, kenapa? Karena dalam acaranya dia ditugaskan untuk ada sesi curhat, hingga banyak penggemar di luar sana yang mengirimkan curhatan-curhatan yang harus ia dengar, walau sesungguhnya ia juga ingin di dengar. Pekerjaan yang melelahkan untuk mentalnya namun bagaimanapun juga ia harus tetap profesional, walau terdapat bagian yang ia gak suka.

" Halo? Dengan siapa dan dimana? Passwordnya?" Laluna menyapa penelpon yang ingin menceritakan keluh kesahnya.

" Halo kak, ini dengan Aku, Raya yang lagi di kamar aja. Passwordnya utarakan isi hatimu biar lega."

" Oke Raya, apa kabar nih? "

" Alhamdulillah baik kak Lun, tapi tidak dengan hatiku." Pencurhat sudah mulai mengutarakan maksudnya.

" Waduh kenapa tuh?" Laluna sedikit mengeluarkan nada berat.

" Jadi gini kak, aku pusing lihat orang di rumah tuh, hobbynya ribut mulu. Gak capek apa ya? Aku yang lihatnya aja capek."

" Terus, apa yang bakalan kamu lakuin nih?"

" Aku gak mau ngapa-ngapain kak, aku cuma mau cerita aja. Biar lega."

" Oke, sekarang setelah cerita, gimana perasaanmu?" Laluna menanggapi pencurhatnya dengan serius.

" Lega aja kak, aku gak mau minta solusi sama kak Luna, aku cuma mau cerita doang dan dengerin kak Luna aja aku udah seneng kok kak."

" Alhamdulillah kalau gitu, tapi kira-kira ada saran dan tips gak buat yang dengerin suara kamu ini, jika mungkin nih pendengar lain di luar sana punya masalah yang sama kayak kamu." Laluna mencoba mengajak pendengar untuk memberi saran.

" Jadi, untuk kalian yang berada di luar sana, aku tahu kita semua yang hidup dan bernyawa pasti mempunyai masalah mulai yang ringan sampai yang berat. Tapi percayalah, Tuhan gak akan kasih kita cobaan atau masalah di luar kemampuan kita, kalau kalian merasa dunia ini tak adil ingat, daun yang tertepa angin lalu terbang pun tidak pernah memusuhi angin, ia menikmati setiap takdir kemana angin akan membawanya, dan jangan lupa untuk selalu berserah pada yang menciptakan. Have nice day to listener."

Laluna sejenak terdiam dan mencerna setiap kata-kata yang penuh makna dari pencurhatnya itu. Ia mulai menyadari bahwa ia akan mencoba menerima setiap keadaan yang harus dilalui dengan penuh percaya kepada Tuhan bahwa semuanya akan baik-baik saja, seperti daun yang percaya kepada angin yang membawanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun