Mohon tunggu...
Aji Anggara
Aji Anggara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Al Qur'an dan Tafsir

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sains dan Al-Qur'an: Perspektif Tafsir Surah Al Ghasyiyah Ayat 17-20

22 Juli 2024   08:19 Diperbarui: 22 Juli 2024   08:26 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di dalam Al-Qur'an banyak ayat ayat yg mendorong kita untuk melakukan pengamatan dan penelitian terhadap segala yg ada di alam baik yg ada di langit maupun yg terbentang di bumi contohnya seperti didalam Al-Qur'an Surah Al Ghasiyah ayat 17-20 Allah berfirman yang Artinya:

 17. Tidakkah mereka memperhatikan unta, bagaimana ia diciptakan?

18. Bagaimana langit ditinggikan?

19. Bagaimana gunung-gunung ditegakkan?

20. Bagaimana pula bumi dihamparkan?

Muhammad Abduh berpendapat bahwa dipilihnya unta, langit, gunung dan dataran bumi sebagai bahan perenungan sebab hal-hal inilah yang sering dilihat dan mudah ditemui oleh masyarakat Arab ketika itu. Selain itu menurut Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar, terdapat munasabah (benang merah) yang menghubungkan keempat hal tersebut. Kafilah yang bepergian melewati padang pasir dengan unta, ketika di malam hari menjadikan bintang di langit sebagai petunjuk arah. Di siang hari sebelum terik panas matahari menyengat, mereka berteduh dan beristirahat di kaki-kaki gunung. Mereka dapat mudah melakukan perjalanan ke berbagai daerah itu tentunya karena bumi yang bundar ini telah dihamparkan oleh Allah swt.

Merenungi unta

Ayat ini dan tiga ayat berikutnya mengajak kita untuk melihat alam ciptaan-Nya yang luar biasa. Menurut M. Quraish Shihab, kata "ila", yang biasanya diartikan sebagai "kepada" pada masing-masing ayat, menunjukkan arti lebih dari sekadar melihat sesuatu, atau merenungkan secara mendalam apa rahasia yang ada di baliknya. kata-kata tersebut, yang secara struktural tidak perlu disertakan dalam redaksi ayat. Pendapat ini sejalan dengan tafsir Ibn 'Asyur.

Unta telah lama dianggap sebagai hewan yang paling membantu kehidupan sehari-hari manusia, terutama bagi orang Arab. Ia adalah sumber makanan yang halal, dagingnya dapat dimakan, susunya dapat diminum, dan bulunya dapat digunakan sebagai pakaian. Selain itu, ia dapat digunakan sebagai tunggangan yang baik untuk melintasi gurun sahara yang luas dan panas.

Unta memiliki banyak keistimewaan yang tidak dimiliki binatang lain. Di antaranya, Muhammad Abduh menyatakan bahwa unta, meskipun memiliki tubuh dan kekuatan yang besar, sangat patuh kepada tuannya, bahkan jika tuannya lemah atau anak kecil. Unta dikenal karena mampu menahan lapar, haus, dan perjalanan yang sulit.

Langit Sebagai Atap Bumi

Ayat 18 Surah Al Ghasiyah ini mengajak kita merenungi bagaimana langit yang terlihat seakan-akan ditinggikan tanpa tiang ini terdiri dari banyak benda langit. Bintang-bintang dan benda langit lainnya dengan kuasa Allah tidak jatuh menimpa bumi sebagaimana benda-benda di bumi yang jatuh ke bawah tertarik gravitasi bumi. Mereka sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Anbiya: 33

"Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya". (QS. Al-Anbiya: 33)

Ayat ini menyatakan bahwa langit dan benda-benda angkasa selalu dalam keadaan terlindungi yang saling menguatkan satu sama lain, sehingga tidak akan jatuh ke muka bumi. Definisi langit itu sendiri adalah "segala sesuatu yang ada di atas kita", mulai dari atmosfer yang melindungi penduduk bumi dari berbagai benda luar angkasa seperti meteor, komet dan sinar gamma yang mungkin jatuh ke permukaan bumi. Tanpa atmosfer, yang dipertahankan oleh bumi melalui daya grafitasi, kehidupan di muka bumi ini tidak akan berjalan dengan baik. Di atas lapisan atmosfer terdapat berbagai macam benda langit yang jarak antara satu sama lainnya berbeda-beda.

Gunung sebagai Pasak Bumi

Allah SWT menjadikan gunung-gunung sebagai pasak untuk mengokohkan bumi, sehingga tidak bergoyang karena guncangan-guncangan yang ada di bawahnya. Syekh Thanthawi dalam Tafsir Al-Wasith meyatakan bahwa gunung yang berdiri tegak di atas tanah sesungguhnya akarnya menancap erat di perut bumi bagaikan sebuah pasak yang itu gunanya menjaga bumi dari gempa akibat guncangan kerak bumi itu sendiri.

Bumi yang Datar

Beberapa tahun belakangan dunia sempat dihebohkan oleh kelompok yang mempropagandakan bahwa bumi itu berbentuk datar (flat earth). Di antara argumentasi teologis mereka adalah ayat di atas. Ayat tersebut dan beberapa ayat lain 'ditarik' paksa pemahamannya untuk melegitimasi temuan 'ilmiah' mereka. Hal itu tentu tidak dapat dibenarkan, sebab ilmu pengetahuan bersifat relatif, sehingga bila terbukti salah atau tidak disepakati kebenarannya oleh mayoritas, maka ayat al-Qur'an tersebut 'terancam' untuk ikut disalahkan.

Pendapat seperti itu, mengutip Imam ar-Razi (w. 656 H), penulis tafsir Mafatihul Ghaib juga menceritakan di zamannya ada yang meyakini itu. Mereka mau menjelaskan bahwa sesuatu yang bulat apabila volumenya sangat besar, maka akan terlihat seperti datar. Demikian pula dengan bumi yang begitu besar bagi ukuran manusia, terlihat rata dan datar dalam perspektif mereka. Dengan begitu, manusia dapat mudah berjalan di atasnya, bahkan sampai ke seluruh penjuru dunia. Justru inilah yang menjadi bukti kekuasaan Allah, sesuatu yang bulat terasa datar dan rata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun