Mohon tunggu...
Anggar A. Thahirah
Anggar A. Thahirah Mohon Tunggu... Administrasi - Seorang Relawan

Aku ingin kisah cintaku sprti Fatimah n Ali Bin Abi Thalib, yg setan pun tak tw ttg cnta i2h. Skrg ak hnya ingin cnta kpda'MU, Muhammadku, n mnyimpan cintaku, tak ingin mntap'a, krna smw hnya ingin ku smpaikn lwat hati, wlw dy tak tw sbsar ap cinta i2h. Y Allah, jaga ia ttap d hatiku, n jaga aku ttap d hati'a, hngga sat cnta ku brtasbih d bingkai cinta yg ENGKAU restui.. ^_^

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bu, Anakmu Patah

13 September 2020   17:40 Diperbarui: 13 September 2020   17:44 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku ingat sekali eksperesi wajahnya, aku ingat wajah manisnya siang itu. Ah ibu, aku secepat itu dibuatnya jatuh hati. Dia juga pernah menelepon bapak karena khawatir saat seharian aku tak membalas pesan dan mengangkat teleponnya. 

Aku juga ingat betul saat dia buru-buru datang ke kampus dengan membawa nasi bungkus karena dia tau aku tak sempat makan saking sibuknya mengurus kegiatan keputrian di organisasi kampus. Aku sulit lupa untuk semua perhatian kecil yang dia beri padaku, sejak awal bertemu hingga akhirnya kami terpaksa jauh.

Asal ibu tau, dia tidak melakukan itu kepada semua orang, bu, sungguh. Hampir semua teman bilang bahwa dia adalah salah satu manusia yang Tuhan ciptakan dengan karakter yang begitu cuek, beberapa teman juga bilang bahwa dia pelit. Hahaha. 

Pernah satu sore, kami bersama teman sekelas sedang duduk di depan gedung kuliah beberepa saat selesai kelas. Dia dengan polosnya bertanya nama salah satu teman yang kami sudah sekelas selama hampir dua tahun. Tak jarang dia tertukar memanggil nama teman, mana pernah dia peduli siapa saja yang tak masuk kelas saat kuliah. 

Cukup parah dari itu semua, hampir semua nama dosen yang pernah mengisi kelas tak dia hafal namanya. Jadi bagaimana tidak hatiku seperti ingin melompat, bu ketika dia mau begitu repotnya peduli pada pola makanku, kesehatanku, bahkan hidupku. 

Tapi ada satu hal yang selalu tak dia ingat tentangku, bu. Dia selalu lupa tanggal lahirku, kecuali saat dia dan aku merencanakan hal baik di satu waktu. Dia mengingat jelas tanggal lahirku sekali itu.

Bulan kedua Kuliah Kerja Nyata (KKN) waktu itu. Setelah libur lebaran sekitar satu pekan, semua mahasiswa KKN diwajibkan kembali ke lokasi KKN-nya masing-masing. Semoga ibu ingat, lokasi KKN aku dan teman sekelompok letaknya di salah satu pedalaman desa bagian Utara dari kota Bengkulu. 

Dengan takdir yang begitu menggembirakan lokasiku dan dia hanya berjarak kurang dari lima kilometer, tak sampai sepuluh menit untukku dan dia bisa bertemu jika sedang ingin. Hari ke enam di bulan Agustus, dua hari setelah banyak kejutan yang aku terima dari teman-teman sekelompokku, dan satu hari setelah badanku terlalu lemah untuk digerakkan. 

Dia menelepon, menanyakan kabarku, dan akhirnya duduk tepat di depanku setelah mengetahui bahwa aku sedang sakit, kurang dari tiga puluh menit setelah dia menelepon. Sepolosnya dia bertanya, mengapa banyak lilin dan membentuk namaku di pekarangan sebelah.

Sejujurnya aku kesal sekali mendengar pertanyaannya, bu, padahal aku tau itu bukan kali pertama dia tak menyadari dan melewatkan hari ulang tahunku. 

Entah karena aku sedang PMS atau karena aku sedang sakit sehingga aku begitu emosional siang itu. Teman-teman yang mendengar pertanyaannya sontak melemparnya dengan benda-benda yang di dekat mereka waktu itu, buatku makin ingin murka saja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun