Ayat 18 Surah Al Ghasiyah ini mengajak kita merenungi bagaimana langit yang terlihat seakan-akan ditinggikan tanpa tiang ini terdiri dari banyak benda langit. Bintang-bintang dan benda langit lainnya dengan kuasa Allah tidak jatuh menimpa bumi sebagaimana benda-benda di bumi yang jatuh ke bawah tertarik gravitasi bumi. Mereka sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Anbiya: 33
"Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya". (QS. Al-Anbiya: 33)
Ayat ini menyatakan bahwa langit dan benda-benda angkasa selalu dalam keadaan terlindungi yang saling menguatkan satu sama lain, sehingga tidak akan jatuh ke muka bumi. Definisi langit itu sendiri adalah "segala sesuatu yang ada di atas kita", mulai dari atmosfer yang melindungi penduduk bumi dari berbagai benda luar angkasa seperti meteor, komet dan sinar gamma yang mungkin jatuh ke permukaan bumi. Tanpa atmosfer, yang dipertahankan oleh bumi melalui daya grafitasi, kehidupan di muka bumi ini tidak akan berjalan dengan baik. Di atas lapisan atmosfer terdapat berbagai macam benda langit yang jarak antara satu sama lainnya berbeda-beda.
Gunung sebagai Pasak Bumi
Allah SWT menjadikan gunung-gunung sebagai pasak untuk mengokohkan bumi, sehingga tidak bergoyang karena guncangan-guncangan yang ada di bawahnya. Syekh Thanthawi dalam Tafsir Al-Wasith meyatakan bahwa gunung yang berdiri tegak di atas tanah sesungguhnya akarnya menancap erat di perut bumi bagaikan sebuah pasak yang itu gunanya menjaga bumi dari gempa akibat guncangan kerak bumi itu sendiri.
Bumi yang Datar
Beberapa tahun belakangan dunia sempat dihebohkan oleh kelompok yang mempropagandakan bahwa bumi itu berbentuk datar (flat earth). Di antara argumentasi teologis mereka adalah ayat di atas. Ayat tersebut dan beberapa ayat lain 'ditarik' paksa pemahamannya untuk melegitimasi temuan 'ilmiah' mereka. Hal itu tentu tidak dapat dibenarkan, sebab ilmu pengetahuan bersifat relatif, sehingga bila terbukti salah atau tidak disepakati kebenarannya oleh mayoritas, maka ayat al-Qur'an tersebut 'terancam' untuk ikut disalahkan.
Pendapat seperti itu, mengutip Imam ar-Razi (w. 656 H), penulis tafsir Mafatihul Ghaib juga menceritakan di zamannya ada yang meyakini itu. Mereka mau menjelaskan bahwa sesuatu yang bulat apabila volumenya sangat besar, maka akan terlihat seperti datar. Demikian pula dengan bumi yang begitu besar bagi ukuran manusia, terlihat rata dan datar dalam perspektif mereka. Dengan begitu, manusia dapat mudah berjalan di atasnya, bahkan sampai ke seluruh penjuru dunia. Justru inilah yang menjadi bukti kekuasaan Allah, sesuatu yang bulat terasa datar dan rata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H