Mohon tunggu...
angger woro
angger woro Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Denver Broncos Juara, Leicester City Berikutnya

9 Februari 2016   10:32 Diperbarui: 9 Februari 2016   14:08 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Kemenangan Denver Broncos pada ajang Super Bowl ke-50 memang bukan kabar yang ditunggu-tunggu bagi masyarakat Indonesia, apalagi buat pengemar sepakbola. Pecinta sepakbola tentu lebih suka mendengar kabar tentang Leicester City, yang beberapa pekan ini menjadi fokus pembahasan di berbagai media karena prestasinya. Tapi, ada satu kemiripan yang menarik untuk dibahas dari kedua tim ini. Meski berbeda cabor tapi keduanya memiliki kesamaan dalam filosopi permainan.

Lebih dari 160 juta pasang mata menjadi saksi ketangguhan Peyton Manning, quarterback utama Broncos yang berperan besar dalam kemenangan di Stadion Levi's, Santa Clara, California, Minggu (7/2). Tim perwakilan dari American Football Conference (AFC) ini, berhasil mengalahkan Carolina Panthers dengan skor 24-10. Tangguh saat bertahan dinilai sebagai faktor penentu tim asal Corolado, meraih gelar juara Super Bowl untuk ketiga kalinya.

"Aku senang aku ada dalam tim bertahan dan aku bahagia tidak harus lawan mereka, tak perlu dipertanyakan, pertahanan kita memimpin jalan," kata Peyton Manning. Pernyataan Manning itu sekaligus menjelaskan pada kita, bahwa pertahanan merupakan hal yang penting dalam sebuah permainan. Hampir semua permainan olahraga melibatkan pertahanan untuk mendapatkan sebuah kemenangan. Begitu juga dalam permainan sepakbola.

Tim yang mampu bertahan dengan baik setidaknya bisa terhindar dari sebuah kekalahan. Namun, di era sepakbola modern selalu identik dengan permainan menyerang dan penguasaan bola. Tim yang tak mampu menampilkan permainan menyerang akan dianggap membosankan. Hal ini memang tak salah, tapi kita juga tak bisa serta merta menyalahkan tim yang gemar bertahan.

Jika melihat kebutuhan industri sepakbola saat ini, dimana prestasi selalu menjadi tolak ukur utama kesuksesan sebuah tim. Tentu wajar, jika segala upaya akan dilakukan untuk dapat meraih kemenangan. Termasuk jika harus bermain bertahan sekalipun. Hal ini terbukti dari beberapa tim yang berhasil menyabet gelar juara dengan skema bertahan. Meski dinilai telah membunuh permainan sepakbola indah, Inter Milan berhasil mengalahkan Barcelona pada semifinal leg kedua Liga Champions 2010 dan Chelsea berhasil menumbangkan Bayern Munich, pada tahun 2012 mereka berhasil meraih gelar Liga Champions untuk pertama kalinya.

Kedua pertandingan tersebut memang yang paling membekas di ingatan kita. Sama-sama tangguh saat bertahan keduanya berhasil mencapai kesuksesan pada saat itu. Hal serupa namun berbeda dilakukan anak asuh John Fox untuk mencapai kemenangan. Data statistik bertahan Broncos menunjukan total point 296, dengan poin per game mencapai 18.5, saat berlari dengan bola (rushing) skor Broncos mencapai 1337 dengan rata-rata 83.6 per match.

 

Dengan torehan 4530 net total yards membuat Broncos memuncaki cacatan statistik total aksi bertahan mengungguli Seattle Seahawks dengan 4668 YDS di tempat kedua dan Houston Texans 4963 YDS di tempat ketiga. Perhitungan net yards dilakukan untuk melihat jarak tempuh pemain saat berlari, dihitung dari kick off dan hitungan berhenti ketika bola berubah penguasaan atau pemain dijatuhkan. Semakin pendek jarak tempuh yang di peroleh tim bertahan dalam merebut bola tentu semakin baik. Dengan kata lain, semakin pendek jarak tempuh yang di torehkan tim menyerang tentu tak baik karena akan jauh dari touchdown atau field goal.

Catatan Broncos ini semakin tidak terbantahkan, ketika melihat total offense yang dilakukan. Tim yang bermarkas di Mile High ini memang benar-benar mengandalkan kemampuan bertahan mereka untuk meraih gelar juara. Dari tabel statistik total offense, Denver Broncos hanya berhasil menduduki peringkat ke-16 dari 32 tim yang berlaga di NFL 2015. Orange Crush (Broncos) berhasil mendapatkan 5688 YDS, sangat jauh jika dibandingkan dengan Arizona Cardinals yang berada di posisi puncak dengan torehan 6533 YDS.

Beberapa catatan Broncos di atas, mereka peroleh dalam satu musim gelaran NFL 2015, tentu hal ini bisa dijadikan gambaran bagaimana cara bermain Denver Broncos, hingga bisa tampil di partai puncak Super Bowl. Kekuatan serta energi, benar-benar mereka kerahkan untuk pertahanan.

Seperti Denver Broncos tim sepakbola asal Inggris Leicester City juga memiliki cara bermain yang sama, dengan fokus permainan pada pertahanan kemudian melakukan serangan balik cepat dengan mengandalkan kecepatan Jamie Vardy ataupun Riyad Mahrez. Serangan balik adalah skema yang dirancang pelatih dengan menunggu lawan melakukan kesalahan, dan kunci sukses skema serangan balik ialah dengan pertahanan yang solid. Hal ini terbukti sukses diperagakan anak asuh Ranieri. Nama seperti Danny Simpson, Wes Morgan, Robert Huth, dan Christian Fuchs selalu menjadi andalan di lini belakang. Hingga pekan ke-25, torehan 544 intercept, 115 blocked shots,dan 799 Cleanrances, membuat Leicester menjadi yang terbaik di Inggris ketika bertahan.

Claudio Ranieri merupakan pelatih cerdas yang benar-benar tahu apa yang dibutuhkan Leicester City. Pelatih asal Italy ini paham betul peta kekuatan timnya, mengawali musim dengan tak diunggulkan membuat ia merasa inferior dan skema serangan balik memang cocok dengan The Foxes. Keteguhan ia pada filosopinya mampu membawa Leicester berada di puncak klasmen sementara Liga Inggris. Sekaligus semakin menjelaskan kepada kita, bahwa tim inferior dengan fokus permainan pada pertahanan, juga bisa bersaing di Liga Inggris. Meski tak selalu unggul dalam penguasaan bola dan berada di posisi 19 dalam perkara passing dan ball possession. Tapi The Foxes berhasil menyamai pencapaian Manchester City sebagai tim paling produktif dengan 47 gol.

Leicester City ialah wujud dari Denver Broncos di dunia sepakbola, bukan hal yang mustahil bagi The Foxes untuk meraih trofi Liga Primer musim ini, jika mereka mampu mempertahankan permainan ciamik mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun