[caption caption="Martabak Telur Cheese (sumber foto: koleksi pribadI)"]
[caption caption="Martabak Red Velvet (sumber foto: koleksi pribadi)"]
Kini Martabak Bro bisa ditemui juga di Jatibening (Bekasi), Sunter & Kelapa Gading (Jakarta Utara), Tendean (Jakarta Selatan), dan Kedoya (Jakarta Barat). Mas Ilham mengaku masih mengincar beberapa tempat lagi, terutama daerah Tebet (Jakarta Selatan). Kesemuanya itu dikelolanya sendiri, dalam artian belum di-franchise. Saya sebutkan belum, karena ia punya rencana ke depannya akan demikian. Mungkin tahun 2017.
Selain memiliki satu orang yang bertanggung jawab mengurusi dapur, Mas Ilham juga menunjuk satu orang yang secara khusus mengurusi persediaan dan distribusi bahan-bahan, dari adonan sampai kotak pembungkus martabak, ke cabang-cabang. Sisanya adalah anak-anak muda yang bekerja rangkap sebagai jurus masak, kasir, sekaligus melayani pembeli yang makan di tempat. Sebagian besar memang sebelumnya adalah penjual martabak gerobakan atau bekerja sebagai juru masak martabak di tempat lain, sehingga sudah luwes. Tetapi ada juga yang masih baru. Yang masih baru ini lebih banyak melihat dan mendengar ketika temannya memasak, lalu nanti ketika sudah jadi, dia yang akan mengemasnya ke kotak atau menghidangkannya ke meja pelanggan.
Ada sekitar 6 meja dengan total 30 bangku di Martabak Bro yang di Perumahan Taman Galaxy. Saat akhir pekan, semua bangku terisi bahkan antre, tapi di hari-hari biasa, terutama di jam kerja, lebih banyak abang GOJEK yang datang silih berganti mengambil pesanan. Di cabang lainnya, luas dan kapasitasnya tempatnya tidak sama. Bahkan ada yang berbagi tempat duduk dengan pelanggan makanan lainnya karena berada di sebuahfoodcourt.
Saya sempat berpikir, membangun banyak cabang dalam waktu singkat adalah langkah yang tergesa-gesa. Penjual martabak, baik yang gerobakan maupun yang berbentuk restoran, tidak bisa disebut jarang lagi. Sudah menjamur. Menurut hemat saya, kenapa tidak dibikin satu saja dulu, nanti setelah dikenal orang, baru bikin di tempat yang lain. Tapi begitu mendengarkan pemaparan Mas Ilham, yang paham betul proses bisnis seperti ini karena sebelumnya sudah malang melintang selama 10 tahun, saya malah jadi ingin meniru langkah bisnis yang ia lakukan.
Dalam mengelola Martabak Bro, Mas Ilham diuntungkan dengan bekal pengalaman kerjanya selama ini. Usut punya usut, awalnya Mas Ilham ingin membuka restoran ayam goreng. Menurutnya, pengalaman kerjanya terdahulu bisa berguna dan cocok untuk bisnis apapun, tetapi setelah melihat pasar dan teringat punya teman yang ahli di bidang martabak, akhirnya ia lebih memilih berbinis martabak.
Baru selesai menikmati dua potong Martabak Red Velvet yang juga merupakan salah satu menu andalan Martabak Bro, aku langsung tergoda mencoba Martabak Telur Cheese, namun untuk dibawa pulang saja. Untuk Vina. Martabak di Martabak Bro porsinya cukup besar, baru makan dua potong saja rasanya kenyang sekali.
Sambil menunggu pesanan jadi, saya mencari “mangsa” lainnya. Kali ini supir GOJEK yang sedari tadi kulihat sudah mondar-mandir sebanyak tiga kali. Setiap harinya, dia dan beberapa teman yang lain menjadikan Martabak Bro ini sebagai “pangkalan” karena saking banyaknya orang-orang yang tinggal di daerah sini memesan Martabak Bro via GOJEK. Terlebih saat hujan dan malam minggu, jumlah pesanan meningkat.
[caption caption="Martabak Bro Taman Galaxy"]
Setiap malamnya, pusat jajanan di Perumahan Taman galaxy ini selalu ramai dipenuhi oleh orang-orang yang pulang kerja atau yang malas makan di rumah, lebih-lebih saat malam minggu. Tidak cuma cafe, restoran, atau penjual cemilan, ada pula warnet, penjual DVD, distro, toko elektronik, sampai penjual perlengkapan pesta. Ramai dan lengkap sekali. Dan kehadiran Martabak Bro menambah variasi dan pillihan orang-orang yang berkunjung ke situ, khususnya yang ingin makan atau mencari martabak.