Mohon tunggu...
Anggarian Andisetya
Anggarian Andisetya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Responsible Freedom Writer

Penikmat Kajian tentang Legal, Governance, Compliance, dan Risk | Bermukim di Dunia Instagram @wismapustaka

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Budaya Anti Risiko

3 Juli 2020   10:29 Diperbarui: 3 Juli 2020   10:32 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hukum. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Contoh lainnya, sebagai penulis kita bermaksud menciptakan magnum opus yang dari sisi genre kita anggap akan menjadi suatu kebaruan dan dari sisi topik kita bayangkan sebagai topik yang mampu menembus ruang dan zaman. Risikonya? Karya kita gagal menjadi magnum opus atau bahkan dikritik negatif. Salah satu sumber risiko adalah kemampuan kita menjadi penulis yang rendah atau bisa dibilang masih amatir. Adapun yang menjadi masalah, misalnya, adalah sikap dan kepribadian kita sebagai penulis. Lebih konkret lagi, kemampuan kita menggunakan perangkat kerja, mungkin gagap teknologi.

'Menggusur' Budaya Anti Risiko

Pekerjaan besar kita berkaitan dengan risiko adalah bagaimana memastikan tata kehidupan kita melek terhadap risiko. Hal tersebut mensyaratkan kita tidak boleh antipati terhadap risiko. Dengan kata lain, setiap kita sudah sewajarnya mau membuka diri untuk hidup berdampingan dengan risiko.

Hidup bersama risiko tidak dimaksudkan bahwa kita harus 'berlumpur' risiko, melainkan dalam hal ini kita perlu mawas dan sadar untuk melakukan pengelolaan risiko. Atas hal ini, setiap kita harus menyadari dulu bahwa setiap tatanan kehidupan kita tidak lepas dari sasaran, impian, atau tujuan yang di dalamnya sudah melekat risiko. Kemudian kita masuk ke dalam tahap untuk mau dan mampu mengidentifikasi risiko lalu melakukan penilaian tingkat risiko untuk kemudian dipetakan bentuk perlakuan risiko yang relevan. Terakhir kita melakukan evaluasi atas efektivitas proses pengelolaan risiko kita.

Hidup di dalam risiko tidak berarti hidup di dalam masalah. Risiko memberikan insight bagi kita untuk meng-improve kapasitas kita sebagai personal maupun institusional. Masalah adalah sebaliknya. Sikap kita dalam memahami risiko dan masalah yang akan menentukan apakah kita dapat berhasil menghadapi kehidupan dengan berselancar lihai di atas risiko atau malah kita menjadi kuli yang dijajah masalah.

 

Live in simple life!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun