”aku sedang menunggu gadis pujaan hatiku” kembali Satria menjawab hal yang sama.
”apakah aku wanita pujaan hatimu itu?” tanya sang wanita.
Satria heran, tetapi dia tetap menjawab ”ah, bukan – bukan, pujaan hatiku, menggunakan jilbab dan mungkin dia tidak sepintar kamu”
Wanita tersebut tersenyum, lalu pergi berlalu meninggalkan Satria.
Kejadian yang sama terjadi sampai wanita kelima juga bertanya, ”sedang apa kamu disitu?”
Dan satria tetap memberikan jawaban yang sama pula.
Akhirnya sesosok wanita muncul disudut jalan, berdiri dibawah sinar lampu, wanita tersebut tidak muda lagi, garis – garis keriput memenuhi wajahnya, sebuah selendang berwarna hijau marun melilit kepalanya, menutup rambut dan telinganya. Tetapi meskipun begitu, aura kecantikan masa mudanya masih terlihat jelas, menandakan bahwa dirinya sempat menjadi kembang desa di daerah tempat tinggalnya.
Wanita itu melangkah pelan, cahaya rembulan seakan – akan mengikuti tiap langkahnya, dia berhenti disebelah Satria, dari dekat tampak jelas wajahnya mencerminkan kebijakan, kebijakan seorang wanita.
”Sedang apa kamu disitu?” tanya sang wanita sama.
”oh, gak ngapa-ngapain kok bu, cuman lagi menunggu wanita pujaan hatiku” jawab Satria.
”Sudah berapa lama kau menunggunya?”
”Aku tidak tahu sudah berapa lama, sudah berbulan-bulan aku menunggu”