Mohon tunggu...
anggauin
anggauin Mohon Tunggu... Dosen - Angga Teguh Prastyo adalah dosen pada UIN Maulana Malik Ibrahim Malang konsentrasi studi pada penelitian skripsi mahasiswa serta pengembangan Manajemen Pendidikan Islam. Akun Youtube: anggauin

Angga Teguh Prastyo adalah dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Sehari-hari mengajar pada program studi Manajemen Pendidikan Islam. Peminatan tulisan pada bidang Manajemen Pendidikan Islam serta isu-isu terkait dengan pendidikan agama Islam. Sehari-hari membuat konten mengenai penelitian dan skripsi mahasiswa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tips Persiapan Menulis Jurnal Scopus dari Prof. Irwan Abdullah

6 Juni 2023   08:45 Diperbarui: 6 Juni 2023   08:50 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

IA Scholar kembali menyapa sahabat, kerabat dan keluarga besar IA Scholar di seluruh Indonesia hingga mancanegara. Sapaan IA Scholar diwujudkan dengan menyelenggarakan kegiatan Academic Writing Workshop 2023: Breaking Barriers in Writing & Publishing Journal Articles dengan topik Before You Start Writing. Kegiatan dilangsungkan pada 5 Juni 2023 melalui aplikasi daring zoom meeting. Hadir dua narasumber utama Prof. Dr. Irwan Abdullah (Founder of IA Scholar) dan Dr. Hasse Jubba, MA (Director of IA Scholar).

Adapun poin-poin utama yang disampaikan Prof. Dr. Irwan Abdullah adalah sebagai berikut:

Prof. Irwan Abdullah berpesan dengan memiliki kemampuan menulis akan memampukan diri kita agar terus terlibat dalam memproduksi ilmu pengetahuan. Kemampuan menulis akan menciptakan keterampilan pengetahuan sebagai dasar dalam menciptakan produktivitas kita dalam menghasilkan artikel jurnal. kuncinya terletak pada kesabaran untuk belajar kesabaran yang tidak mengenal batas usia, keahlian maupun pengalaman.

Bapak Hasse Jubba (Direktur IASF) telah memproduksi 40 artikel Scopus. Prof. Irwan Abdullah menuturkan berdasarkan pengalaman beliau, maka menulis sesungguhnya adalah hal yang mudah. Kenapa dianggap hal yang mudah? karena memiliki persiapan menulis yang cukup. Persiapan menulis merupakan hal yang sangat penting karena akan memudahkan diri kita dalam memulai menulis jurnal. Kata-kata yang disukai Prof. Irwan Abdullah ketika mendapatkan email dari pengelola jurnal Scopus: “Could be suitable for publication”.

Kendala utama para pengelola jurnal yang seringkali dihadapi adalah banyak artikel yang masuk ke jurnal tersebut, tetapi sayangnya tidak memenuhi syarat sehingga mereka sulit mendapatkan artikel yang ready to publish. Tulisannya bagus tapi topiknya sudah basi. Para pengelola jurnal umumnya tidak mempunyai alasan yang cukup untuk menerbitkan artikel yang bagus tapi topiknya basi.

Ada cerita menarik seorang pengelola jurnal memperjuangkan satu artikel selama satu tahun. Artikel tersebut sebenarnya tidak ditulis dengan baik akan tetapi topiknya sangat menarik. Dia berjuang untuk menerbitkan artikel tersebut supaya tulisannya matang.

Seorang penulis jurnal harus sangat aware dengan jurnal yang dibidik. Oleh karena itu, sebaiknya dalam menulis harus bisa merumuskan satu pesan saja yang penting. Ingat kaidah : “The best journal article is the article consist of one single idea“. Pastikan kecukupan data dalam menulis satu pesan tersebut. Topik dari tulisan jurnal harus disesuaikan dengan keilmuan kita dan yang paling penting juga harus sesuai dengan selera  pengelola jurnal yang dituju.

Memulai menulis dengan RUMUS CCTES (CONTROVERSY, CHANGE/TRANSFORMATION, TREND, EMERGENCY, SOLUTIONS). Sebagai contoh apabila kita menulis sebuah kitab tua di pondok pesantren. Isi Kitab tersebut cukup menarik namun tidak sesuai dengan selera jurnal, maka pastinya tulisan tersebut akan sulit untuk dipublikasikan. Aspek yang ditulis dalam contoh tersebut mengenai kitab tua di pondok pesantren adalah misalnya apakah isi tulisan dalam kitab tua tersebut mengandung kontroversi atau melibatkan perdebatan?. Apakah isi dari kitab tersebut membicarakan tentang perubahan-perubahan penting yang harus dihadapi oleh masyarakat. Itu artinya kita menulis isi dari kitab tua di pondok pesantren yang memuat sebuah topik tulisan atau diskusi perdebatan yang tidak pernah selesai.

