Ini jadi pelajaran untuk para amatiran politik seperti saya, bahwa berpolitik itu tidak pernah berjalan lurus, tidak pernah kita berjalan di jalan yang nyaman. Kadang kita harus memilih jalan berbatu atau kendaraan yang dengan kualitas yang buruk. Berpolitik tidak selamanya menjadi putih, berpolitik harus sekali-kail menjadi abu-abu bahkan hitam. Satu hal yang bisa dipegang adalah integritas. Apakah Anies sudah berkhianat terhadap Integritasnya? Berkawan dengan lawan bukan mengkhianati integritas, berkawan dengan lawan itu pilihan strategi.
Warga DKI harusnya bisa berbangga hati dengan Pilkada yang dipenuhi orang-orang hebat dan berkualitas. Siapa pun yang menang, Warga DKI akan mendapatkan pemimpin yang baik untuk 5 tahun selanjutnya. Sajian berkualitas ini tentunya harus juga disikapi dengan cara pemenangan yang bermartabat. Perdebatannya haruslah lewat program dan rekam jejak, bukan lagi tentang SARA atau hal-hal yang menggerus rasa kemanusiaan. Mereka yang percaya dengan Anies Baswedan harus menjadi teladan dalam proses pemenangan. Kampanye primordial dan fitnah adalah bagian dari masa lalu. Jangan sampai kita jadi bagian dari itu.
Tulisan ini juga dimuat di blog pribadi di http://anggaputrafidrian.com/2016/09/belajar-politik-dari-anies-baswedan/