Kemenangan Denver Broncos pada ajang Super Bowl ke-50 memang bukan kabar yang ditunggu-tunggu bagi masyarakat Indonesia, apalagi buat pengemar sepakbola. Pecinta sepakbola tentu lebih suka mendengar kabar tentang Leicester City, yang beberapa pekan ini menjadi fokus pembahasan di berbagai media karena prestasinya. Tapi, ada satu kemiripan yang menarik untuk dibahas dari kedua tim ini. Meski berbeda cabor tapi keduanya memiliki kesamaan dalam filosopi permainan.
Lebih dari 160 juta pasang mata menjadi saksi ketangguhan Peyton Manning, quarterback utama Broncos yang berperan besar dalam kemenangan di Stadion Levi's, Santa Clara, California, Minggu (7/2). Tim perwakilan dari American Football Conference (AFC) ini, berhasil mengalahkan Carolina Panthers dengan skor 24-10. Tangguh saat bertahan dinilai sebagai faktor penentu tim asal Corolado, meraih gelar juara Super Bowl untuk ketiga kalinya.
"Aku senang aku ada dalam tim bertahan dan aku bahagia tidak harus lawan mereka, tak perlu dipertanyakan, pertahanan kita memimpin jalan," kata Peyton Manning. Pernyataan Manning itu sekaligus menjelaskan pada kita, bahwa pertahanan merupakan hal yang penting dalam sebuah permainan. Hampir semua permainan olahraga melibatkan pertahanan untuk mendapatkan sebuah kemenangan. Begitu juga dalam permainan sepakbola.
Tim yang mampu bertahan dengan baik setidaknya bisa terhindar dari sebuah kekalahan. Namun, di era sepakbola modern selalu identik dengan permainan menyerang dan penguasaan bola. Tim yang tak mampu menampilkan permainan menyerang akan dianggap membosankan. Hal ini memang tak salah, tapi kita juga tak bisa serta merta menyalahkan tim yang gemar bertahan.
Jika melihat kebutuhan industri sepakbola saat ini, dimana prestasi selalu menjadi tolak ukur utama kesuksesan sebuah tim. Tentu wajar, jika segala upaya akan dilakukan untuk dapat meraih kemenangan. Termasuk jika harus bermain bertahan sekalipun. Hal ini terbukti dari beberapa tim yang berhasil menyabet gelar juara dengan skema bertahan. Meski dinilai telah membunuh permainan sepakbola indah, Inter Milan berhasil mengalahkan Barcelona pada semifinal leg kedua Liga Champions 2010 dan Chelsea berhasil menumbangkan Bayern Munich, pada tahun 2012 mereka berhasil meraih gelar Liga Champions untuk pertama kalinya.
Kedua pertandingan tersebut memang yang paling membekas di ingatan kita. Sama-sama tangguh saat bertahan keduanya berhasil mencapai kesuksesan pada saat itu. Hal serupa namun berbeda dilakukan anak asuh John Fox untuk mencapai kemenangan. Data statistik bertahan Broncos menunjukan total point 296, dengan poin per game mencapai 18.5, saat berlari dengan bola (rushing) skor Broncos mencapai 1337 dengan rata-rata 83.6 per match.
Â
Catatan Broncos ini semakin tidak terbantahkan, ketika melihat total offense yang dilakukan. Tim yang bermarkas di Mile High ini memang benar-benar mengandalkan kemampuan bertahan mereka untuk meraih gelar juara. Dari tabel statistik total offense, Denver Broncos hanya berhasil menduduki peringkat ke-16 dari 32 tim yang berlaga di NFL 2015. Orange Crush (Broncos) berhasil mendapatkan 5688 YDS, sangat jauh jika dibandingkan dengan Arizona Cardinals yang berada di posisi puncak dengan torehan 6533 YDS.
Seperti Denver Broncos tim sepakbola asal Inggris Leicester City juga memiliki cara bermain yang sama, dengan fokus permainan pada pertahanan kemudian melakukan serangan balik cepat dengan mengandalkan kecepatan Jamie Vardy ataupun Riyad Mahrez. Serangan balik adalah skema yang dirancang pelatih dengan menunggu lawan melakukan kesalahan, dan kunci sukses skema serangan balik ialah dengan pertahanan yang solid. Hal ini terbukti sukses diperagakan anak asuh Ranieri. Nama seperti Danny Simpson, Wes Morgan, Robert Huth, dan Christian Fuchs selalu menjadi andalan di lini belakang. Hingga pekan ke-25, torehan 544 intercept, 115 blocked shots,dan 799 Cleanrances, membuat Leicester menjadi yang terbaik di Inggris ketika bertahan.
Leicester City ialah wujud dari Denver Broncos di dunia sepakbola, bukan hal yang mustahil bagi The Foxes untuk meraih trofi Liga Primer musim ini, jika mereka mampu mempertahankan permainan ciamik mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H