Contoh yang lain tentang perdebatan LGBT. apakah LGBT tersebut bagian dari konstruksi sosial ataukah konstruksi biologis?. Akan menjadi topik yang menarik apabila LGBT ini sebagai konstruksi sosial. Ada kekhawatiran apakah LQBT dalam konstruksi sosial bisa menular dalam perspektif sosial atau sosiologis? Oleh karena itu untuk menyikapi fenomena ini dibutuhkanlah tulisan jurnal yang berisi kebijakan mendesak yang dapat menyelesaikan masalah LGBT tersebut.

Untuk memulai menulis, dibutuhkan cara agar bisa mengkomposisikan tulisan. Oleh karena itu, sebagai penulis jurnal harus memiliki pengalaman awal tentang topik yang akan ditulis. Banyak cara bisa dilakukan antara lain dengan turun lapangan secara empiris atau dengan cara membaca berbagai jurnal review yang terkait dengan topik yang ditulis. Membaca buku-buku dengan topik yang terkait. Apa pentingnya? Sebab hal itu menjadi landasan literatur kita dalam menulis jurnal. Ini merupakan persiapan yang baik dalam menulis. Berbekal adanya pengalaman awal tersebut, penulis jurnal memiliki dasar yang kuat untuk menulis jurnal dengan yang baik. Persiapan awal menulis yang baik akan memiliki dasar kuat untuk melanjutkan artikel yang ditulis. Sehingga dari hal tersebut bisa menentukan arah penelitian atau arah jurnal yang ditulis.

Seringkali penulis jurnal terjebak tidak bisa membedakan antara masalah penelitian dengan pertanyaan penelitian. Masalah penelitian merupakan induk dari masalah yang ingin ditulis dalam jurnal. Misalnya masalah penelitian yang diangkat adalah mengapa ada konflik. Mengapa ada konflik di suatu komunitas tersebut merupakan induk masalah yang bisa diturunkan menjadi pertanyaan penelitian yang meliputi pertama, konfliknya kayak apa? Kedua bagaimana konflik tersebut berlangsung dan ketiga analisis keterlibatan orang tersebut dalam konflik yang terjadi.   

Ada kesan bahwa penggunaan buku referensi dianggap hal yang tidak memberikan kontribusi akademik dalam penguatan literatur review? Sebenarnya terkait dengan penggunaan buku referensi berpulang pada akuntabilitas referensi yang digunakan oleh penulis jurnal. Ada beberapa jurnal yang memang mensyaratkan semua referensi yang dikutip harus bisa ditemukan secara online. Terkadang buku referensi jarang dapat ditemukan secara online.

Masalah yang lain yang sering dilupakan adalah menulis metode penelitian yang kurang jelas. Padahal metode penelitian sangat strategis. Apabila metode penelitian ditulis kurang jelas mengakibatkan artikelnya kurang meyakinkan. Ketika dianggap kurang meyakinkan maka artikelnya akan ditolak. Metode penelitian ini sangat penting karena menentukan instrumen yang digunakan. Metode penelitian juga akan menjelaskan bahwa tulisan jurnalnya tergolong studi kasus ataukah pembicaraan umum. Sebagai contoh, apabila meneliti tentang pesantren, apakah pesantren tersebut dilihat dari sudut pandang sebagai komunitas ataukah institusi. Melihat pesantren bisa pula dilihat dari kelompok para guru/kyai atau ataukah santri. Pesantren juga bisa dilihat dari aktivitas kegiatannya dari pengajian maupun kegiatan toleransinya. Selain itu juga bisa diteliti dari media dalam artian bagaimana pesantren mengkomunikasikan dirinya dengan media sosial hari ini.Oleh karena itu para penulis jurnal harus bisa mempertimbangkan metodologis tulisannya secara seksama hal ini untuk memudahkan menulis. Sumber referensi merupakan sumber data selain itu sumber referensi juga bisa membantu dalam memformulasikan judul artikel

 Dengan semakin giat menulis jurnal, baik di Sinta maupun di Scopus ternyata reputasi orang Indonesia di luar negeri semakin meningkat. Sudah banyak jurnal di Sinta yang sudah dikutip oleh orang dari luar negeri dan memiliki dampak yang cukup berpengaruh. Oleh karena itu, menulis sesungguhnya tidak pernah rugi. Banyak perubahan-perubahan penting dalam kehidupan kita dimulai dengan kegiatan menulis.

Memulai menulis tidak harus memiliki data tapi yang terpenting bisa mencari atau mengakses data yang cukup. Apabila data yang  dimiliki dirasa kurang cukup, maka pasti penelitiannya menjadi kurang kuat. Data bukan cerita tapi fakta. Kelemahan kita adalah dalam memvisualisasikan data sehingga datanya kurang meyakinkan. Untuk membuat data semakin meyakinkan di mata reviewer jurnal, maka disajikan dengan matriks aau grafik meskipun datanya dalam bentuk kutipan maupun wawancara. Data bisa aja diperoleh dari bantuan orang lain atau dalam bentuk data sekunder yang diolah seperti data dari BPS (Badan Pusat Statistik). Data ini sangat strategis dalam penulisan jurnal karena menjadi alat ukur atau alat bukti. Data pun bisa dikumpulkan sambil menulis. Yang terpenting pastikan data tersebut cukup.

Membuat kerangka penulisan dalam jurnal dianggap sangat penting sekali. Dengan membuat kerangka artikel akan menjamin keutuhan, koherensi serta memberikan batasan kepada penulis agar tidak menulis kemana-mana. Seringkali tulisan ditolak di jurnal karena tidak sesuai dengan scope dari jurnal tersebut. Seharusnya para penulis jurnal memiliki kepekaan bahwa setiap jurnal memiliki idealisme masing-masing. Alasan yang paling sering dikeluarkan pengelola jurnal untuk menolak tulisan seseorang adalah mereka menganggap tulisan tersebut tidak sesuai dengan scope jurnal mereka. Setiap penulis jurnal harus mengetahui afiliasi jurnal yang menjadi target tulisannya.

Satu hal yang tidak boleh dilakukan adalah memperlakukan email yang dimiliki, layaknya seperti celengan. Maksudnya, email tersebut baru dibuka ketika sudah banyak. Seharusnya apabila sudah mensubmit jurnal harus rajin mengecek email setiap hari. Dipantau terus. Ada teman yang mengirim jurnal tapi tidak pernah mengecek emailnya. Suatu ketika jurnal tersebut meminta revisi dari tulisan yang dikirim dengan batas waktu yang telah ditentukan tetapi karena tidak pernah mengecek email penulisnya, maka dari sistem jurnal tersebut menganggap bahwa tulisan tersebut tidak pernah direvisi dan akhirnya tidak jadi diterbitkan.

Salah satu kelemahan orang Indonesia dalam menulis adalah tidak memiliki akumulasi pengetahuan yang cukup. Oleh karena itu tidak memiliki peta pengetahuan sehingga kekurangan itu dalam menulis. Oleh karena itu para penulis jurnal harus bisa mempertimbangkan metodologis tulisannya secara seksama hal ini untuk memudahkan menulis. Sumber referensi merupakan sumber data selain itu sumber referensi juga bisa membantu dalam memformulasikan judul artikel.

Apakah cukup efektif untuk memulai menulis artikel dengan mengikuti konferensi internasional? Keberadaan konferensi internasional yang terindeks Scopus bertujuan untuk membiasakan para penulis atau para peneliti memiliki pergaulan akademik secara internasional hal ini diselenggarakan juga untuk menstimulasi agar para penulis jurnal bisa bertukar gagasan dan mendapatkan ide menulis yang jauh lebih produktif.

Sebenarnya jalan pintas untuk bisa menulis jurnal terindeks Scopus yang paling terpenting adalah investasi menulis. Ini membutuhkan satu kesadaran baru atau paling tidak cepat sadar sesegera mungkin untuk menulis. Profesor Irwan Abdullah mengisahkan bahwa beliau sudah memulai menulis jurnal pada saat S1 ketika semester 3. Mulai menembus jurnal pada semester 5. Pada tahun 1989 Profesor Irwan Abdullah mampu mempublikasikan artikel di jurnal masyarakat Indonesia. Di tahun 1989, jurnal masyarakat Indonesia merupakan salah satu jurnal yang paling bergengsi dan bereputasi. Di tahun 1995 Profesor Irwan Abdullah menerbitkan tulisan di jurnal Prisma. Jurnal ini tidak sembarangan karena yang mengisi tulisan di jurnal Prisma merupakan orang-orang hebat. Salah satu mengapa tulisan jurnal kita lemah adalah tulisan lebih banyak berisi khutbah, bukan data. Kelemahan dari dosen-dosen sosial adalah sangat kurang bisa dalam memvisualisasi data. Dosen-dosen yang berkecimpung di dunia sains lebih mampu memvisualisasi data sehingga terlihat lebih akademik. Tampilan data dibuat dengan tabel. Meskipun dengan tabel tapi tidak harus dibuat dengan rumit. Oleh karena itu, menulis jurnal diniatkan dengan menulis artikel yang diterbitkan bukan menulis artikel yang jadi.

Orang menulis jurnal artikel Scopus diibaratkan seperti pelari marathon. Dengan jarak yang sangat jauh, maka dibutuhkan ketekunan, kesabaran, keikhlasan dan semangat juang yang tinggi. Menulis dengan prinsip seperti pelari maraton tidak hanya mampu menyelesaikan jarak yang ditempuh, namun juga pasti menjadi pemenang lomba marathon tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun