Mohon tunggu...
Angga Putra Fidrian
Angga Putra Fidrian Mohon Tunggu... -

Tulisan lainnya bisa dilihat di \r\n\r\nhttp://anggaputrafidrian.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Hidup Tidak Hanya tentang Pilkada

14 Februari 2017   06:12 Diperbarui: 14 Februari 2017   17:41 1246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentang hal lain-lain

Saya merasakan dampak langsung dari masuknya Anies Baswedan ke Konvensi Demokrat, karena pada masa itu saya sedang bertugas di daerah. Respon Pemda yang tadinya baik menjadi berubah karena dugaan kepentingan politik di dalamnya. Namun dengan penjelasan seperti yang beliau sampaikan melalui email kepada Pengajar Muda yang sedang bertugas ternyata mampu menjembatani tafsiran informasi dari para pemangku kepentingan di daerah. Setelahnya hubungan dengan Pemda berjalan baik, bahkan Pemda di tempat saya bertugas mau menjalankan program seperti IM sebagai bentuk lanjutan dari Pengajar Muda yang sudah habis masa tugasnya. Jadi kekhawatiran Mas Ernest tidak terbukti di daerah, toh IM masih tetap berjalan sampai hari ini selepas konvensi dan kampanye mendukung Jokowi.

Dulu sewaktu beliau baru diangkat menjadi Menteri Pendidikan, semua orang pasti bersiap tentang kebijakan yang akan diambil oleh Anies Baswedan terhadap Ujian Nasional yang menjadi momok bagi setiap siswa. Seperti yang kita ketahui semua, bahwa Jokowi berjanji akan menghapuskan Ujian Nasional sedangkan Jusuf Kalla tetap mendukung Ujian Nasional. Lalu apa yang dilakukan? Mas Anies menjembatani keduanya dengan tetap menyelenggarakan UN namun tidak menjadi syarat kelulusan. Bahkan menambahkan elemen Integritas ke dalamnya. Tidak perlu ada konflik mengemuka.

Bagi saya ketegasan yang dilakukan adalah melarang adanya MOS di sekolah dan menuntut guru untuk ikut hadir di acara penerimaan siswa baru sehingga tidak ada siswa yang menjadi korban bully, ini adalah capaian besar, karena sejauh ini tidak ada Menteri Pendidikan yang berani melakukan ini. Kita semua tahu bahwa perpeloncoan adalah bumbu penyedap dalam setiap kegiatan MOS sampai memakan korban jiwa dari siswa yang seharusnya belajar di sekolah.

Ketegasan serupa juga ditunjukkan oleh Mas Anies dengan menarik buku yang mengajarkan radikalisme untuk siswa, serta yang paling berani adalah mengkritisi Kementrian Pertahanan yang saat itu gemar melakukan pelarangan buku. Anies Baswedan selaku Menteri Pendidikan saat itu membela orang-orang yang ingin mendapatkan informasi alternatif dari buku bacaan. Lalu apakah yang dilakukan oleh Pak Basuki ketika Belok Kiri Fest dilarang dan Penayangan Pulau Buru Tanah Air Beta digeruduk ormas? Di Semarang Ganjar Pranowo ikut bedah buku Tan Malaka dan di Bandung Ridwan Kamil menjamin monolog Tan Malaka berlangsung dengan aman. Ketegasan membela yang jumlahnya lebih sedikit juga diperlukan.

Konsistensi selalu menjadi hal yang selalu ditanyakan, terutama terkait rekam jejak Mas Anies dulunya ada di Demokrat lalu ke Jokowi dan sekarang ada di Prabowo. Sejauh pengetahuan saya, Mas Anies diundang untuk ikut setiap kontestasi tersebut, di Demokrat diajak oleh SBY, lalu ditelepon langsung untuk jadi Jubir dan terakhir diminta langsung oleh Sandiaga Uno. Anies Baswedan tidak berkampanye setahun sebelumnya dengan mengumpulkan KTP sebagai calon independen lalu maju berkompetisi dengan didukung oleh Gerindra dan PKS. Konsistensi dia cuma satu, tidak mundur ketika diajak untuk berkontribusi lebih jauh walaupun mengorbankan citra. Tentunya untuk bagian ini setiap orang akan punya tafsirnya masing-masing.

***

Tentunya tidak akan habis kita membandingkan satu sama lain, karena setiap pemimpin punya baik dan buruknya masing-masing. Kembali lagi saya menulis ini bukan untuk mengajak pembaca memilih Anies Baswedan, tidak juga untuk membandingkan Anies Baswedan dengan lawannya untuk akhirnya menyatakan Mas Anies lebih layak memimpin Jakarta. Saya cuma mau memberikan fakta alternatif saja. Tentunya akan ada yang menilai tulisan ini adalah pembelaan mati-matian seorang pendukung. Saya hanya bertanggung jawab atas isi tulisan ini bukan terhadap tafsiran orang lain.

Oh iya Mas Rian Ernest, kalau bisa sampaikan ke lingkaran politik Mas Rian seperti Kurawa, Guntur Romli dan Hariadhi untuk tidak membawa-bawa IM ke dalam pusaran politik ini. Biarkan IM bekerja dengan tenang dan tetap netral. Jangan dijadikan samsak politik sebagai usaha untuk menarik sisa suara di hari menjelang pencoblosan. Jadikan ini pertarungan antara Pak Basuki dan Mas Anies saja dan pertarungan kita-kita yang sedang berlomba di kampanye ini. Seperti judul tulisan ini, hidup tidak hanya pilkada, menjaga hubungan baik lebih penting dari memenangkan kotak suara. Sekian jawaban dari saya terkait kehebohan pada masa tenang ini.

Angga Putra Fidrian

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun